PART 11 - KILASAN MENYAKITKAN

1178 Words
Kinanti merasa selama ia menjalin hubungan dengan Haidar, mereka tidak pernah berselisih, bertengkar pun jarang karena Kinanti sangat menjaga perasaan kekasihnya. Sekalipun Haidar sering tugas luar kota, Kinanti tetap setia tanpa menuntut macam-macam. Jadi pikirannya kini berkelana, bagaimana bisa Haidar menjadi calon suami Ambar? Sudah sedekat apa hubungan mereka selama ini dibelakangnya? “Anti,” tegur Tania. Saat melihat gadis itu mematung. Bahkan gadis itu membiarkan tangan Haidar begitu saja. Kinanti mengerjapkan matanya, menyadarkan dirinya pada situasi terkini, setelah tadi pikirannya berkelana. Pada akhirnya ia memang harus membalas uluran tangan itu. “Kinanti.” Suara itu akhirnya keluar juga dari mulutnya, sambil menatap langsung ke arah bola mata yang selama lima tahun ini selalu memberikan kehangatan dalam memandangnya. Kinanti baru sadar bola mata itu sudah berubah pancarannya. “Tanganmu halus ya? Pokoknya aku gak mau kalau istri aku tangannya kasar. Kamu harus sering-sering ke salon ya sayang. Jangan terlalu banyak bekerja di dapur.” Kinanti mengenyahkan bayangan yang mampir kebenaknya lagi. “Maaf saya permisi.” Lalu Kinanti memilih kembali naik kedalam kamarnya. Dan meluapkan tangisnya disana. Bertubi-tubi masalah yang menerpanya belakangan ini, sungguh Kinanti tak sanggup menanggungnya seorang diri. Ya Tuhan, kenapa harus Ambar? Sudah berapa lamakah Haidar menghianati cintanya? Bahkan lelaki itu pintar bermain peran. Seolah mereka tadi tidak saling kenal? Lalu Ayahnya? Kenapa Ayahnya diam saja melihat ada seorang lelaki menyakiti putrinya? Bahkan Kinanti masih terisak saat pintu kamar nya terbuka, menampilkan sosok Ayahnya. “Anti ….” Heryawan berdiri di ambang pintu kamar putrinya. Ia tahu apa yang menimpa putrinya hari ini. Namun ia tak berani bertindak apa-apa. “Kenapa Ayah? Kenapa Ayah tidak memberitahu mereka siapa Haidar itu? Ayah bahkan diam saja tadi?” tanya Kinanti tak mengerti akan kebisuan sang Ayah. “Tolong mengerti posisi Ayah, Anti. Ambar mencintai Haidar. Bukan salah Ambar.” Kinanti memejamkan matanya, hingga merasakan kembali pipinya basah. Benarkah Ayahnya yang tadi bicara dan mengatakan itu semua bukan salah Ambar? “Seharusnya Ayah menjelaskan pada mereka jika kami sudah bertunangan,” isaknya. Paling tidak Ambar bisa mengetahui seperti Haidar di mata gadis itu. Apakah Ambar akan tetap menerima lelaki itu sebagai calon suaminya jika tahu bahwa ia tunangan dari adik tirinya? Adakah wanita yang mau menjalin kasih dengan lelaki tak setia seperti Haidar? “Tapi Haidar memilih Ambar! Kamu harusnya bisa menerima dengan lapang d**a. Karena bagaimanapun juga cinta tak bisa dipaksakan. Salahmu sendiri kenapa sampai Haidar berpaling pada wanita lain. Kamu yang tidak bisa menjaga tunanganmu Anti.” Kinanti tersenyum kecut? Tidak salahkan telinganya malam ini? Bahkan Ayahnya sendiri sama sekali tidak berniat membelanya? Dan justru berbalik menyalahkannya? “Makan malam sebentar lagi akan dimulai, Ayah harap kamu mau bergabung.” Kinanti menatap tak percaya. Berulang kali bertanya pada hatinya inikah Ayahnya? “Bunda percaya Haidar lelaki yang baik untukmu Anti. Dia tidak akan mungkin menyakitimu. Jika suatu hari nanti Haidar menyakiti putri Bunda. Bunda yakin Ayah tidak akan tinggal diam.” Tidak Bunda, kali ini Bunda salah. Bukan hanya Haidar yang menyakiti hati aku. ***** Malam itu kembali Kinanti tuntas memainkan perannya. Saat tiba di ruang makan, ia melihat hanya tinggal dirinya yang belum bergabung. Meja makan dirumahnya berbentuk persegi panjang. Ayah duduk sendiri, diapit istrinya dan Ambar, sementara Aida duduk disamping istri Ayahnya, sedang Hiadar duduk disamping Ambar. Semua memandang ke arahnya. Ia mengerahkan kemampuannya dalam berdandan. Malam ini Kinanti ingin terlihat cantik. Rambutnya yang melebihi bahu ia biarkan tergerai, dengan memakai jepit di kanan kiri, sedikit poni ia berikan menutup dahinya. “Sayang aku belikan kamu jepit rambut, aku suka melihat kamu memakainya. Kamu terlihat cantik. Bahkan Linda yang memilihkan jepitnya. Cocok buat kamu pakai.” Penampilan Kinanti malam ini total. Aida bahkan menatap Kinanti penuh kekaguman. Baru kali ini Aida melihat Kinanti berdandan, berbeda dengan Ambar, ia hanya tersenyum singkat yang menyiratkan keremehan. Tampaknya Kinanti memang tidak menyukai sosok saudara tirinya yang satu itu. Diluar ia merampas Haidar kekasihnya malam ini. Baju berwarna peach yang ia kenakan malam ini adalah baju saat ia bertunangan dengan Haidar. Gaun terusan hingga lutut, dengan potongan tangan sebatas lengan, Kinanti memadu padankan dengan kalung berliontin love, hadiah dari Haidar saat ia berulang tahun. Walau percuma, tapi Kinanti hanya ingin lelaki itu tahu jika status mereka belum putus hingga malam ini. “Mama yang memilihkan warna gaunnya. Mama bilang cocok untuk kulit kamu. Nanti jangan lupa kenakan kalung sama liontin yang aku kasih ya. Supaya di acara tunangan nanti kamu lebih cantik dan bersinar.” Dulu Kinanti hanya mampu tersipu dengan wajah merona mendengar punjian dari Haidar. Berbeda dengan sekarang. Tak ada lagi ucapan yang bisa membuat hatinya menghangat. Yang ada dalam d**a Kinanti hanya berusaha supaya ia bisa mengontrol emosinya, malam ini. Haidar menatap tak berkedip ke arah Kinanti. Yah ia mengakui Kinanti memang tidak berubah, tetap cantik walau sedikit agak kurus. Kinanti melirik sebentar, ia harus memilih. Duduk disamping Aida atau disamping Haidar? Dan ia memilih duduk disamping Haidar. Hingga di mulai lah acara makan malam ini. Kinanti makan dalam diam, hingga terdengar suara dari samping. “Aku alergi seafood.” Kinanti menoleh, ternyata Ambar menyajikan udang asam manis ke piring Haidar. Entah ada dorongan apa, Kinanti menyendokkan sepotong ayam kecap manis ke piring Hiadar. Dan itu ditatap oleh semua mata yang ada disana. “Terima kasih,” ucap Haidar dengan suara pelan. Kinanti tidak mengindahkan perkataan lelaki disamping kirinya, ia tetap melanjutkan suapannya. Sementara Ambar, ia mendengus tak suka akan perlakuan gadis itu terhadap calon suaminya. “Ambar, kamu harusnya hapal dong sama kebiasaan calon suamimu.” Suara istri Ayahnya mau tak mau meremas kembali hati Kinanti. Calon suami. “Oh ya Ma, aku sudah melihat rumah baru kami, yang akan kami tempati jika menikah nanti, iyakan sayang?” Remasan jantung dalam tubuh Kinanti makin terasa. Andai bisa ia ingin meneriakkan jika itu semua miliknya, namun kembali kata-kata Ayahnya terngiang. Bukan salah Ambar! Semua salahnya! “Furniture juga sudah lengkap, model terbaru. Pokoknya aku suka banget. Makasih ya sayang.” Tidak, Kinanti tidak akan merendahkan dirinya untuk mengamuk saat ini. Haidar bukan lelaki yang pantas untuk ia perjuangkan. Terlalu berharga jika ia melakukan hal itu. Apalagi saat ini Kinanti tidak memiliki siapapun yang bisa membelanya. Kinanti tidak tahu, jika pembantu rumah tangganya semakin menatap iba pada nasibnya. “Kapan kamu akan membawa orang tuamu kemari untuk melamar Ambar, Haidar?” Kembali suara istri Ayahnya mendominasi malam itu. “Secepatnya Ma, iyakan sayang?” terdengar suara Ambar sarat dengan kebahagiaan. Yah mereka semua malam ini sedang bahagia, dan hanya Kinanti seorang yang memang sudah salah meletakkan posisinya. Dia memang bukan bagian dari keluarga ini. Harusnya ia sadar diri. Sambil menelan asupan makanannya, otak Kinanti berputar. Ia harus menyelesaikan semuanya. Ia harus bertindak, paling tidak sudah tidak ada yang ia harapkan untuk terus berada dirumah ini. Kinanti memejamkan mata, kala mengingat kilasan hidupnya setahun lalu yang teramat menyakitkan, tanpa sadar Kinanti terisak. Ternyata keputusannya untuk menjauh belum membuktikan hidupnya jauh dari rasa sedih. Nyatanya kembali Tuhan masih menginginkan Kinanti menunjukkan keikhlasan dalam hidupnya. Kinanti segera menghapus air matanya, sebelum Tika teman kantor sekaligus teman kostnya kembali dari belanja bulanan. Kinanti memasuki kamarnya. Ia lama memandang pigura sang Bunda. Yah Kinanti membawa pigura itu ketika ia memutuskan pergi dari rumah. Bunda, sejauh apapun aku melangkah, aku tetap harus mempersiapkan hati aku menghadapi saat hari itu tiba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD