CHAPTER 2

990 Words
Chapter 2 ** ** Mereka pasangan yang sempurna dengan kepribadian yang berbeda, ah tapi kenapa otaku tak seencer milik abahku ini ckck. Jika saja aku mewarisi otak cerdas milik abahku pasti aku bisa lulus dengan nilai sempurna seperti abah, tapi rupanya Allah lebih berpihak pada Umiku hingga aku memiliki otak pas-pasan seperti saat ini, dan aku bersyukur dengan itu semua. Mereka adalah segalanya bagiku, mereka yang mengajarkanku untuk menjadi kekasih Allah dan mereka yang mengajarkanku akan segalanya hal. Aku sejenak pernah berpikir mengapa aku tidak seeanggun Umi yang berniqab dan tutur katanya begitu menghangatkan, aku keras kepala, tidak feminim dan yang paling utama aku tidak bisa diam dalam segala hal, apa yang aku ucapkan segalanya penuh penekanan dan aku sering mendengar mereka memanggilku toa rongsok dan banyak yang mengatakan jika rupaku sama sekali tidak mirip kedua orang tuaku. Tapi mungkin saja aku mirip kakek, atau nenekku, atau bahkan buyutku. Flashback Off "Hiks.. mengapa dia berbicara seenaknya sendiri! Aku sudah belahar, semuana sudah aku lakukan kok. Kan intinya aku sudah berusaha. Bukankah usaha yang aku lakukan itu penting masa hanya sekedar nilai?? Itu saja untung mau dan ingin belajar. Aishhh!" "Jika aku menjadi dosen aku tidak akan seperti dosen cabe-cabean itu aku janji, Allah dia menyebalkan sekali hiks, mulutnya mirip banget sama bubuk cabe" Aku tidak bisa menahan tangisku disini, sifat cengeng Ibuku ternyata kembali mengalir dalam darahku, aku tidak setegar Ayah yang hanya diam dan diam di kala kesakitan menerpa hatinya, aku begitu meneladani Ibuku yang kala dia teluka hanya senyum dan tatap mata yang mewakili lalu tangis setelah itu semua. "Apa kamu tidak bisa diam" aku tertenggun mendengar kalimat datar entah dari siapa, dengan sengaja aku membersihkan sisa air mataku dengan khimar panjang yang menutupi setengah dari tubuhku lalu beralih perlahan menatap darimana asal suara yang secara tidak langsung mengatakan jika aku menganggunya, Aku terdiam kaku, kembali hawa dingin menyelinap masuk menyentuh kulit hingga tulangku, mataku membulat dan tanganku meremas khimar yang selalu menutupi mahkotaku, Setelah melihat siapa sosok yang memanggilku, rasanya Ingin sekali tanganku melempar buku setebal 400 halaman pada wajah pria yang tengah menatapku intens dan datar membuatku tidak bisa bergerak sama sekali, Oh tuhan, apakah dia mendengar semua yang aku katakan tadi. Matilah aku! *** ** Cinta adalah hal termunafik dan terbodoh dalam hidupku Dengan mudah mengatakan pada dunia jika aku membencinya Tapi dengan tangis aku mengatakan pada-Nya jika aku mencintainya. Sungguh pendusta adalah aku - - @aisyadzahra *** Perempuan adalah sosok yang bangkit dari pancarannya. Perempuan yang menyumpan sejuta kenikmatan dan kedamaian, seperti embun jernih di pagi hari atau apapun yang membuat seseorang yang bersentuhan dengannya akan merasakan keindahan dan kebahagiaan. Perempuan yang memancarkan nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, ia akan mencerminkan nama ini dalam kehidupannya, ia akan mengasihi dan menyayangi siapa saja, karena Tuhan tak pandang bulu. Perempuan yang memancarkan nama Tuhan yang Maha Lembut, ia akan berperilaku lemah lembut, ramah dan sopan. Dan perempuan yang memancarkan maha suci maka ia akan menjaga dirinya dari perbuatan kotor yang merugikan bagi dirinya dan orang lain. Perempuan seperti ini yang pastilah akan dicintai oleh laki-laki, terutama laki-laki muslim dan shalih. Karena dalam dirinya akan menciptakan sesuatu yang berharga, sesuatu yabg membuat orang seperti berada dalam ketenangan sebuah telaga. Perempuan cahaya Tuhan (Allah) adalah perempuan yang bertakwa, dalam islam perempuan yang bertakwa disebut sebagai perempuan yang Shalihah Perempuan Shalihah mempunyai ukuran dan nilai yang ia dapat disebut shalihah, dan perempuan Shalihah pastilah seorang perempuan yang mempunyai ketakwaan kepada Allah sebagai tuhan yang menciptakannya, yang langsung tercermin dari dalam dan luar dirinya. Perempuan Shalihah, Ya. Shalihah, itulah kalimat yang selalu memutar dan kembali lewat dengan santainya dalam hatiku. Usiaku yang mencapai angka 27 tahun menjadi alasnku terus mengingat kata Shalihah, dan aku belum menikah. Sejujurnya aku sudah Lelah menjadi bahan ledekan teman-teman dosen, rekan bisnis, dan teman nyantri. Begini katanya, "Nakk! Kapan kau akan menikah" Begitulah kurang lebihnya kalimat yang simple namun menyakitkan keluar dari mulut-mulut para manusia yang begitu mengkasihani aku. Ck, padahal aku tidak butuh dikasihani, aku hanya belum menemukan yang cocok sebagai calon istri sekaligus calon ibu untuk anak-anakku yang pastinya tampan seperti diriku. Sudahlah, membuatku geram saja jika memikirkan kapan aku akan menikah, positif saja mungkin Allah sedang menyembunyikan jodohku. Benar begitu bukan. Selain karena aku begitu jenuh memikirkan jodoh, aku baru saja selesai kabur dari zona tak nyaman dalam hidupku yaitu mengajar. Aku tidak bercita sebagai seorang dosen seperti saat ini, tapi karena keadaan yang mendorongku hingga ya mau bagaimana lagi karena ini sudah Rizki dari Allah jadi aku harus melaksanakannya dengan niat ibadah berharap apa yang aku lakukan menjadi berkah untuk hidupku dan orang lain. Ahmad Ats-Tsauri. Itu adalah aku, pemuda kelahiran Bogor dari rahim wanita yang begitu cantik dan Shalihah. Putra sang Kyai ponpes Ar-Rahman dan sang Ustadzah, Subhanallah begitu bersyukur aku di lahirkan dan di didik oleh keluarga agamis hingga aku menjadi seperti ini, pemuda lulusan Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir yang jika dikatakan maka aku masuk pada kategori sebagai menantu idaman. Entah kalian percaya atau tidak aku akan tetap mengatakan jika ibu-ibu yang dominan dengan sikap cerewetnya itu selalu menghujaniku dengan kalimat "Mas, udah nikah belum? Sama anak saya mau ya" Ck, mereka pikir aku tidak bisa mencari jodoh sendiri hingga aku merasa masuk dan berperan dalam drama Siti Nurbaya. Percayalah padaku jika aku bukan sedang tidak ingin menikah atau melajang, aku seorang muslim dan aku tau hukumnya membujang adalah makruh. Hanya saja aku sedang mencari sosok yang ah rahasia, aku tidak akan mengatakannya yang jelas bukan tipe seperti wanita yang berani menantang dan bahkan mengajariku sopan santun. Iya, dia seorang mahasiswa yang mungkin berbisnis khus jam karet alias jam yang sengaja di mundurkan oleh tangan-tangan licik untuk memanipulasi ketidak disiplinannya . Ck, aku benci ketidakdisiplinan, pada intinya aku membenci hal yang selalu melanggar aturan terlebih dalam syariat islam dan mahasiswa itu masuk dalam peringkat pertama dalam sejarah hidupku yang akan aku anugerahi sebuah tropi penghargaan karena berhasil menempati posisi pertama benci dalam hatiku, hebat sekali dia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD