Hod 20, Kembali Bertugas

1242 Words
Qisya sangat senang melihat Emran kembali tanpa kurang suatu apa pun. Rasanya masih segar di ingatannya terakhir dia menunggu suaminya pulang, yang terjadi malah berakhir koma di rumah sakit selama sebulan penuh. Masa-masa suram dan penuh air mata itu ingin dihilangkannya agar tak menjadi racun yang perlahan menghancurkan hidupnya. Kepulangan Emran, dan saat melihat wajah suaminya yang tampak semringah, sangat menghibur perasaannya. Artinya, Emran baik-baik saja sepanjang pria itu berada di luar rumah, di hari pertama pasca kecelakaan. "Mas pasti ditahan papa untuk minum kopi dan main catur," gumam Qisya sambil memeluk suaminya dengan mesra. Emran baru selesai membersihkan diri. Aroma sabun yang segar, menguar dari tubuh pria itu, membuat perasaan Qisya nyaman. Dia sudah menyiapkan pakaian ganti yang segera dipakai oleh suaminya. "Minum kopi, iya. Tapi tidak main catur," jawab Emran tersenyum. "Aku lama karena bertemu dengan beberapa orang, Sayang. Semoga kamu tidak berkeberatan." "Kenapa aku harus berkeberatan?" Emran menyeringai. "Karena salah satu orang yang kutemui harganya ... Lumayan." "Hm. Berapa?" "Dua ratus sembilan puluh juta." Mulut Qisya menganga. Matanya yang bening, membulat sempurna. "Biar kutebak. Pasti yang Mas jumpain itu ... Mas Bondan, kan?" Emran tertawa. "Tepat sekali Sayang." "Mas masih lebih memilih naik motor dari pada mobil?" "Iya." "Ck! Ada apa dengan mobil, Mas?" "Tidak kenapa-kenapa, Sayang. Aki suka motor karena lebih simpel. Sejak dulu kamu kan tahu aku selalu memakai motor. Kendaraan yang pas untukku adalah motor." "Mobil yang tepat juga bisa menjadi kendaraan yang simpel, mas." "Dengan motor, aku bisa lebih leluasa melewati jalanan semacet apa pun Sayang. Gerakannya lebih lincah dan yang terpenting adalah motor sudah mendarah daging bagiku Sayang." Qisya menghela napas. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan motor. Apa lagi Emran memang sudah sejak lama memakai kendaraan roda dua tersebut. Hanya saja, pelaku yang mencelakai suaminya belum tertangkap. Orang-orang itu bisa saja kembali mencelakai Emran dengan mudahnya, mengingat Emran hanya memakai motor. Lain hal kalau mobil. Setidaknya, kalau ada apa-apa, orang ingin menabraknya lagi, Emran bisa bertahan karena sama-sama mengendarai mobil. "Aku paham dengan kekhawatiran mu, Sayang," kini Emran pula yang memeluk istrinya. "Tapi percayalah padaku. Aku akan lebih berhati-hati mulai dari sekarang." "Promise?" "I promise ... will always love you." "Mas!" Emran tertawa. "Iya Sayang. Insyaallah, kecelakaan kemarin, tidak akan terjadi lagi. Percayalah, Allah akan selalu melindungi kita jika kita selalu mengingatnya." "Baiklah, Mas. Aku percaya padamu. Seperti aku percaya pada Allah." Qisya tersenyum. "Lapar?" "Sangat lapar, Sayang." "Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayolah, aku juga sudah lapar, Mas. Jangan sampai aku memakanmu, Mas!" Emran tertawa. /// Setelah hampir dua bulan tidak bekerja, Emran memutuskan sudah waktunya untuk kembali bertugas. Dia sudah kangen dengan pekerjaannya. Kangen dengan teman-teman sejawatnya. Termasuk dengan semua kru café. Kangen dengan ruang kerjanya. Semuanya. Makanya, meski Irfan Huzair masih memperbolehkannya untuk mengambil cuti lebih lama lagi, namun Emran menolak karena dia benar-benar merasa sudah siap untuk kembali menjalani hidup dengan normal. "Wellcome, Em," ucap sang owner café Millenial, saat Emran menemuinya di ruang kerjanya. Emran sengaja terlebih dahulu menjumpai sang atasan karena dia tahu, Irfan pasti tidak punya waktu banyak untuk bergabung di ruang karyawan, di mana semua teman-teman sejawatnya sudah menunggu. “Makasih, Mas,” Emran bersikap sempurna, layaknya seorang sekuriti terhadap atasan. “Kau serius sudah bisa kembali bekerja?” “Serius banget, Mas.” “Padahal aku sudah memberimu cuti lebih lama.” “Tidak apa-apa, Mas. Aku merasa sudah cukup untuk menganggur. Malah puyeng kalau terlalu lama tak bekerja.” “Itu benar,” Irfan mengangguk. “Kudengar semua orang sedang menunggumu di bawah?” “Iya, Mas. Aku akan menemui mereka setelah dari sini.” “Kalau begitu, temui mereka. Kasihan kalau terlalu lama menunggu. Semua tampaknya sudah kangen ingin melihatmu.” Emran tertawa. “Baik, Mas. Aku akan ke bawah sekarang.” “Em!” Emran yang sudah melangkah sampai ke pintu, berhenti dan membalikkan badan. “Ya, Mas?” “Aku senang kau bisa kembali ke sini.” Emran mengangguk, “Aku juga, Mas,” ucapnya pasti. Saat yang sama, Emran ingin mengatakan sesuatu. Lebih tepatnya, dia ingin mengutarakan apa yang sedang dialami beberapa hari belakangan ini, semenjak dia mengalami kecelakaan. “Mas …” Irfan yang sudah duduk di kursinya dan bersiap dengan kesibukan laptopnya, menoleh. “Kenapa, Bro? Ada yang ingin kau katakan?” Iya. Aku ingin bertanya, apa orang normal bisa berubah menjadi abnormal setelah mengalami koma? “Hm? Halo?” Tetapi sayang, Emran agak malu mengatakan hal tersebut. “Tidak, Mas. Hanya, aku senang bisa sembuh dan kembali bekerja.” Irfan menjawab dengan mengacungkan jempolnya. Sementara Emran segera turun ke lantai dasar, menuju ke ruangan karyawan, di mana semua orang sudah menunggunya. “Selamat dataaaanng!” Emran agak terkejut saat membuka pintu ruangan dan semua orang memberinya penyambutan secara bersama-sama. Tetapi dia sangat senang, karena semua orang yang berkumpul itu benar-benar senang dengan kehadirannya kembali di kafe tersebut. ada spanduk bertuliskan ‘Selamat Bertugas Kembali, Pak Komandan!’ yang di gantung dari dinding sebelah kiri sampai dinding sebelah kanan. Lalu beberapa orang melempar potongan-potongan kertas berwarna ke udara. Sebagian lagi meniup terompet kertas, persis seperti sedang menyambut tahun baru. "Terima kasih semuanya," jawab Emran dengan terharu. Dia sama sekali tak menyangka, ternyata teman-teman satu café menyambutnya seolah dia sedang berulang tahun saja. Semua berkumpul dengan membawa barang-barang keperluan pesta seperti terompet kertas, balon-balon yang ditempatkan di beberapa spot, potongan kertas warna-warni yang langsung disebar ke udara, dan aneka macam makanan serta minuman yang terhidang di meja besar yang diletakkan di tengah ruangan. “Ya ampun. Aku tak menyangka kalian menyambutku semeriah ini,” Emran tertawa ngakak melihat betapa meriahnya penyambutan kedatangannya. Semua teman-temannya yang hadir ikut tertawa mendengar komentarnya. “Tapi … apa Bos gak marah kalo kita semua kumpul di sini?” “Kita sudah dapat izin dari, Bos, Bang,” Dion menjawab pertanyaan Abang iparnya. “Iya, Bang. Bos ngasih kita 1 jam untuk senang-senang di sini,” timpal Very. “Wah, Bos murah hati banget sama kita, Ya?” “Iya, Bang.” “Halo, Pak Emran,” seorang wanita cantik datang menghampiri Emran yang sedang dikerubuti teman-temannya. Wanita itu adalah wajah baru yang pernah diceritakan Dion. Manajer Food and Baverage yang baru, yang digosipin sedang dekat dengan Irfan. “Atau aku panggi Abang juga, ya, biar sama dengan yang lain?” Emran menyambut uluran tangan wanita itu. “Halo juga, Mba. Boleh kok mau panggil apa saja.” “Asal jangan panggil ‘sayang’ aja, Mbak. Sudah ada nyonya rumahnya,” teriak beberapa orang disusul tertawa semua orang. “Ah, tentu saja. aku tidak akan seberani itu,” gelak si wanita dengan wajah memerah. “Namaku Renata, Bang.” “Halo, Mbak Renata. Selamat bergabung di café Millenial,” ucap Emran. “Tolong jangan terlalu diambil hati ucapan anak-anak itu. Mereka hanya bercanda.” “Bercanda … maksudnya, apa yang mereka katakana itu, tidak benar?” “Eh, itu benar. Maksudku, jangan sakit hati kalau mereka mengatakan hal-hal yang kelewatan.” “Oh, tidak, kok Bang. selama sebulan ini, aku sudah mulai terbiasa dengan candaan-candaan mereka,” Renata tertawa. Saat yang sama, ponselnya berbunyi dan ternyata itu telepon dari Irfan. Wanita itu segera mengundurkan diri setelah Bos besar mereka memanggil. Sementara itu, pesta kecil menyambut kedatangan Emran kembali berlangsung selama 1 jam penuh. Bagi mereka yang selama ini bekerja siang dan malam, yang bahkan hanya mengambil libur 1 hari dalam sebulan, sebuah pesta kecil sangatlah berarti. Meski hanya dirayakan selama 1 jam. Best momen itu mereka manfaatkan untuk berkumpul, mengobrol bebas dan melepas lelah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD