tentang mimpi Rara

2053 Words
Bab 3 Rara masih menyibukkan tatapannya menatap arloji yang melingkar indah di pergelangan tangan kanannya, sementara Ibu Resti dan Adit memeluk cemas saling mencoba menguatkan satu sama lainnya berharap operasi Pak Doni berjalan dengan lancar. "Udah 5 jam operasi Bu, tapi sampai sekarang masih belum selesai juga " panik Rara menatap cemas ruang operasi. " Sabar Nak, Insya Allah ayah di dalam baik baik saja, semoga operasinya berjalan dengan lancar. Amin " ucap Ibu Resti mengusap pundak Rara lembut. " Amin Bu moga aja ya " jawab Rara sendu. 30 menit sudah berlalu, Lampu ruangan operasi berubah hijau menandakan operasi sudah selesai, Rara langsung menatap pintu tersebut dengan saksama bersama Bu Resti mereka bersigap untuk mengajukan pertanyaan yang sama. " Gimana Dok, ayah Saya keadaannya gimana ? Apa operasinya berjalan dengan lancar " Tanya Rara cemas menatap sendu wajah dokter. Diikuti kecemasan dari Bu Resti mengiyakan pertanyaan Rara dengan baik. " Tenang Ibu, Mbak untuk operasinya alhamdulillah atas seizin Allah semuanya berjalan dengan lancar, sekarang pak doni dibawa ke ruang inap. Selebihnya kalau untuk menjenguk, besok baru bisa kami izinkan untuk sekarang pasien masih dalam pengaruh bius dan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk penyembuhan. " terang Dokter "Alhamdulillah makasih ya Dok " ucap syukur Bu Resti serentak bersama Rara dan adiknya "Kalau begitu saya izin pamit " ucap Dokter tersebut mengukir seulas senyum. " Makasih Dok sekali lagi makasih " jawab Rara lega, ia mempersilahkan laki laki berjas putih rapi tersebut melenggang pergi. Rara menghembuskan nafas lega, mengembangkan seulas senyum sembari menatap gembira wajah kedua orang yang ia cintai itu di sampingnya, akhirnya urusan ayahnya selesai dengan baik. Tinggal bagaimana urusannya dengan Bayu ??? Tiba tiba saja, nama Bayu terbesit dikepala Rara membuat gadis itu menggigit pelan lidah bawahnya. Pikirnya berkecamuk mendengar nama lelaki itu disebut oleh hatinya, terlebih tadi Bayu menawarkan bantuan untuknya secara cuma cuma, tak ada embel apa pun hanya saja satu syarat yang masih dirahasiakan mengingatnya saja sudah membuat gadis itu bergidik ngeri, semoga saja tidak aneh aneh. " Apa ya yang mau dia lakuin sama aku? Aku tahu betul Bayu seperti apa dulu, apa lagi aku pacar Andre musuhnya sejak SMA . Perasaan gak enak gini jadinya kalo ingat perjanjian tadi siang, aku harap Bayu gak macam macam ! " pekik hati Rara menepis pikiran buruknya rasanya ini sama dengan mimpinya semalam dengan perjanjiannya bersama Bayu 6 jam yang lalu. Flasback on Di tempat yang sepi gelap, dan sunyi, Rara berlari letih melewati jalanan yang lenggang di sekitar jalan itu hanya tampak pohon mahoni besar dan tinggi serta pohon pinus menjulang tinggi ada beberapa pohon mangga yang sangat besar dan begitu rindang membuat tempat itu sepi layaknya di tengah hutan dimana tidak ada kendaraan motor, mobil ataupun semacamnya di jalanan yang Rara lewati. Rara ketakutan, ia menengok sebelah kanan, kiri dan belakangnya secara bergantian sembari langkahannya ia sempatkan untuk berlari menghindari tempat itu, tapi nihil jalanan itu sangat panjang dan tak ada rumah penduduk yang berserakan yang semestinya berjarak tak jauh dari dibahu jalan. " Tolong apakah ada orang " ucap Rara setengah berteriak menengok kanan dan kiri, kosong. " Aku takut " kilahnya lagi meringis. Rara memakai gaun merah menyala, gaun berenda hitam jahitan tangan namun terkesan apik dan rapi di setiap pinggir ujung dari gaun, membuat langkahan Rara tersendat untuk berlari cepat tidak bisa bergerak dengan leluasa. Seketika ada tarikan kasar merengkuh tubuhnya, mengunci geraknya sekejap ia pun langsung menghentikan langkahnya. Rara memutar tubuhnya paksa menatap panik lelaki yang menariknya secara kasar, Berusaha menatap jelas. Rara tertegun. Mata coklat laki laki itu sangat indah Tubuhnya yang tinggi tegap Rambutnya yang lurus hitam tebal Ditambah rambut yang sedikit menjorok di dahi putihnya menambah apik penampilannya. "Jangan ke mana mana, kau harus menikah denganku lalu memberikanku sesuatu yang sangat spesial dan berharga" ucap seseorang menatap lekat raut wajah Rara di dalam tarikannya. Rara terbelalak menatap si empunya suara tersebut. Otaknya dipaksa berpikir di tengah kepanikannya saat ini, Entah dari mana datangnya lelaki di hadapannya ini? Tiba tiba saja mengajaknya untuk menikah benar benar mustahil, baginya ia hanya mencintai Andre hanya dialah seorang. Bruak !! Sekejap laki laki itu tersungkur ke ke depan lalu terjatuh, Rara tertegun menatap siapa yang mendorong lelaki yang merengkuhnya secara paksa, sejenak ia menatap wajah lelaki itu terasa sangat jelas. " Andre " kilahku tersenyum manis menatap siapa yang datang menolongnya. " Dengar ya kau b******k, saya tidak akan membiarkan kau dan Rara bahagia, menari nari di atas luka ini yang kalian kasih dengan kejam terlebih Kamu---“ “ Rara Ekawati " ucap Andre dengan tegas. Dag.. Dig.. Rara terenyak. Apa maksud dari Andre ? Saat Rara menatap lekat wajah lelaki lain di hadapannya itu, justru wajahnya semakin memudar dan mimpinya terhenti. "Aduh apaan sih malah nyamain mimpi semalam sama kenyataan, tapi aku bingung kenapa ya mimpinya aneh banget. Apa hubungannya Bayu sama mimpi semalam ? Dan aku yakin sih ini gak ada kaitannya sama Bayu, jelas jelas lelaki di dalam mimpiku itu bukan Bayu, gak mirip. Paling juga bunga tidur doang !! " lirih Rara dalam hati. Sekian lama... Aku berjalan sendiri.. Tanpa kasih sayang.. Tanpa perhatian.. Rara terenyak, menyadari handphonenya berbunyi segera Rara menatap layar handphonenya gesit, terlihat nama yang terpang pang jelas bertuliskan sayang sudah beberapa menit lamanya memanggil. Rara menarik sudut bibirnya, mengukir seulas senyum terlihat raut bahagia menyambangi wajah Rara menatap nama yang bertengger ‘Sayang’ disana. Via telepon. " Halo Sayang ... " sambut seseorang dari jauh di sana. "Halo Sayang.., tumben kamu telepon di jam kerja begini ? Ada apa ? " ucap Rara heran. Ia tahu betul hari ini Andre sibuk beberapa jam yang lalu Andre mengabarinya pulang malam karena harus menyelesaikan beberapa berkas untuk di meetingkan besok dan lusa. " Aku tiba tiba kangen aja " sahutnya singkat dan jelas. Sontak saja Rara tertawa, sekaligus tersipu malu mendengarnya. Meski ini bukanlah hal yang baru untuknya. Tapi tetap saja kata kata rindu dari mulut Andre mampu menembus cepat di dalam hatinya yang tergelap, menyalakan api cinta yang hampir tiap harinya terkoyak oleh angin kerinduan dan kesalah pahaman antara dirinya dan Andre meski sesekali. " Haha kamu nih bisa aja, iya sih aku juga kangen banget sama kamu, makannya cepat ke Jakarta. Biar bisa ketemu !! " timpal Rara merengek manja. " Iyah pasti, aku bakal ke sana. Sekalian bukan cuma mau temui kamu doang tapi nikahi kamu juga harus !!! " tegas Andre dari jauh. Rara kembali tersenyum bahagia. " Iyah Sayang amin " ucap Rara masih tersenyum. "yaudah aku mau lanjut kerja dulu selesai ini aku kabari ya Sayang. " kilah Andre menyudahi percakapannya kali ini. " Iya Sayang semangat, semangat cari receh buat halal in aku " ucap manja Rara terdengar sangat gemas ditelinga Andre. " Iya bawel " potong Andre menyudahi via telepon. Lelaki yang memiliki postur tinggi tegap dan berambut hitam legam, hidung mancung dan terlihat selalu tampan dimata para karyawati di kantornya. Jika Andre sudah menyibak rambut panjangnya yang terlalu menutup bagian jidatnya yang putih lebih terlihat seperti tak beraturan sebenarnya, justru mampu membius wanita di sekelilingnya seketika langsung terkesima, Andreas Saputra lelaki yang sudah sejak SMA menjadi kekasih dari Rara. " Dua atau tiga bulan lagi Ra semuanya akan beres, dan pasti aku akan secepatnya nikahi kamu " lirih batin Andre seraya menutup laptop hitamnya dan mengemasnya ke dalam tas hitam yang terpatri tak jauh dari tempatnya terduduk. Fajar menyingsing, langit di ufuk barat tampak masih gelap namun langit bagian timur rupanya menyemburkan semburat cahaya matahari yang sudah sedikit demi sedikit mulai masuk bumi, menembus paksa kabut dingin pagi itu, celah celah dedaunan mulai bersiap bermetamorfosis layaknya hari biasanya karena malam sudah lewat. “ Besok ulangan, tapi aku harus gimana—“ “ Batas waktu pembayaran tinggal hari ini” kilah Adit meremas remas selembaran kertas putih yang ia bawa sekitar seminggu yang lalu. “Aku minta sama Mbak Rara kasian, kemarin aja Mbak udah bayari operasi ayah?—“ “Aku harus apa Ya Allah” pekik Adit menghembuskan paksa nafasnya yang terasa berat secara kasar, Di samping pintu yang tak jauh dari Adit terduduk lemas, tampak sepasang mata mengintip dengan mata yang nanar. Hatinya sesak, saat dirinya melihat adik semata wayangnya harus memikul beban berat seperti dirinya. “Maafin Mbak Dit, “ lirih Rara membungkam lembut bibirnya agar terkatup dan terdiam. Rara langsung pergi dari sana dan kembali beraktivitas seperti biasa, meninggalkan Adit yang termenung memikirkan nasibnya. Rara menyisiri jalanan dengan lesu, pikirannya berkecamuk. Hatinya teriris melihat adiknya Adit harus berhenti sekolah, tapi mau bagaimana lagi dia tak punya uang sama sekali bahkan rumah yang mereka tinggali sudah ibunya gadai untuk perawatan Pak Doni karena harus berobat jalan sebelumnya. Apa lagi Naomi, Sialnya lagi kakaknya harus mengalami nasib lebih buruk lagi dari pada Adit ia bahkan sampai diperkosa saat Naomi beranjak pulang larut malam seusai kerja. Sial, sial, sial bukan. “ Arghhh...” Rara menarik nafas panjang kemudian membuangnya secara perlahan, seraya kedua tangannya merenggangkan agar tubuhnya leluasa menikmati hawa dingin di Senin pagi. “ Bismillah,.. Semangat Ra kamu pasti bisa jalani ini semua” pekik hati Rara berbisik. Perih rasanya saat hati terus menyemangatinya dengan keras, justru logika kadang ingin berhenti saja dan mati. Dasar konyol, Rara terus memikirkan kekonyolan itu jika ia terus dihadapkan masalah besar, tidak sanggup. ‘Udah kaya Indosiar aja yak’ . Tin.... Tin... Rara menengok ke belakang, mengumpat kesal menatap sebuah mobil sport hitam yang sedari tadi klaksoni dirinya. Rara merapatkan kakinya meminggirkan langkahnya mempersilahkan mobil itu lewat, tapi anehnya mobil itu justru mengikuti langkahannya. Tinnn.. Tinnn... “Apaan sih nih mobil berisik banget !!! “ geram Rara memicingkan kedua matanya agar menatap jelas siapa pengemudi mobil gila itu. Rara mempercepat langkahnya, meninggalkan mobil hitam itu tapi konyolnya mobil itu ngebut. Brushhhh... Rara Berdiri tepat di samping Kubangan air, jalanan itu memang sudah tidak rata. Sontak membuat Rara geram dan naik pitam. “Kurang ajar, heii.... “ teriak Rara sekencangnya sembari tangan kanannya membenarkan tatanan rambutnya yang kotor dan bajunya rampung terkena kubangan air yang keruh. “ Baguslah kalo dia berhenti “ terang Rara menyadari mobil yang ia teriaki berhenti mungkin karena sudah ia teriaki. Masa bodoh. Rara memposisikan tubuhnya di depan mobil hitam itu. Bruak... Bruak.. “Turun, dasar kurang ajar !!! “ ucap Rara kesal ia terus menggebrak bodi mobil yang tampak mulus jika diperhatikan. Dari balik senyumnya, pengemudi itu tertawa kecil dan gemas melihat gadis dibalik kaca mobil hitamnya itu basah kuyup dan kotor, seperti tikus got saja. “Ayo turun,... “ semakin kesal dibuatnya Rara pun langsung menghampiri pintu mobil itu dan menggedor gedor agar orang di dalamnya turun. “Maaf---“ “Saya sengaja” umpat orang itu membuka pintu mobilnya seraya membenarkan kaca mata hitamnya, menonjolkan wajah manisnya agar terlihat jelas dimata Rara. Rara terdiam. “Ba.... Bayu –“ “Ka.. Kamu” kilah Rara terbata bata, rupanya orang kurang ajar itu adalah Bayu Lesmana. Menyebalkan, lelaki itu sudah membuat Rara basah dan kotor tapi dengan enteng bilang ‘ Saya sengaja’. “ Ayo..” tarik Bayu asal pada pergelangan tangan Rara. “Tapi---“ “Mau kemana--- “Ayo ke mana” tanya Rara menahan, dan berusaha melepas pegangan erat dari Bayu. “ Baju kamu basah !! Kamu mau kerja dengan pakaian begitu ha?” jawab Bayu jelas, ia mengernyitkan dahinya menatap Rara. "Tapi Bay" kilah Rara terpotong "Gak ada tapi tapian, sejak dulu sampai sekarang kau memang susah diatur. Aku heran, ada lelaki yang masih mau mengerti kamu dengan baik" jawab Bayu asal, ia masih ingat jelas Rara bagaimana karena ia hafal betul wanita itu seperti apa. "Apaan, kenapa malah bahas masa lalu" kernyit Rara menatap kesal lelaki yang menariknya paksa. "Kau basah, kotor dan bau. ayo ikut apa kau mau kerja dengan baju seperti ini? " tanya Bayu lagi membuat Rara memanyunkan bibirnya kedepan. memang benar, dia sekarang merasa seperti tikus got yang berlalu lalai digorong gorong. “Ah, iyaya “ lirih Rara dalam hati. Rara menatap dirinya secara teliti, benar apa kata Bayu dia sangat kotor dan bau pula. “Tapi apa apaan sih Bayu, dia datang dari mana sepagi ini, datang dari arah barat secara tiba tiba bagaikan hantu saja. Dia kira dia pangeran berkuda putih apa, datang untuk direncanakan sebagai takdir aku. “ Atau seperti buku sampul novel yang secara apik menampilkan perannya yang penting dalam hidup si tokoh utama. Kan mustahil “ deru hati Rara benar benar kesal. “Diam itu artinya iya, yaudah ayo masuk !!” cantumnya menarik Rara dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Rara hanya pasrah dan menurut, ia segera memasuki mobil Bayu tanpa basa basi lagi. Sesekali ia menengok Bayu, berharap Bayu bicara mau bawa ke mana dirinya. Didalam mobil hanya keheningan yang tercipta, tak ada suara pemecah antara kedua makhluk itu untuk memulai percakapan. Sampai akhirnya Bayu memilih membuka suaranya. “Apa kamu masih dengan Andre ?? “ tanya Bayu tiba tiba. Rara mengeluh dalam hati ingin sekali demo, seharusnya Bayu membicarakan tujuan dirinya mengajak Rara mau ke mana bukan malah membahas pertanyaan lain. Bayu melirik sejenak ke arah samping dimana Rara menatap dirinya dengan tajam. “Apa kau masih bersama Andre? Jawab !“
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD