2 PERFECT STRANGER (21 ++)

1279 Words
“Lepasss……ughhhhhh…..sialannnnn….” Renata berusaha meronta mati-matian dari pria b******k yang menyeret paksa dirinya tadi. Sekarang tubuhnya dipepet paksa ke sebuah tembok dimana ia tidak bisa melakukan banyak perlawanan. Kedua tangannya ditahan dan pria itu berusaha untuk melumat bibirnya tapi kepala Renata, dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, terus – menerus mengelak dari serangan bibir pria tersebut. Ia sendiri bisa mencium bau alcohol yang sangat kuat dari nafas pria yang yang sedang mendempet dirinya tersebut. FUCK!!!! Renata mengumpat dalam hati. Coba saja ia tidak mabuk, ia yakin bisa melawan dan menendang pria ini sejauh mungkin. Sialnya, keadaan tubuhnya tidak bisa diajak berkompromi malam ini. Renata masih berusaha melawan tapi sekali atau dua kali gerakan lagi, ia tahu pasti ia menyerah kalah. Perbedaan kekuatan diantara mereka berdua terlalu jauh. Belum lagi, sepertinya pria ini sudah sangat berpengalaman dalam urusan dempet mendempet wanita mabuk yang tertangkap basah olehnya. Peluh mulai bercucuran di dahi dan leher Renata. Menandakan betapa keras perjuangan wanita itu untuk bisa melepaskan diri dari siksaan pelecehan seksual yang sedang dideritanya sekarang. Tapi sebaliknya, pria b******k itu malah makin bersemangat untuk menaklukkan Renata. Renata malah merasakan sesuatu yang keras tengah ditempelkan di area organ intimnya dan panas tubuh laki-laki itu yang benar-benar tidak berjarak darinya. Sementara bibirnya berbisik lembut di telinga Renata. “Kau benar-benar merangsang juniorku, nona cantik….” “Sttt… jangan melawan terus nanti kau tidak punya te….” Renata tiba-tiba merasakan desir angin dingin ketika tubuh pria b******k yang tengah menghimpit paksa dirinya ditarik ke belakang entah oleh siapa. Di saat yang sama, tubuhnya juga langsung ditarik mendekat dan sebuah tangan yang kuat memegang pinggangnya. Menuntunnya keluar sambil berjalan beriringan menembus lebatnya hutan belantara manusia yang masih sibuk bergoyang erotis. Renata gelagapan. Tapi ia tidak melawan. Alih-alih meronta, ia bisa merasakan wangi citrus samar-samar menyergap hidungnya. Membuatnya merasa tenang dan nyaman tanpa sebab. Yang ia tahu, instingnya mengatakan kalau penolongnya adalah seorang pria. Tapi siapa? Johan?? Tak mungkin. Ini bukan wangi parfum Johan. Siapa? Sambil berjalan tertatih-tatih, Renata perlahan merasakan angin dingin yang lebih besar menyergap tubuhnya dan suara kendaraan berseliweran di jalan raya. Ah, mereka sudah keluar! Cepat sekali orang ini membawanya keluar dari tempat terkutuk itu. Pandangan matanya masih buram. Tapi perlahan, ia bisa mendengar kalau penolongnya tersebut memberi perintah kepada seseorang dan kemudian ia didudukkan di dalam sebuah ruangan bergerak dengan lembut. Mobil? Taxi? Pria tersebut tidak melepaskan genggaman tangannya dari pinggangnya, malah mempererat pelukannya dan membiarkan kepala Renata untuk bersandar ke pundaknya. Sebelah tangannya menepuk-nepuk lembut pipi wanita itu sambil menenangkan Renata yang kini matanya sudah setengah terpejam. “Shhh…shhhhh… kau tidur saja yaa? Kau sudah aman sekarang…” Detik berikutnya, sepasang bulu mata lentik itu pun terpejam diam. ‘Kita ke mana, Tuan Gustav?” “Let’s go back to the hotel..” (Ayo kembali ke hotel saja…) …………………………………………………………………………………. Renata hanya merasa tubuhnya serasa ringan sekali dan tengah berada di awang-awang ketika seseorang membopong tubuhnya hati-hati. Ia bisa mendengar suara pintu terbuka perlahan dan kemudian, tahu-tahu tubuhnya yang lemas sudah terbaring di atas ranjang empuk. Kamar hotel. Lalu, perlahan ia bisa mendengar kalau langkah kaki penolongnya mulai menjauh dari kasur. Renata langsung bangun. Pandangan matanya masih buram. Kesadarannya masih belum sepenuhnya kembali, tapi satu hal yang pasti. IA TAK MAU SENDIRIAN!!!! TIDAK MALAM INI!!! Perasaan sedih yang luar biasa menyelimuti hatinya. Ia masih ingat jelas bagaimana Johan memperlakukannya secara tak adil malam ini. Hanya demi memenuhi tuntutan keluarganya. Karena ayah mertuanya yang divonis kanker limpa stadium 3 memintanya untuk segera memberikan keturunan dan ia tak sanggup untuk memenuhi harapan mereka. Lalu, ia dibuang. Seperti barang sekali pakai. Sampah. Tak berguna. Air mata kembali mengalir deras di kedua pipinya. Ia berhasil menangkap tangan penolongnya tersebut dan menahannya erat-erat. Renata bahkan sama sekali tak peduli kalau makeupnya luntur berantakan di wajahnya saat ini. “JANGAN PERGI!!!!” “But I have to take a bath first…” (Tapi aku harus mandi…) jawab penolongnya tersebut. “DON’T GO…. JUST… DON’T …..LEAVE…ME…” “PLEASEEE…” ratap Renata pilu dengan suara parau. Penolongnya tersebut lalu duduk di pinggir ranjang dan mendekap wanita itu erat-erat. Wangi citrus yang samar kembali menyergap hidung Renata. Wangi yang kembali membuatnya tenang dan aman. Entah kenapa, ia merasa begitu terlindungi dalam dekapan pria asing ini. Ia ingin waktu berhenti untuknya. Sekarang. Mungkinkah? “I’m here..ok? No worries…” (Aku di sini. Jangan kuatir..ok?) “KISS ME!!!” perintah Renata dengan wajah memelas. “Ehhhhhh???” tanya pria asing itu kaget. “KISS ME!!! LOVE ME!!!! f**k ME!!! MAKE ME YOURS!!!!” “NOW!!!” Renata bisa merasakan kalau tubuh pria itu sedikit menegang sekarang. Tapi ia tak peduli lagi! f**k Johan! f**k his family!!! Screw all of them!!! Saat ini, ia hanya ingin melampiaskan semua rasa kesalnya sejadi-jadinya!!! Toh aman-aman saja!! Ia tak mungkin hamil kan? Ia mandul kan? “Sorry, I can’t…..” (Maaf, aku tak bisa..) kata pria itu lagi sambil melepaskan pelukannya pelan-pelan. “You should do that with your husband, not me..” (Kau seharusnya melakukan itu dengan suamimu dan bukan aku…) Renata terkekeh geli. “I don’t have a husband anymore. I’m a s**t widow. He just ditched me away tonight…”      (Aku ga punya suami lagi. Aku seorang janda sialan. Dia baru saja membuangku malam ini..)   “Seriously?” (Beneran??) “Yes…” Lalu, tanpa dikomando lagi, pria asing itu langsung memagut dan melumat bibir Renata. Renata juga memberikan balasan yang sama untuk pria asing tersebut. Pria itu memegang tengkuk dan meremas rambut Renata kuat-kuat sambil lidahnya terus menari dengan ritme yang harmonis di dalam rongga mulut Renata. Membiarkan insting liarnya menari di dalam otaknya dan logikanya menghilang di momen erotis ini. Sementara Renata melingkarkan kedua tangannya ke leher pria asing tersebut dan menarik tubuh pria ini kuat-kuat. Saat ini, hanya ada ia dan pria ini. Dan ciuman mereka terasa begitu nikmat. Langsung memacu adrenalinnya sampai ke titik tertinggi. Merangsang stimulasi semua bagian sensitive di area tubuhnya tanpa kendali lagi. Sambil terus berciuman, pria tersebut lalu merebahkan Renata kembali ke atas kasur dan mulai melancarkan serangan-serangan berikutnya di seluruh titik erogenus Renata. Mulai dari dahi, mata, hidung, telinga, leher dan pelan mulai beralih ke bagian d**a. Meninggalkan banyak bekas cinta berwarna kemerahan. Renata mulai melenguh nikmat dan mengerang dengan erotis. Setiap ciuman dan sentuhan yang diberikan oleh pria asing tersebut, memberikan sensasi bagai dialiri ribuan sengatan sensual yang terasa sangat pas untuknya. Pria ini seakan-akan sangat memahami setiap area tubuhnya dan mengerti bagian mana yang harus disentuh olehnya sehingga ia mampu menggelinjang dengan penuh kenikmatan. Pria itu lalu bermain dengan kedua gunung kembarnya. Menciumi, meremas, dan memilin kedua puncaknya dengan sangat hati-hati. Ia memperlakukan setiap inci tubuh Renata bagaikan sebuah boneka porselen. Begitu lembut. Lalu ketika lidahnya mulai terus bergerak ke area bawah, Renata merasa kalau organ intimnya sudah basah. Ternyata, ia baru saja o*****e. Tapi lidah pria itu tak berhenti di sana. Ia terus bergerak maju. Pelan.. pelan…. Menciumi kelopak mahkota Renata yang tercukur bersih dan berwarna merah muda. Membuka dan menguncup secara otomatis. Sangat menggoda, seperti bibir ranum Renata. Setelah lidah pria itu berjibaku selama beberapa menit, Renata tak tahan lagi. Ia lalu o*****e untuk kedua kalinya! “Ahhhhh……” desah Renata nikmat. Renata lalu mendengar bunyi ritsleting dibuka dan merasa sebuah benda tumpul memasuki orgam intimnya. Awalnya terasa sulit, tapi kemudian akhirnya, seluruh batang pusaka pria tersebut memasuki tubuhnya dengan mulut. Sekarang, tubuh pria itu berada tepat di atasnya. Menindihnya. Tapi Renata tak keberatan. Ia sama sekali tidak masalah jika memang pria yang sama menggaulinya terus berulang-ulang.  Harga dirinya sudah hancur berantakan. She’s totally a beautiful mess!! Jika ia adalah barang bekas, biarlah ia menjadi seperti itu malam ini!! Tubuh keduanya lalu saling memompa dengan penuh irama. Naik turun, pelan cepat, sambil sesekali beradu ciuman panas tanpa henti. Nafas mereka berdua memburu seiring dengan gerakan tubuh mereka yang memompa semakin cepat. Sampai akhirnya mereka berdua o*****e di saat yang bersamaan. “Akhhhhh…..” desah pria asing tersebut dengan nikmat sambil mencium bibir Renata yang ranum di bawahnya. Tubuh mereka berdua berpeluh keringat. Tapi puas dan bahagia. “I wish I could make you mine, Renata Maria….” “You just had it. Tonight…” balas Renata dengan suara lirih. “Not just tonight, sweetheart. But forever…”   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD