Awal Perjanjian

2121 Words
Bab 2 Waktu terasa kian berlalu, Bayu merasakan dentuman waktu semakin keras berbisik lirih masuk berulang ke dalam hatinya menyadarkan dirinya sendiri bahwa Sudah sejak 5 tahun yang lalu dirinya tidak bertemu dengan Rara. Gadis itu banyak berubah sekarang dia lebih cantik ketimbang 5 tahun yang lalu, membuat hatinya kembali bergejolak saat isi dikepalanya menyeret gadis itu terus menerus untuk masuk ke dalam hidupnya, menyebalkan. “Astaga Bay... Bay kamu bego atau pura pura lupa ? Kenapa masih aja mikirin Rara. Gadis yang udah buat hati kamu runtuh dan sekarang hancur !!” Bayu mengelak, masa bodoh meski hatinya berteriak ia masih ada rasa untuk Rara tapi logikanya tidak bisa terima atas kejadian dimasa lalunya antara dirinya dan Rara. Dringggg... Dringgg... Suara bel istirahat sudah berdenting keras, para karyawan PT Merpati Indonesia mulai berhamburan keluar, memadati area kantin untuk melepas dahaga dan rasa lapar masing masing tak terkecuali gadis cantik berambut pendek sebahu memiliki tinggi 153 cm ia sering disapa Nia oleh Rara. “Kagak bosen bosen ah ngantri mulu, heran.!!” kesal Nia berbaris rapi mengikuti orang orang di sekitarnya yang tengah mengantre untuk mengambil makan seperti biasanya sebenarnya pihak karyawan laki laki tidak ada yang mengantre mereka asal saja ambil tanpa peduli teriakan para wanita, menyebalkan bukan. “ Ngapain sih ngantri, ribet” pekik seseorang berbicara setengah meledek pada dirinya. Sontak saja, Nia melirik tajam ke arah suara tersebut. “Rara..... “ teriak Nia tidak terima “ Aku duluan,” ucap Rara seraya melambaikan tangan pada Nia yang notabenenya adalah sahabatnya sejak setahun ini. “Eh... Enak aja “ tarik Nia pada kerah baju Rara asal membuat Rara memundurkan langkahannya ke belakang sembari memutar kepalanya ke samping, sial pikirnya. “ Apa apaan sih, orang mau ambil nasi” umpat Rara geram mendapati tindakan Nia yang asal tarik kerah bajunya. “ Ngantri !!!!!!! “ ucap Nia pada Rara singkat. “ Kamu aja, aku malas” jawab Rara ketus membuat Nia naik pitam. “Markonah,... Antri “ tariknya lagi pada Rara geram. Rara menghentikan aksinya, jika sudah mendengar teriakan dari Nia sudah jadi gadis itu naik pitam beneran bisa bisa di dalam pabrik nanti dia enggan konser bersama dirinya, pasti sepi. “Iya mbak ngantri dong “ tegur seseorang di depan Nia ikutan komplain. “Hee.,” Rara nyengir kuda sembari masuk merapatkan barisan. “Tuman” kilah Nia senang melihat sahabatnya tidak berkutik di depannya bagaikan nyamuk yang udah kenyang abis sedoti darah, mau terbang kagak mampu malah ketahuan duluan kikuk, kan selucu itu ekspresinya. “Kamu nih....” kesal Rara menoyor gemas jidatnya Nia. “ Bodo amat.” Pekik Nia setengah berlari seraya mengambil makan dari area meja putih panjang yang terpatri rapi di paling depan kantin, disusul oleh Rara. “ Kira kira seperti itu produk baru yang akan kita rancang untuk menarik minat konsumen pak. Bagaimana Pak Bayu ?? Untuk produk bayi satu ini saya rasa produk ini sangat menjanjikan selain kemasannya rapi dan elegan tentunya sangat bermanfaat untuk para ibu di luaran sana” terang seseorang mendikte jelas produk baru yang nanti akan diluncurkan. “ Bagaimana pak??” tanyanya lagi menatap penuh harap pada Bosnya itu yang terkenal manis namun terkadang sangat arogan, susah ditebak. Bayu melirik arlojinya terus menerus wajahnya yang tampan tampaknya dibuat sibuk oleh dunianya sendiri, apa yang ada di benaknya sekarang?!. “ Jam karyawan bawah istirahat” cetusnya kemudian sembari menghela nafas panjang membuangnya perlahan. Melihat keanehan Bayu, Rendy langsung menyadarkan Bayu dari lamunannya agar dirinya kembali fokus di dalam metting ini. “Sst,.. Pak Bayu—“ “Pak...” ucap Rendy menyikut paksa Bayu agar kembali masuk ke dalam lingkup ruangan tersebut. Bayu terenyak. “ Hah,... Iya “ pekik Bayu kembali tersadarkan. “Itu pak, produknya setuju apa tidak “ lirih Rendy pada Bayu meski sesekali ia mengumbar senyum paksa pada kliennya tersebut. “Oh, iya mettingnya saya tunda karena waktu sudah menunjukkan jam istirahat” tutur Bayu spontan, membuat Rendy kikuk. “Maaf Pak, ini jam istirahat karyawan bawah !! “ balas Rendy menegaskan. “Kalau saya bilang istirahat ya berarti sekarang istirahat tidak ada toleransi ataupun membangkang” jawab Bayu arogan. “Baiklah,.. Kita lanjutkan mettingnya selesai istirahat ya semuanya “ titah Rendy berdiri paksa beranjak dari kursi duduknya sembari sedikit membungkukkan badannya. Bayu langsung beranjak pergi dari sana, menyisiri area tangga yang tidak jauh dari ruang metting. Setengah berlari paksa menatap waktu sudah menunjukkan tepat jam 12.10. Bayu menghentikan langkahannya tepat di depan meja panjang putih area kantin, ia langsung membawa sekotak makanan khusus orang atas yang tersedia sedikit berjarak dari kelas karyawan bawah. Bayu menelaah setiap jengkal area kantin dengan teliti, mencari sesosok perempuan yang sedari tadi mengusik logika dan jiwanya tidak butuh waktu yang lama, Bayu menghentikan pencariannya saat ditatap gadis itu tepat dipojok ujung kantin sebelah Kiri. “Aa.... Aanu—“ pekik beberapa karyawan menatap dirinya tidak percaya. “Ra,... “ panggil Nia menatap Rara sembari mengunyah paksa gigitannya yang terasa sedikit keras. “Hm.,” jawab Rara asal tak merespon. “Kok kayaknya hening banget nih kantin, gak kaya biasanya” tutur Nia tak percaya “Ngapain sih dipikiri, udah makan aja yang bener” timpal Rara. “ Lah.. lah kok “pekik seseorang dari arah depan menyadari langkahan Bayu terasa semakin mendekati mereka. “Ih ada apaan sih kayak---“ “nya----“ “ Pak Bayu “ kaget Nia tidak percaya, membuat Nia terbelalak kaget “Uhukk,.. Uhuk..” Rara tersedak, sontak saja ia berpaling wajah menatap si empunya nama tersebut yang membuatnya dirinya kaget setengah mati. “Boleh saya duduk ikut makan bersama kalian?!” tanyanya mendelikkan matanya pada dua gadis cantik itu penuh harap. Rara dan Nia menatap heran lelaki di depannya itu, kedua gadis itu hanya bisa diam tanpa mampu berkata apa apa bahkan hanya untuk berkata iya. “Oke kalo gitu boleh” umpatnya terus langsung mengambil posisi duduk di depan Rara. “Hah,.. Pak Bayu duduk sama mereka ?? Beruntung banget sih mereka, aku juga kan mau “ bisik seantero kantin menatap sinis dan iri kedua makhluk cantik dipojok sebelah kiri dari kantin. Nia menelan ludahnya paksa, canggung rasanya harus makan berhadapan dengan bos besar layaknya Bayu sembari matanya menatap aneh gelagat dari Rara terlebih Bayu, sepertinya mereka sudah saling mengenal. “Bapak kok tumben makan bareng kelas karyawan bawah loh?? Baru kali ini rasanya saya liat Bapak makan di jam istirahat kita” ucap Nia akhirnya membuyarkan rasa canggung antara mereka. “Saya lapar, emang salah?? “ jawab Bayu singkat, terdengar sangat arogan masih sama saja layaknya dulu. “ Hee, kagak sih” balas Nia spontan. Sontak saja Rara tertawa menatap wajah ambigu Nia sangat jarang sekali Rara mendapati Nia seperti saat ini, momen yang sangat langka. “Yee malah ketawa si bambang” kesal Nia pada Rara “ Tau rasa, nih aku kasih contoh kalo nanya tuh yang bener “ jelas Rara melirik ke arah Nia. “ Bay, kenapa kamu memilih makan sama kita?? “ tanya Rara tepat membuat Nia melotot tajam ke arah Nia. bagi Nia, Rara terlalu gila bertanya seperti itu seharusnya tidak apa apa jika lelaki itu mau makan bersama dirinya dan Rara, apa jeleknya?? Malah bagus apa lagi lelaki di depannya itu adalah big bos di perusahaan Merpati Indonesia tempatnya bekerja bukan. “ Aku masih ingin mengenang dulu saat kita sering makan bersama, “ jawab Bayu jelas. “Aaa... Apa? Du... Dulu” kaget Nia memicingkan tatapannya menatap Rara, sesegera mungkin beralih menatap tajam wajah Bayu disana yang terlihat datar namun memiliki topeng wajah sangat manis. Rara tercenung, mendengar itu ia hanya bisa menghela nafas berat dan memilih untuk melanjutkan makannya saja. Pukul 14.45 Wib " Terima kasih pak atas kerja samanya, semoga kerja sama kita membawa keuntungan yang sangat berlimpah" "Iya pak saya harap demikian " Bayu menjabat tangan Pak Wira untuk menyudahi pertemuan mereka, setelah berlalu. Bayu memutuskan untuk kembali ke kantor karena masih banyak hal yang harus diurus. Di tengah perjalanan Bayu menatap nanar dari kejauhan kaca depan mobil yang ia kendarai, menatap lekat gadis itu secara teliti. Rupanya hatinya menjurus kesatu nama yang sudah sejak lama terus menerus mengusik ketenteraman jiwanya. “Rara..,” lirihnya dalam hati. Dengan langkah tergesa gesa, Rara berlari menyisiri bahu jalan yang bayu lewati. " Rara mau ke mana dia ? Kelihatannya keburu buru banget "tanya Bayu dalam hati Bayu masih memandangi lekat tubuh Rara yang hilang ditelan angkot yang ia tumpangi. " Ikuti angkot tadi ya pak !! " perintah Bayu. Entah kenapa rasanya Bayu penasaran apa yang telah terjadi pada Rara, terakhir Bayu melihat gadis itu menangis sembari berlari. Rara pov. Rara menangis tiada henti, khawatir takut terjadi apa apa pada ayahnya itu karena ia tahu betul ayahnya terkena penyakit gagal ginjal. " Ya Allah moga aja ayah gak kenapa kenapa amin Ya Allah " lirihku dalam hati. Tubuhku sedikit gemetar saat mengetahui ayah masuk rumah sakit, seketika aku panik dan memilih meninggalkan kerjaan di kantor tanpa perlu ada izin terlebih dahulu. Sampailah pada sebuah bangunan yang berdiri kokoh dan tinggi yang bertulis Rumah Sakit Pelita. Ditatapnya disana ada ibu dan Adit yang sedang menanti sembarj saling menguatkan satu sama lainnya. "Bu gimana ayah Bu ?! " cemasku menatap lekat kedua mata Ibu. " Belum tahu Nak, dari tadi ayah masih di dalam dan dokter belum juga keluar Ra " sergah Bu Resti memeluk tubuh Rara. " Dokter bagaimana ayah Saya Dok!! " ucap Rara menatap laki laki ber jas putih yang baru saja keluar dari pintu yang ia sambangi. " Saya harus mengatakan hal ini mbak, penyakit yang diderita oleh Pak Doni semakin parah. " ucapnya kemudian. Semua terhenyak, hanya bisa terpaku dengan deraian air mata membasahi kedua pipi ketiga makhluk tersebut. " Demi kesembuhan Pak Doni saya harus menyiapkan ruang operasi, lebih baik ibu dan mbak segera mengurus administrasinya secepatnya agar operasi segera dilaksanakan. " lanjut Dokter. Aku hanya mampu terdiam menatap punggung Dokter itu yang mulai menghilang di persimpangan “ Operasi? “ pekik Rara mengulang ulang kata itu. " Ra gimana ini dari mana kita dapat uang sebanyak itu untuk operasi ayah " tanya Ibu dengan lirih Kudapati wajah ibu cemas, sedangkan aku hanya bisa diam menangis, bingung harus Bagaimana? " Sebentar ya Bu, Rara mau menanyakan berapa uang yang diperlukan untuk operasi ayah, ibu disini sama Adit ya Bu. Ibu gak usah khawatir Rara bakal usaha in berapa pun uangnya. " ucap Rara menenangkan Ibu resti, agar tidak terlihat panik ataupun cemas. "Iya Nak " lirih Bu Resti menyeka kedua sudut matanya. Ditatapnya punggung Rara yang melenggang pergi dengan mata nanarnya, berharap anaknya itu membawa kabar baik Disisi kanan dari persimpangan kamar inap rumah sakit, Bayu berdiri menatap kejadian yang baru saja ia tangkap. Entah mengapa langkahnya lebih memilih meninggalkan tempat itu dan mengarahkan langkahnya mendekati area kasir rumah sakit. "Mbak saya Rara anak dari Pak Doni kira kira berapa tagihan untuk operasi ayah Saya mbak ? " " Oh iya mbak sebentar saya lihat datanya terlebih dahulu " "Gimana mbak ? " " Semua total untuk operasi Pak Doni sekitar 250 juta mbak. Apa mau dibayar sekarang Mbak ? karena Pak Doni butuh secepatnya untuk dioperasi. Saya harap Mbak secepatnya melunasi tagihannya terlebih dahulu." " 250 juta mbak " kaget Rara terpana mendengar nominal uang yang dilontarkan oleh Suster Administrasi. Ia semakin cemas, tak tahu arah jalan keluar kali ini. Bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam sehari ? Terlebih ia hanyalah gadis yang sangat sederhana bahkan hidupnya serba kekurangan selama ini, di rumahnya ia menjadi tulang punggung keluarga, tak ada yang bisa diandalkan selain dirinya, kakaknya Naomi yang dulu membantunya dalam kesulitan pun tak bisa lagi ia lakukan lagi karena ia depresi setelah pemerkosaan yang dialaminya. Rara tersungkur terduduk lemas dibangku panjang Dari sudut lain, seutas senyum mengembang dari bibir manis Bayu menatap Rara yang tengah terduduk lemas. Pikirnya Allah sedang berbaik hati padanya kali ini, tak mau berpikir panjang. Bayu segera menghampiri Rara yang tengah cemas akan nasibnya. " Aku harus gimana ? " cemas Rara terdengar sangat pilu ditelinga Bayu. " Aku bisa bantu !!! " sergah seseorang dari balik jas berwarna hitam menghampiri Rara. " Bayu " kagetnya langsung melonjak kaget menatap si empunya suara tersebut yang ternyata berasal dari orang yang selama ini dia kenal sebagai sesosok laki laki yang pernah mengejar ngejar dirinya. Yah Bayu Lesmana, pernah se tergila gila itu padanya. Sayangnya Rara lebih memilih Andre laki laki yang sudah menjadi musuhnya sejak lama. " Bayu kamu seriusan mau bantuin aku " tanya Rara sangat senang. Tak menyangka ternyata Bayu bisa sebaik ini padanya. " Iya aku mau bantu kamu " jawab Bayu mempertegas kalimatnya lagi yang mau menolong Rara. " Makasih Bay kamu emang orang yang baik " senang Rara langsung tersenyum menatap bayu " Tapi dengan syarat " bayu menyeringai devil menatap Rara. Rara langsung menarik seulas senyumnya paksa, menatap Bayu serius. " Apa syaratnya " tanya Rara heran Bayu melangkah ke depan dua langkah untuk menghindari tatapan Rara, matanya sembab akibat terlalu banyak menangis. " Tidak sekarang, aku akan berikan syarat itu nanti, gimana apa kamu tertarik ? " tegas Bayu kemudian. Sejenak Rara terdiam, berpikir apa syarat yang mau ia ajukan itu ?! Tapi nyawa ayahnya lebih penting dari pada sekedar membayangkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi. "Iya apa pun aku akan lakukan, asal ayah bisa operasi " jawab Rara akhirnya " Tidak hanya itu, aku akan memberikan fasilitas untuk ayahmu agar sembuh total " kilah bayu singkat, mampu membuat gadis di belakangnya sedikit kagum. " Makasih ya Bay, makasih banget " ucap rara mendekati Bayu dan menarik kedua tangan Bayu. " Sama sama " Bayu tersenyum sinis menatap punggung Rara yang menjauh darinya dan kembali menemui keluarganya. " Kita liat apa yang akan terjadi Ra !!! Kamu akan menyesal memilih jalan ini, aku jamin 100 % hidupmu akan berubah " dentum hati Bayu tersenyum lebar. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD