Part 3

1162 Words
"Carin titip Sisi ya, Aunty." Ucap ibunya pada Oma Gisna. Setelah sebelumnya datang untuk melakukan proses seleksi masuk kampus, kini Silvania yang sudah resmi diterima dikampus yang diinginkannya dan seperti yang sudah ia dan ibunya sepakati sebelumnya, Silvania akan tinggal bersama dengan pasangan lanjut usia bernama Oma Gisna dan Opa Lucas. "Kalau dia susah diatur, Aunty jangan ragu buat tegur." Lanjut ibunya lagi dengan nada tegasnya. "Iya, kamu ini kayak sama siapa aja." Jawab Oma Gisna dengan senyum di wajahnya. Lengan kanannya yang sudah menua merangkul bahu Silvania dengan hangat. "Tenang aja, nanti kalo emang Sisi nakal dan gak bisa diatur, Oma sewain bodyguard buat dia." Lanjutnya Oma Gisna dengan nada bergurau namun Silvania yakini akan benar-benar wanita itu lakukan. Konon katanya, para istri Levent itu meskipun berparas ramah, bersuara lembut dan terlihat penuh perhatian mereka bisa melakukan hal yang ekstrim. "Kamu juga," ibunya kini memandang Silvania yang langsung berubah tegang. "jangan nakal. Jangan buat Oma cemas. Kalau ada kegiatan kuliah yang bikin kamu pulang telat, minimal hubungi Oma dan kasih tahu jam berapa kamu pulang. Jangan kebiasaan kayak waktu Bandung!" Ucap ibunya dengan nada memperingatkan. "Iya, Mami. Sisi inget. Sisi gak bakal nakal, Sisi bakal laporan kalau Sisi pulang telat atau mau keluar sama temen Sisi. Sisi juga bakal rajin belajar." Ucap Silvania dengan nada ngeyel yang membuat ibunya geleng-geleng kepala. "Jaga diri baik-baik. Papa tahu kamu bisa Papa percaya." Ucap Ayahnya yang membuat Silvania menganggukkan kepala. Ayahnya memang bukan tipe orang yang suka bicara panjang lebar seperti ibunya. Namun entah kenapa setiap kata yang diucapkan ayahnya selalu saja membuat hati Silvania merasa lebih takut, lebih waspada dan bahkan sesekali—jika ayahnya menegur, sekalipun dengan kalimat singkat—itu selalu membuat hati Silvania terasa teriris. Setelah berpamitan pada Oma Gisna—karena Opa Lucas sedang tidak ada di tempat—kedua orangtua Silvania dan juga adiknya kembali ke kota tempat mereka tinggal. Sivania dan Oma Gisna masih berdiri di ambang pintu sampai kemudian mobil yang ditumpangi keluarga Silvania menghilang. Setelah pintu gerbang kembali ditutup, Oma Gisna merangkul pinggang Silvania dan membawanya untuk masuk ke dalam. "Oma seneng kamu mau tinggal disini." Ucap wanita lanjut usia itu dengan nada lembutnya yang mengandung kesedihan. "Rumah ini terlalu besar untuk Oma dan Opa tinggali. Adanya kamu disini, Oma yakin rumah ini akan kembali ramai. Sering-sering bawa temen kuliah kamu kesini ya?" pinta wanita lanjut usia itu dengan penuh harap. "Oma yakin gak apa kalo Sisi bawa temen kesini? Kalo mereka bikin keributan nantinya gimana?" Tanya Silvania ragu. Oma Gisna menyunggingkan senyumnya. "Justru itu yang Oma suka. Keributan." Ucapnya seraya terkekeh. "Sejak paman-paman kamu gak disini, Oma ngerasa kesepian." Lanjut wanita itu lagi. Silvania bisa mengerti. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, di rumah yang luasnya hampir seperti lapangan bola ini, pasti rasanya sepi kalau hanya diisi oleh mereka berdua dan beberapa asisten rumah tangga. Singkat perkenalan, Oma Gisna itu memiliki empat orang anak. Kelahiran pertama Oma Gisna adalah kembar laki-laki dan perempuan yang bernama Falisha dan Akara. Setelah menikah dengan dokter Gibran, aunty Fali memutuskan untuk tetap menetap di Bandung, menjadi tetangga jauh Silvania dan juga tante Silvania yang bernama Syaquilla. (Falisha – Gibran : Mas DokterKu) Sementara adik kembar Falisha yang bernama Akara masih tinggal di kota Jakarta namun karena kesibukannya dan juga istrinya Rianna, keduanya hanya bisa berkunjung di akhir pekan atau hari libur lainnya. (Akara – Rianna : Akara's Love Story) Kali kedua melahirkan, Oma Gisna memiliki Tante Raia. Nama lahirnya adalah Aluna Levent. Menyedihkannya, tante Raia dinyatakan meninggal setelah dilahirkan, padahal faktanya tantenya itu diculik oleh mantan istri Opa Lucas yang masih terobsesi dengan Opa Lucas sampai kemudian ditemukan ketika usianya dua puluh delapan tahun dan itu pun dalam keadaan koma dengan status sebagai kakak angkat dari tante Rianna, istri Uncle Akara. Tahun pertama ditemukannya aunty Raia, dia dan Hanna tinggal di rumah yang sekarang Silvania tinggali. Kembali melakukan perkenalan dengan keluarga yang sudah lama terpisah dengannya, hingga kemudian beberapa lama setelahnya sosok Uncle Fathan berhasil membuat aunty Raia kembali percaya pada cinta. Keduanya kemudian menikah dan meninggalkan kediaman Opa Lucas dan Oma Gisna yang membuat keduanya kesepian. (Raia – Fathan : Ayah Untuk Hanna) Dan kali ketiga melahirkan, Oma Gisna berhasil mengeluarkan sosok pria paling menyebalkan dalam hidup Silvania yang bernama Rayyan Ozgur Levent. Si bungsu sok tampan itu memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri bersama dengan putra bungsu Oma Caliana. Namun keduanya memilih untuk tinggal di Negara yang berbeda. Silvania sendiri sebenarnya heran kenapa dia harus membenci pria itu sementara pria itu juga tidak pernah mengusik kehidupan pribadinya. Mungkin berawal dari prinsip yang dianut pria itu yang membuat Silvania tidak menyukainya. Pilihannya untuk menjadi playboy dan memacari banyak wanita membuat jiwa kewanitaan Silvania terasa terhina. Dari satu keburukan itu, membuat Silvania membenci banyak hal lainnya dari pria itu dan tak pernah memandang positif akan hal apapun yang dilakukannya. Apakah alasan itu masuk akal untuk membenci seseorang? Silvania sendiri tidak tahu. Yang jelas, saat ini ia berharap kalau pria itu tidak akan pernah memunculkan wajahnya di depan Silvania dan baru akan kembali ke Indonesia setelah Silvania menyelesaikan kuliahnya. Silvania masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang Oma Gisna sediakan khusus untuknya. Kenapa khusus? Karena setelah tahu kalau Silvania akan tinggal di kediamannya, wanita lanjut usia itu dengan sengaja mendekor ulang kamar itu. Mengecatnya, mengganti tempat tidur dan bahkan furniture yang ada di dalamnya dengan furniture bergaya minimalis seperti yang anak muda sepertinya sukai. Bahkan tirai sampai pada bed cover nya pun Silvania yakini adalah barang yang sengaja dibeli wanita paruh baya itu untuknya. Silvania merebahkan tubuhnya dan membayangkan masa-masa kuliahnya yang ia yakini akan menyenangkan. Selain membayangkan memiliki banyak teman baru, ia juga berandai-andai akan memiliki kekasih dan menjalani masa kuliahnya seperti yang dijalani kebanyakan para gadis seusianya. Namun angannya berubah. Tiga bulan setelah masa kuliahnya dimulai, mereka mendapati Opa Adskhan mengalami serangan jantung ringan dan hal itu membuat putra bungsu Opa Adskhan, Mirza khawatir dan memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Lalu kemudian, tiga bulan setelahnya, sebelum kuliah semester dua Silvania dimulai Rayyan turut pulang. Pertanyaannya adalah, kenapa Uncle Rayyan harus kembali? Padahal yang merupakan putra bungsu Opa Adskhan adalah Uncle Mirza? jawabannya belum benar-benar Silvania ketahui, namun sekilas yang ia dengar kembalinya Uncle Rayyan karena ia diminta untuk berbagi tugas bersama uncle Mirza sebab katanya akan sulit untuk Uncle Mirza menjalankan dua perusahaan keluarga sekaligus satu perusahaannya sendiri. Karena itulah, Opa Adskhan secara pribadi meminta bantuan Uncle Rayyan untuk membantu Uncle Mirza. Dan dengan kembalinya pria itu, berarti kehidupan tak menyenangkan Silvania akan dimulai. Seperti saat ini, saat ia membuka pintu setelah pulang dari acara jalan-jalannya, ia mendapati sosok pria bertubuh tinggi kekar dengan rambut sewarna tembaga tengah berbaring di atas sofa di ruang keluarga dengan kepala di atas pangkuan ibunya dan remote tv di tangannya. Pria itu melirik ke arahnya dan melambaikan tangannya pada Silvania sambil menyunggingkan senyum jahilnya. "Hallo, Cici." Sapa pria itu dengan nada menyebalkan di telinga Silvania. "Apa yang uncle lakuin disini?!" Tanya Silvania dengan ketus yang membuat Oma Gisna terkekeh mendengarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD