BAB 2 SEMANGAT ANA

1046 Words
Ana Bekerja dengan sangat baik. Ia begitu cepat beradaptasi, serta tidak canggung dalam melayani pelanggan seperti beberapa Minggu sebelumnya. saat ini, ia begitu terampil dan cekatan. senyumnya yang ramah membuat nilai lebih di mata pelanggan. Rizal yang memperhatikan dari kejauhan pun tersenyum senang. berkat Ana restorannya begitu sangat ramai. "Silahkan tuan. nyonya, selamat menikmati." ucap Ramah Ana saat menghidangkan makanan dan minuman kepada pengunjung "Mbak!" panggil salah satu pengunjung di sebelahnya. Ana membalikkan badannya, lalu tersenyum ramah. "iya nyonya, bisa saya bantu?" "Saya nambah satu porsi lagi sop iganya, di bungkus ya mbak," "Oh... iya, baik nyonya. mohon di tunggu," balas Ana ramah. kemudian ia melangkah ke pantry pemesanan. Dan memberitahu bagian pemesan untuk membungkus satu porsi Sop iga untuk pengunjung. "Dita, bungkus satu porsi Sop iga, pesanan nomor meja 25," "Ok, siap." Dita dan Ana tersenyum kemudian mereka melanjutkan pekerjaannya. hingga pengunjung satu persatu meninggalkan restauran. dan hanya beberapa pelanggan saja yang masih makan. kesempatan itu ia manfaatkan untuk istirahat sambil makan siang. "Ana, Dita. kalian nikmati saja makan siang kalian. di depan tidak begitu ramai!" ucap Bu Rini kepala waiters. "Siap Bu," Ana tersenyum pada Bu Rini. kemudian ia melanjutkan makannya bersama Dita rekan kerjanya. "Na, lo tau gak?" "Gak!" Dita tertawa karena ucapan belum selesai sudah Ana jawab. "ih.. dengerin dulu!" "Iya, apa?" Dita sekilas melihat seorang yang berada di meja nomor 15. seorang pria tampan berpenampilan rapi dan sibuk dengan leptopnya. "Lo tau, cowok yang ada di meja 15 itu," "Heum." Ana sekilas melihat pria tersebut. lalu melanjutkan makannya. "Dari tadi pas lo kerja. itu cowok merhatiin lo terus." "Ngarang aja lo, yang merhatiin gue emang dia doang. Banyak!" Ana terkekeh begitu juga Dita. Dita tahu Ana hanya bercanda. walau kenyataannya banyak yang memperhatikan Ana termasuk Rizal sang Atasan. Namun Ana acuh dan fokus dalam bekerja. "Udah ah. Ayo habisin makanya, bentar lagi pasti banyak pengunjung datang lagi." "He..! iya Na," Ana sekilas melihat pria tersebut. Namun tidak ada kesan. ia acuh dan masa bodoh. Setelah selesai makan siang, mereka kembali bekerja. dan pria itu pun sudah pergi dari tempatnya. Tidak terasa jam pulang pun tiba. Ana dan yang lainnya membereskan restauran. karena hari sudah larut malam dan restauran sudah waktunya tutup. Ana berjalan menuju halte dan menunggu bus di sana. tiba tiba sebuah mobil menghampirinya. ia mengerutkan dahinya, heran mobil siapa yang tiba tiba berhenti di hadapannya. kaca mobil pun terbuka dan Ana melihat siapa pengemudinya. "Bang Rizal?" "Ayo masuk, gue antar pulang," ajaknya. "Gak ah bang, aku naik angkot aja." "Udah malam, angkot bakal lama lewat, udah Ayo!" Dengan terpaksa Ana ikut dengan Rizal, karena sebenarnya ia juga takut pulang malam. Ini adalah awal mula Rizal mendekati Ana, Rizal senang bisa mengajak Ana satu mobil. sepertinya Ana tidak tahu jika Rizal sedang berusaha mendekatinya. "Na lo punya pacar gak?" tanya langsung Rizal. Ana tertawa kecil dan sekilas melihat Rizal yang sedang menyetir. "Pacar? aduh bang, Ana gak kepikiran pacar, Ana itu mau fokus kerja buat ngelunasi hutang almarhum mama papa, kalau pacar sih aduh nanti aja deh" Rizal tersenyum tipis. ia tahu kondisi Ana bagaimana. Rizal mengetahui itu Semua dari Siska adik sepupunya. Namun untuk saat ini ia diam, belum ada niat untuk membantu, karena tahu Ana pasti akan menolak. Rizal ingin meluluhkan hati Ana lebih dulu. "Kamu memang anak berbakti Na, Abang salut" pujinya. "Terima kasih bang, sudah seharusnya seorang anak berbakti pada orang tuanya, walau orang tuanya sudah meninggal" Mereka tersenyum tipis. Rizal benar benar salut dan semakin penasaran dengan Ana. parasnya yang cantik dan tutur katanya yang lembut, di tambah Budi dan baktinya pada almarhum orang tuanya. membuat nilai lebih di mata Rizal. Pagi harinya Ana bangun lebih pagi. mengerjakan semua pekerjaan rumahnya dari menyapu, mengepel, mencuci dan membuat sarapan untuknya sendiri. "Gue kerja baru dua Minggu, uang tinggal seratus ribu, gajian masih lama, duh. Cukup gak ya, kalau gak cukup gimana, apa gue cari pekerjaan tambahan ya sebelum kerja di restauran, gue mulai kerja di restauran kan jam 11 siang. Aish..! tapi kerja apaan?" Gumamnya pada diri sendiri, sambil sarapan di ruang tamu. "Eum.. apa gue dagang aja ya, bikin kue jajanan pasar. Modal dari mana, oh iya celengan Ayam gue, iya celengan!" Ana bergegas mengambil tabungannya, ia mempunyai tabungan sedikit, uang dari tips para pelanggan. ia sengaja mengumpulkannya. kini ia terbesit ingin membuat kue tradisional seperti risoles, kue lapis, lemper, Bugis, dan jajanan pasar lainnya. ia bisa membuat semua itu karena dulu usaha orang tuanya adalah membuat kue tradisional. dan mempunyai banyak cabang, kini ia berfikir ingin meneruskannya usaha sang mama, mulai dari yang kecil dahulu. Ana melanjutkan sarapan paginya, sambil membongkar celengannya. ia menghitung jumlah uangnya ternyata lumayan banyak. ada empat ratus ribuan. "Banyak juga. sering-sering saja pelanggan restauran bang Rizal kasih gue tips banyak, satu meja yang gue layani, ngasih gue sepuluh atau dua puluh ribu di kali sehari dua puluh meja, hehehe.Pasti hutang gue cepat lunas, tapi saat ini gue harus usaha, gue gak mungkin kerja terus di restauran. Ayo Ana Felicia! bangkitkan jiwa bisnismu. bangun kembali usaha orang tua mu. Lo pasti bisa! " Semangat Ana sedang membara. Demi sesuap nasi, ia bangkitkan semangatnya sendiri. Ia yakin pasti bisa. Setelah selesai sarapan ia mulai berbelanja bahan untuk membuat risoles, kemudian ia bertanya di warung warung apakah menerima titipan kue atau tidak, setelah mendapatkan tempat untuk menitipkan kuenya ia pun bergegas pulang, lalu ia bersiap untuk bekerja di restauran, dan akan memulai membuat risoles esok hari. Ana berjalan menuju halte. Menunggu angkot lewat, setelah menunggu beberapa saat angkot yang ia tunggu datang. ia menyetopnya kemudian naik kedalam angkot tersebut. Setelah sampai di restauran ia pun mempersiapkan dirinya seperti biasa. menyambut para pengunjung yang akan memesan makanan. Tak lama kepala waiters memanggilnya. "Ana! kemari sebentar," Ana bergegas menghampiri Bu Rini. "Ya Bu?" "kamu bisa naik sepeda motor kan?" "Iya bisa Bu." "Kalau begitu Antar pesanan tuan Reymond," "Tuan Reymond?" "Iya, itu kantornya yang ada tulisan JAYA ABADI GROUP," "Oh..., Iya Bu, eh memangnya Fery kemana Bu? bukannya ini tugas dia mengantarkan makanan?" "Fery ketempat lain, dan tuan Reymond maunya kamu yang nganter makanannya!" jelas Bu Rini lalu tersenyum. "Oh, begitu. Ok bu." "Ini kunci motornya dan pesanannya minta sama Dita" "Baik Bu, permisi, Assalamualaikum," "Waalaikumsalam." Ana bergegas mengambil pesanan di pantry pemesanan, kemudian ia bergegas menuju tempat tujuan yang di maksud Bu Rini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD