bc

Memejam Sekejap

book_age12+
596
FOLLOW
3.1K
READ
others
comedy
sweet
humorous
mystery
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Khadijah dan Ahmad banyak melewati konflik kehidupan yang terpaksa membuat mereka memutuskan untuk tidak mengenal satu sama lain. Merek abertemu dengan perjodohan dari orang tua, restu orang tua, dan diagnose medis yang mengerikan. Dari semua konflik itu, Khadijah dan Ahmad mencoba tetap bertahan dengan segala cara. Yaitu dengan memilih jalan masing-masing, memutuskan dan merobohkan apa yang mereka bangun, lalu merintih pada semesta untuk menyampaikan doa-nya pada Tuhan. Agar keduanya di satukan dengan cara yang Tuhan tuliskan sesuai catatan milik-Nya.

Perpisahan yang masuk dalam hitungan tahun itu rupanya membuat Tuhan mengabulkan doa yang Ahmad dan Khadijah bisikan kepada bumi dan bumi menitipkan kepada langit untuk disampaikan kepada pemilik hidup dan mati. Sampai akhirnya, keduanya bertemu dan diridhai untuk bersujud bersama dalam satu atap.

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1
Chapter 1 Hiduplah dengan tenang Jangan menangisi apa yang menyakitimu Tangisilah dirimu yang lemah hanya karena itu Percayalah, ujian adalah cinta Percayalah, tangis adalah kekuatam Dan percayalah akan ada tawa setelah air mata Jadi, berhentilah menangis -Kertas Dan Hujan- -Aisyadzahra- *** "Huaaaa!!" Tangisku semakin menjadi ketika mataku kembali menatap selembar kertas ujian bahasa arab yang hanya mendapat B, dasar dosen kutub! Dia pikir dia malaikat apa seenaknya saja memberiku nilai, dia tidak tau apa jika aku sudah belajar mati-matian untuk ujian bahasa arab. Ahhh dosen menyebalkan!! Jika saja kita bertemu akan ku makan dia hidup-hidup. "Hiksss, abah maafin Khadijah" Aku sungguh menyesal menatap huruf yang seperti badut ini, nilaiku hanya di batas rata-rata sedangkan Abi begitu mengharap agar aku bisa mendapat nilai A, lagi-lagi ini semua karena dosen kutub yang arggh menyebalkan. Aku tidak suka dengannya, hanya karena dia tampan dan ya tampan menurutku, memang pada nyatanya dia begitu tampan tapi jangan sampai kalian melupakan sikapnya yang begitu dingin dan kejam. "Dasar dosen tidak tau diri hikss.. aku kan sudah belajar tapi malah dia memberiku nilai badut seperti ini hiksss.. dasar dosen menyebalkan.’’ Aku berguman tidak jelas dalam tangisku. Kesal yang aku rasakan saat ini, aku bahkan sampai tidak ingat siapa namanya karena dosen kutub itu dosen pengganti yang baru dua kali mengisi kuliah dan memberiku nilai badut, ya tuhan menyebalkan sekali. Aku tidak bisa berhenti menangis di perpustakaan kota , masa bodo mereka menatapku seperti daging segar dan merka harimau yang akan memangsaku saat ini juga, aku tidak perduli. Sekali lagi aku tidak perduli! "Hiksss" Aku tidak ingin mengulang untuk mendapat nilai A "Huaaaaaa!!" From Toa Masjid part 2 Khadijah! Buruan masuk kelas, dosennya dateng ih dasar lemot! Flashback Begitulah sederet kalimat yang membuat jantungku berdebar seperti orang tengah jatuh cinta, katanya sih orang jatuh cinta begitu rasanya tapi karena aku belum pernah merasakannya jadi aku hanya memilih kata yang lebih tepat saja berdasaran logika dan yang tengah melanda. To Toa Masjid part II Aku otw! From Toa Masjid part 2 Mati aja lo! Jadilah secara mau tidak mau, aku yang tengah menyantap makanan segera melahap rakus hingga tersedak dan langsung meninggalkan dua lembar uang di meja lalu melangkah pergi menuju ruang dimana aku biasa tidur dan menikmati nyanyian murni dari para dosen alias suara sember dosen yang tengah menjelaskan materi. From Toa Masjid ‘II Mati aja lo! Ah dasar menyebalkan, benar-benar menyebalkan. Setidaknya dia mengatakan pada dosen jika aku terlambat karena ban motorku bocor atau apa supaya aku tidak disini, didepan teman-temanku yang tengah menatapku dengan kekehan receh yang semakin membuatku naik pitam. "Berhenti Nona,’’ Kata pria berumur mungkin sekitar 27 tahun yang menghentikan langkahku. ‘’Anda tau jam berapa ini?’’ "Apa kamu tidak punya mulut! Atau kamu bisu!" Jlep! Dosen ini benar-benar bermulut pedas, jika saja bukan dosen aku pasti sudah menatapnya balik dan menangtangnya sangar, tapi lupakan itu semua karena pada nyatanya manusia tua di depanku ini adalah dosen yang katanya dosen adalah tuhannya mahasiswa, ck aku tidak percaya itu.Aku tetap diam tak membalas apa yang dia katakan, hanya mengetuk-ketukan sepataku pada lantai hingga menimbulkan suara bisik di dalam kelas yang hening ini, persetanan dengan mereka aku tidak perduli. Awas saja kalian! "Kelakuanmu seperti mahasiswa yang bodoh!" "Tidak disiplin! Menyianyiakan waktu berharga hanya untuk makan dan bergosip! Apa kamu tidak punya kegiatan yang lebih penting dari itu! "Setidaknya jadilah mahasiswa yang biasa saja, taat pada aturan dan disiplin. Bagaimana kamu akan lulus dengan nilai A jika kelakuanmu seperti hewan" Perlahan aku menatap dosen di depanku ini, mataku menatapnya tajam dan aku berdiri kaku selama beberapa menit. Aku terpaku menatap wajahnya yang sempurna, rahangnya yang kokoh, kulitnya yang putih bersih dan alisnya yang tebal, tinggi yang ideal dan sempurna, dosen ini begitu tampan hingga jantungku berdegup kencang seperti merayakan marathon di sana. Maasyaallah, aku terpaku menatapnya hingga aku disadarkan kembali oleh kalimat yang kembali menyakitiku. "Khadijah Syauqillah!" Panggilnya sambil melempar kertas ujian tepat di wajahku, reflek aku menangkap kertas yang hampir saja menyentuh keramik putih ini. Mataku membulat seketika saat menangkap huruf badut di kertas ujian atas namaku.Dengan marah aku meremas kertas ujianku dan menatap dosen tua ini intens, "Tundukan pandanganmu!" Tegurnya padaku tapi aku tak menghiraukannya sama sekali, "Bagaimana bisa, seorang mahasiswa muslim, yang riwayat orang tuanya adalah peraih gelar Hafidz terbaik 17 tahun silam dan bahkan anda punya riwayat mempelajari Bahasa arab dan menghafal Al-Quran mendapat nilai terendah di kelas ini? Apa yang orang tua kamu ajarkan!’’ Lagi-lagi dia membentaku dengan kalimat yang begitu menancap hatiku, aku marah. Bagaimana tidak! Dia membawa abi dan umiku disini, "Itu bukan urusanmu!" Jawabku dingin pada manusia es didepanku, "Lihatlah, bahkan dia tidak diajari sopan santun oleh orang tuanya" kekeh dosen tua itu padaku, sementara temanku hanya menatap iba dan meringis takut dan kasihan, aku tak menyangka dosen tampan yang ku piikir berhati lembut ini sedingin es hingga aku terbujur kaku di depannya dengan dua pikiran yaitu menikmati ketampanannya atau tersihir oleh kata kakunya. "Kau! Tidak perlu membawa orang tuaku dalam urusan ini. Disini adalah urusanku dan anda!’’ "Orang tuaku tidak seburuk apa yang kau pikirkan Tuan Dosen yang terhormat, sebaiknya berpikirlah sebelum mengatakan sesuatu padaku pak dosen sebelum aku mengatakan ini pada anda. Apakah orang tua anda mengajarkan anda untuk bersikap sopan dan menjaga ucapan pada orang lain? Apakah orang tua anda tidak mengatakan pada anda jika orang yang paling buruk dan kejam di dunia ini adalah mereka yang tidak bisa menjaga ucapannya. Jangan berusaha menjadi orang yang paling benar disini pak. Seharusnya meskipun saya mendapatkan nilai yang bagi anda tak bernilai, anda harus menghargai proses saya. Tuan Dosen, bagi saya belajar adalah proses, tapi mungkin bagi anda belajar adalah angka! Sekian.’’ Setelah mengatakan semua itu dengan tenang aku langsung berlalu pergi meninggalkan kelas, yang aku pikirkan hanya abah dan umi. Sebenarnya aku bukan tipe pemarah dan suka membalas apa yang orang tua katakan padaku, tapi jika berhubungan dengan orang tuaku maka aku tidak segan-segan untuk memberinya pelajaran. Aku Khadijah Syauqillah, putri.pertama dari pasangan Aira Syadza Azzahra dan Arsyaf Syauqillah Arsyad.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook