Janggal

1019 Words

Adit masih saja tak percaya padaku, membuat kepala pening tak dapat berpikir jernih. Apalagi sejak tadi anakku tak berhenti rewel, efek dari badannya yang tak enak. Ku pandangi atap rumah Sabrina, di mana biasanya si asisten menjemur pakaian. Tapi, sejak tadi pagi aku tak melihat batang hidungnya. Apa dia sengaja tak keluar rumah untuk menghindariku? "Di mana cucuku?" Suara bu Tamara dari lantai bawah bahkan sampai terdengar dengan sangat jelas karena saking lantangnya. Adit sepertinya menjawab meski tak ku dengar. Kini berganti derap langkah keduanya menyusulku di balkon kamar anak. Tak berselang lama bu Tamara berdiri di hadapanku bersama Adit di belakangnya. "Biar aku aja yang gendong," ucap bu Tamara angkuh. Meski ragu, namun tetap ku beri alih gendongan itu. "Pelan-pelan," ujark

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD