Sea - 2

1244 Words
Randu, Kia dan juga suaminya—Danu—duduk mengelilingi perempuan yang baru saja mereka tolong. Mereka memperhatikan perempuan itu, berharap gadis itu akan segera siuman. Lalu datanglah seorang gadis kecil dari bilik kamar Kia dengan wajah bangun tidurnya. "Ibu ..." "Ssttt ... sini sayang," ujar Kia seraya menyuruh anaknya untuk mendekat. "Dia siapa?" ucap gadis kecil itu ketika duduk di pangkuan Ibunya sambil menunjuk perempuan yang tidur di tengah - tengah mereka. "Dia wanita yang Ayah sama Pa'ade tolong di laut." "Wah, dia hidup di laut Pa'ade?" tanya gadis kecil itu kepada Randu. Randu memang dipanggil Pa'ade oleh keponakannya itu, karena itu artinya Paman dari bahasa daerah setempat. "Nggak, Cantika, dia habis kena musibah, gak mungkin manusia hidup di laut, bagaimana cara mereka bernapas, hm?" jelasnya. "Oh gitu ya, Pa'ade." Randu tersenyum kecil. Lalu ia mengusap rambut lurus panjang milik keponakannya itu. Keponakannya yang cantik, baru berusia 5 tahun bulan kemarin. Anak - anak usia segitu memanglah sangat penasaran akan suatu hal, mereka pun tak sungkan untuk bertanya, itulah yang dirasakan oleh Randu. Pria itu bahkan sampai pusing untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan aneh yang dilontarkan oleh keponakannya. "Woah ... kakak cantik udah bangun," ucap Cantika yang membuat ketiga orang dewasa itu langsung melihat ke arah perempuan yang terbaring di atas kasur lantai. "Hei, tenang, pelan - pelan saja," kata Kia seraya membantu tubuh perempuan itu yang hendak bangkit dari tidurnya. "Ini, kamu minum dulu," lalu ia memberikan segelas iar putih dan langsung ditenggak habis olehnya. Perempuan itu tampak bingung. Dilihatnya satu persatu orang - orang yang sedang mengelilinginya. Ia sama sekali tidak kenal dengan mereka. "Awh ..." ringisnya ketika ia tidak sengaja menggerakkan kaki kanannya. Ia lalu memegang kepalanya yang sedikit pusing. "Ada apa? Apa yang sakit?" tanya Kia dengan nada khawatirnya. Perempuan itu memilih diam. "Kakimu terluka, tidak telalu parah, aku sudah memberikan obat, makanya kau sedikit merasa sakit. Sebenar lagi juga akan mengering." "Aku ... dimana?" Dua kata yang terlontar dari bibir perempuan itu membuat mereka semua terpana. "Di rumah Cantika," jawab Cantika dengan senyumannya yang lebar. "Siapa namamu?" tanya Randu. Perempuan itu langsung menoleh dan menatap Randu dengan tatapan bingungnya. "Saya Randu. Nama kamu siapa?" Perempuan itu mengernyit, tampak sedang berusaha untuk memikirkan sesuatu. Namun, ia langsung menggeleng, dengan kedua tangannya yang memegang kepalanya sendiri. Ia tidak dapat menemukan apapun di dalam pikirannya. Semuanya seakan bersih tanpa menyisakan sedikit ingatanpun. "Aku ..." ucapannya terhenti kala melihat deburan ombak dari pintu rumah yang terbuka lebar. "Kau kenapa?" tanya Kia penasaran. Perempuan itu tiba - tiba menangis. Ia memeluk dirinya sendiri, karena merasa berada di tempat asing, yang sama sekali tidak ia ketahui. Ia tidak dapat mengingat apapun, bahkan namanya sendiripun ia tidak tahu. "Hei, sudah, kau tidak perlu takut, kami bukan orang jahat," ujar Kia seraya mengelus punggung perempuan itu. "Aku ... aku tidak ingat apapun ..." jawab perempuan itu. "Tidak apa. Jangan dipaksakan, kau baru saja pulih, jadi harus lebih banyak beristirahat," Kia berkata dengan lembut diiringi dengan senyuman ramahnya. Perempuan itu akhirnya terdiam, sedetik kemudian mengangguk pelan. "Kakak tidur aja, kakak masih sakit ya?"  Perempuan itu tersenyum kecil mendengar ucapan dari bocah berusia 5 tahun yang sedang duduk di pangkuan Ibunya. ••••• Matahari mulai terbenam, semua jendela sudah ditutup rapat di setiap rumah. Angin berhembus kencang yang berasal dari laut, burung - burung mulai berterbangan menghiasi langit sore berwarna jingga kemerahan. Seorang pria tengah duduk di tepi pantai. Menyaksikan pemandangan indah laut lepas. Ombak beberapa kali bergulung ke tepian, lalu kembali ke tengah - tengah laut.  Pria itu mulai melemparkan krikil - krikil kecil hingga tenggelam dan tak terlihat lagi. Pikirannya tertuju pada perempuan yang sudah ia tolong pagi tadi. Perempuan misterius yang membuatnya penasaran, siapa perempuan itu sebenarnya? Jika dilihat dari wajahnya, ia dapat menyimpulkan bahwa wanita itu bukanlah wanita biasa, garis wajah yang tegas, dan bahkan terbilang sangat cantik. Ditambah dengan ia menemukan gadis itu terombang - ambing di tengah laut di atas sebuah puing pesawat, bisa dipastikan bahwa gadis itu korban kecelakaan pesawat jatuh. Randu pernah mendengar dari kawan - kawannya di kota—tempat dimana ia menjual hasil laut yang ia tangkap—bahwa tiket pesawat itu sangatlah mahal, bagi orang - orang seperti dirinya. Dan yang membuat Randu tambah bingung adalah tentang gadis itu yang tidak ingat apapun mengenai jati dirinya. Bahkan ketika ditanyai nama, gadis itu malah menggeleng. Randu meremas rambutnya dengan kuat, ia merasa pusing karena memikirkan hal itu. Pria itu pun berdiri, lalu berjalan dengan kaki telanjang menuju rumah panggungnya. Lebih baik ia mengisi perutnya yang lapar daripada terus memikirkan gadis misterius itu. "Randu, makan, kenapa malah diam saja?"  Randu tersadar dari lamunannya ketika Kak Kia berbicara, dan sekarang dirinya berada satu meja makan dengan gadis itu. Ia malah terus menatap gadis itu tanpa menghiraukan makanan yang ada di hadapannya. Dan ia langsung mengucap dalam hati. "Kakak harus cobain ini, ini telur ikan, enak banget, Cantika suka," ucap Cantika seraya menunjuk salah satu hidangan yang tersedia di atas meja makan. Randu dapat melihat, gadis itu tampak tersenyum antusias ketika mendengar ucapan dari keponakannya. Lalu ia melihat Kak Kia yang menyendokkan nasi beserta lauk pauknya ke dalam piring kosong yang ada di hadapan gadis itu. "Pa'ade, kenapa gak makan?" tanya Cantika yang membuat Randu mengalihkan pandangannya menuju gadis kecil itu. "Ini, mau makan," jawabnya seraya menyendokkan nasi ke dalam mulutnya sendiri. Dari ekor matanya, ia dapat melihat gadis itu yang tampak gugup seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Nanti, kamu tidur dengan Cantika di kamarnya, mau kan?" tanya Kia yang membuat gadis itu terdiam.  "Di rumah ini, hanya ada tiga kamar, satu kamar saya dan Kia, satu kamarnya Randu dan satu kamar untuk Cantika," jelas Danu yang membuat gadis itu mengangguk mengerti. "Nggak apa - apa, malah aku ... merasa tidak enak karena merepotkan kalian," jawab gadis itu. "Ah, tidak perlu sungkan, kami akan berusaha membantu kamu sebaik mungkin," kata Kia dengan suara lembutnya. Gadis itu tersenyum kecil, lalu menunduk dalam. Ia merasa ... tidak enak hati. ••••• Dengan perlahan, gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding yang ada di tembok kayu rumah itu. Pukul 2 pagi, dan ia merasa kantung kemihnya penuh dan harus segera dikeluarkan. Ia melihat gadis kecil yang tengah tertidur di sampingnya sambil memeluk guling, ia tersenyum kecil melihat betapa lucu dan imutnya Cantika. Tanpa menunggu lama, gadis itu segera turun dari ranjang. Lalu keluar dari kamar. Ia berjalan menuju toilet yang sudah diberitahu Kia letaknya ada dimana, jadi ia tidak perlu repot - repot untuk membangunkan wanita itu tengah malam seperti ini. Setelah menemukan pintu kayu bercat hijau, gadis itu langsung membukanya dan betapa terkejutnya ia melihat seorang pria tengah membelakanginya sambil berdiri dan terdengar suara seperti air kencing yang keluar. Gadis itu langsung menutup pintunya kembali dengan cepat. "Maaf ... maaf ... aku gak tau kalau ada orang di dalam," ujar gadis itu seraya menggiti kukunya dari luar toilet. Ia merasa sedikit beruntung karena pria itu membelakanginya, jadi ia tidak perlu melihat hal yang tidak senonoh di depan matanya sendiri. Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan wajah pria itu yang tampak kesal. "Kalau ingin masuk kamar mandi, sebaiknya ketuk pintu terlebih dahulu atau setidaknya bertanya apakah ada orang di dalamnya," ucapnya. Gadis itu menelan salivanya dengan kasar. "Maaf ... lagian ... kamu juga salah, kenapa gak kunci pintunya?"  Gadis itu melihat pria yang memarahinya tengah menggaruk tengkuknya sendiri. "Karena ... lupa. Ah, sudahlah," ucap pria itu dan langsung pergi begitu saja. "Dia kenapa?" Gadis itu berkata pada dirinya sendiri. Ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi karena merasa tidak tahan lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD