Hod 11, Operasi Donor Mata

1209 Words
Iptu Haris Gunandar datang keesokan harinya, sesuai dengan janjinya. Polisi bertubuh tinggi itu mengabarkan bahwa mereka masih belum menemukan light truck yang sudah mencelakai Emran. Sebagian saksi mata yang sempat melihat kejadian, akhirnya mengakui bahwa telah terjadi kejar-kejaran antara motor dan sebuah truk. Tetapi mereka tidak mengetahui truk tersebut jenis mau pun warnanya, karena kejadiannya sangat cepat. Kesimpulannya, meski sudah terbukti kecelakaan yang dialami Emran memiliki unsur pidana dari kesaksian Emran sendiri dan beberapa saksi lainnya, sayangnya pelakunya belum ditemukan. Polisi kehilangan jejak truk tersebut beberapa kilo meter dari tempat kejadian perkara. "Bagaimana dengan tamu cafe yang mengamuk beberapa saat sebelum aku mengalami kecelakaan?" Tanya Emran kurang puas dengan jawaban Iptu Haris. "Oh, Andri Hermanto. Dia sedang berada di rumah tahanan saat kecelakaan terjadi. Anda pasti tahu hal itu." "Iya. Tapi apa ada kemungkinan kalau dia menyuruh orang lain?" "Kami telah menyelidiki semua orang terdekatnya. Tidak ada yang terhubung dengan kecelakaan tersebut," jawab polisi tersebut sungkan. Bahkan Iptu Haris telah menyelidiki orang-orang yang terhubung dengan Emran di cafe. Juga orang-orang yang berhubungan dekat, seperti keluarga. Namun mereka tidak mendapatkan petunjuk sama sekali. Iptu Haris mengatakan dia mengalami kebuntuan karena telah menyelidiki selama sebulan lebih, sepanjang Emran dalam kondisi koma, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Emran menghela napas lemah. Qisya yang duduk di sebelahnya tak kalah menunjukkan rasa kecewa yang besar. Suaminya koma dan kemungkinan besar sebelah matanya akan mengalami kebutaan permanen, namun polisi belum juga menemukan dalang di balik mimpi buruk yang mereka alami. Akhirnya Iptu Haris mengundurkan diri setelah mengingatkan Emran untuk segera menghubunginya apa bila mengingat sesuatu yang terhubung dengan kecelakaan tersebut. "Aku tak percaya para polisi itu masih belum menangkap pelakunya, Mas." Geram Qisya cemberut. "Polisi juga manusia, Sayang. Bukan Tuhan yang serba tahu segalanya," Emran berusaha menghibur istrinya. "Iya. Tapi masa mencari seorang saja gak bisa?" "Soalnya orangnya licin. Mungkin pelakunya sudah merencanakan mencelakai ku jauh-jauh hari hari sebelumnya. Dia pasti telah menyiapkan sebuah tempat untuk menyembunyikan truk itu. Semoga dalam waktu dekat pelakunya bisa ditemukan." "Semoga deh Mas. Aku gak rela pelakunya bebas berkeliaran setelah membuat suamiku hampir saja kehilangan nyawa." Emran tersenyum. Tangannya bergerak merangkul istrinya dan memeluknya. *** Tepat satu Minggu Emran siuman dari masa komanya, dokter datang untuk membuka perban yang menutupi mata kirinya. kelopak mata Emran terbuka perlahan, namun ketika di tes dengan menutup mata sebelah kanan, Emran benar-benar tidak dapat melihat apa pun. Yang dirasakannya adalah gelap dan hitam. Luka pada sekitar mata hampir tak terlihat lagi. Hanya bola mata Emran sudah tak sama lagi, karena warna di bagian tengah berubah menjadi berwarna putih. Dokter menjelaskan bahwa Mata manusia punya beberapa lapisan. Kornea ini adalah bagian yang tembus cahaya, bentuknya cekung di lapisan terluar mata. Pada kasus Emran, akibat pecahan kaca yang menembus kornea mata hingga mengalami kerusakan parah. "Tetapi Ibu tak perlu bersedih. Karena mata Pak Emran masih bisa diperbaiki dan akan melihat kembali apa bila kita segera melakukan tindak operasi pencangkokan kornea mata yang tepat." Dokter tersebut kembali menjelaskan cangkok mata atau transplantasi kornea, adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk menghilangkan semua bagian kornea mata Emran yang rusak, kemudian diganti dengan jaringan kornea yang lebih sehat dari mata pendonor yang cocok, yang telah meninggal dunia. Qisya menangis menyaksikan peristiwa itu dan mendengar penjelasan dokter barusan. Rasanya dia tak tahan melihat mata suaminya benar-benar rusak hingga tak lagi berfungsi. "Lakukan saja, dok. Aku perlu kedua mata ini." Ucap Emran mengangguk pasti. Dokter mengangguk. "Kita akan melakukan tindakan operasi sesuai prosedur, Pak. Pertama, kita harus menunggu mata dari pendonor yang sudah meninggal. Kornea tersebut akan diambil paling lambat enam jam setelah kematian. Lalu pencangkokan kornea harus dilakukan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam setelah diambil. Operasinya tidak lama. Pada umumnya hanya sekitar 1-2 jam saja." "Apa operasinya akan dilakukan di rumah sakit ini, dok?" Tanya Qisya setelah berhasil menguasai rasa sedihnya. "Prosedur pencangkokan mata harus dilakukan di umah sakit yang difasilitasi peralatan khusus dalam pembiusan umum, Bu. Dan tampaknya kita tidak perlu kemana-mana, karena rumah sakit ini miliki fasilitas yang sangat lengkap." "Syukurlah," ucap Qisya yang awalnya merasa resah kalau harus pergi ke rumah sakit lain yang bisa saja jauh dan memakan waktu lama di perjalanan. "Ohya dok, usai operasi, apakah benar bisa langsung pulih?" "Hasil transplantasi kornea tergantung pada alasan operasi dan kondisi kesehatan, pak Emran, Bu. Namun, sebagian besar orang yang menerima transplantasi kornea akan memiliki penglihatan yang pulih. Setidaknya, separuhnya. Risiko komplikasi dan penolakan kornea yang tidak cocok, dapat terjadi beberapa tahun setelah transplantasi kornea dilakukan. Oleh karena itu, pastikan saja Pak Emran check up ke dokter mata setiap tahun. Penolakan kornea biasanya bisa diatasi dengan pengobatan. Dan itu hanya sekitar 20% saja. Jadi tidak perlu kuatir." Kembali Qisya menghela napas lega. "Baiklah. Nanti kita pasti akan berbincang lagi usai operasi. Apa saja yang harus dilakukan dan lainnya. Sekarang saya akan melakukan koordinasi dengan bank mata. Mereka akan langsung mengabari saya begitu ada donor yang masuk. Jadi mulai sekarang, Bapak bersiap-siap saja." "Baik, dok. Dari sekarang aku siap untuk segera dioperasi," kini Emran menjawab dengan pasti. Penjelasan dokter yang sangat lengkap memberi harapan bagus padanya. * Tak menunggu waktu yang lama, tiga hari usai perban pada mata kiri Emran dibuka, dokter Wisnu datang dan menyampaikan kalau sudah ada donor mata yang sesuai untuk Emran. Donor itu sedang dalam perjalanan dari bank mata menuju rumah sakit. Emran segera dipersiapkan untuk menjalani operasi pencangkokan, sementara dokter mata dan tim sudah bersiap-siap. Saat memasuki ruang operasi, Qisya hanya dapat menunggu di luar ruangan dengan jantung deg-degan. Rasa cemas juga menghantuinya, meski dr. Wisnu telah meyakinkan bahwa sangat jarang terjadi kesalahan pada operasi pencangkokan mata. Ditambah peralatan medis yang dimiliki rumah sakit tersebut yang lengkap dan serba canggih, Qisya mestinya percaya pada tim dokter yang kini sedang berada di ruang operasi. Tak lama, kedua orang tua Qisya kembali datang untuk memberi dukungan dan kekuatan pada putri mereka. Qisya sangat senang dengan kedatangan orang tuanya, yang memang diharapkannya. "Bagaimana, Sayang?" Tanya Sukma merangkul putrinya. "Masih di dalam, Ma. Kata dr. Wisnu, operasi tidak akan berlangsung lama. Mungkin sebentar lagi selesai," jawab Qisya cepat. Ketiga orang itu kembali duduk dan menunggu hasil dengan beragam perasaan. Dari koridor, terdengar suara langkah yang mendekat. Ternyata Dion yang datang. Dia adalah adik lelaki Qisya, yang juga bekerja di cafe Millenial. Dion menyusul Emran, karena di tempat kerjanya yang lama sedang terjadi pengurangan tenaga kerja. Dan Dion salah satu karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja dari perusahaan sekitar Dua bulan yang lalu. "Pa, Ma, Kak ...," Dion menyapa dan menyalami tangan kedua orang tuanya lalu memeluk Kakaknya. "Bagaimana Bang Emran?" "Baru masuk ruang operasi, Yon." "Semoga operasinya lancar, ya, Kak?" "Aamiin, Yon. Kamu langsung dari cafe?" "Iya, Kak. Tadi Bang Irfan juga mau ke sini. Tapi tiba-tiba ada tamunya yang datang. Bang Irfan kirim salam, Kak." "Iya, gakpapa," jawab Qisya. Meski hanya sedikit yang datang, bagi Qisya itu sudah benar-benar membuatnya merasa kuat. Tak lama, akhirnya lampu di atas pintu ruang operasi berpindah tempat. Artinya operasi pencangkokan kornea mata untuk Emran sudah selesai. Dan Qisya bagai melompat ketika pintu ruangan tersebut terbuka lebar. Dokter spesialis mata yang melakukan tindakan operasi keluar dan menjelaskan bahwa operasi berlangsung dengan sangat lancar. Membuat Qisya dan kedua orang tuanya bernapas lega. "Operasi berjalan dengan sempurna, Bu. Dua atau tiga hari ke depan, Ibu sudah bisa pulang bersama Bapak." ###
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD