BAB 1

2148 Words
Sang surya telah menampakkan cahayanya. Celah demi celah jendela telah dimasuki cahaya yang bersinar dan ruangan itu tak lagi gelap gulita. Seorang pemuda yang tampan tengah tertidur pulas dengan seorang wanita yang tidak mengenakan satu helai benang pun untuk menutupi tubuh yang polos dengan body S-line. Ranjang yang dipakai terasa hangat bekas pergulatan mereka semalam, suasana hangat bercampur keringat membuat mereka lelah dan tertidur pulas. Wanita cantik berambut hitam pekat itu adalah orang yang telah menghangatkan ranjangnya semalam. Aroma alkohol melekat pada tubuh masing-masing.  Semalam Joehan mabuk berat saat di klub malam. Ia di hampiri seorang wanita saat duduk di meja bar depan bartender. Wanita berambut hitam nan panjang merebut minuman yang ada di gelas Joe. Meneguk semuanya hingga tandas. Joe tidak marah dan malah menuangkan semua minuman di botol kaca untuk wanita tersebut. "Tolong buatkan minuman yang lebih enak!" Perintahnya pada bartender. Bartender itu memberikan Joe minuman yang lebih enak. Segelas minuman keras yang di mixs dan dihiasi potongan jeruk lemon. Wanita di sampingnya kembali merebut minuman Joe. "Hey. Dua kali kau merebut minuman ku!" Joehan mengerutkan dahi dan menoleh. "Aku sedang tidak enak hati. Tolong bersikaplah baik. Hariku sangat buruk!" Menjelaskan alasannya mengambil minuman Joe agar pria itu tidak marah. "Silahkan. Mau minum minuman apa, biar aku yang bayar!" "Temani aku minum disini!" pintanya. Entah habis berapa gelas mereka minum sampai mabuk berat. Sang gadis kehilangan kesadaran dan menyandarkan kepalanya di pundak Joehan. Joehan membawa gadis itu ke hotel terdekat untuk beristirahat karena di juga sangat mabuk. Brian membantu keduanya untuk cek in dan merebahkan tubuh di kamar hotel. "Saya permisi, Tuan." Brian meninggalkan Joehan dan gadis itu hanya berdua. Sang gadis memeluk tubuh Joehan dengan erat. Mencium aroma alkohol dan aroma parfum maskulin milik Joe. Membuka mata dan melirik ke segala arah. Menindih tubuh Joe yang tidur terlentang. Joe merasa perutnya terasa berat dan pengap. Membuka mata dan melirik ke arah perutnya.  Gadis itu membuka pakaian atasnya dan membuka pakaian yang Joehan kenakan. Dada bidang dan perut dadu, terlihat mulus dan dihiasi sedikit bulu halus.  Sang gadis menempelkan bibirnya pada bibir Joehan. Melumat kasar bibir kenyal yang terasa hangat itu. Junior Joehan mengeras dengan rangsangan yang diberikan gadis bertubuh sexy di atasnya. Merasa sesuatu telah mengeras dan siap untuk dimainkan. Gadis itu membuka sabuk yang Joehan kenakan dan membuka celana hitam berbahan sutra Joe secara perlahan. Memandang wajah Joehan dan mengedipkan sebelah matanya. Meraih tas kecil  mengeluarkan dan membuka bungkusan sebuah alat tipis seperti balon. Joe diam dan membiarkan gadis yang diatasnya bermain sendiri. Ia ingin tahu seberapa hebat gadis yang memulai lebih awal ini.  Gadis itu benar-benar mahir. Ia menjilat dan memainkan sebentar junior Joehan yang terlihat semakin besar dan menegang. Masangkan junior Joe sebuah pengaman lalu menancapkan sendiri junior Joehan pada lubang inti miliknya. Memompa secara perlahan dan lama-lama semakin menaikkan irama menjadi lebih kencang sehingga rajang ikut bergoyang. Joehan meremas-remas gunung kembar milik gadis yang tengah sibuk memompa milik mereka sampai mendapatkan puncaknya. Baru kali ini ia betul-betul dimanjakan oleh seorang wanita. Kali ini Joehan yang akan mengalahkan pergulatan panas ini. Mengubah posisinya menjadi di bagian atas. Menghantam milik gadis itu bertubi-tubi. Sayangnya ia masih bisa mengimbangi Joehan. Joehan tersenyum gadis itu tidak mudah menyerah dan tidak gampang untuk tumbang. Keduanya bermain hingga tidak ada yang jatuh untuk menyerah. Joehan merasa pergulatan panas itu cukup dan ia sudah harus menyudahinya untuk tidur. Sayangnya gadis itu menggelengkan kepalanya. “Tidak semudah itu aksi panas kita berakhir!” Sang gadis menggulum telinga Joehan dan berbisik. “Jika kau menyerah sekarang. Kau payah!” Ia mengejek Joehan. Suara desahan mereka mengudara. Keringat yang semula telah kering kembali membasahi tubuh. Mereka beradu kekuatan sampai ingin tahu siapa yang kalah dan tumbang lebih dulu. Ritme hantaman Joehan berubah menjadi lebih halus mengimbangi rasa tubuh yang mulai melemah tanpa melepas pagutan mereka berdua. Dada bidang Joehan kini sudah dipenuhi tanda kepemilikan yang dibuat sang gadis. Desahan-demi desahan keluar dari mulut Indah Joehan. "Kamu hebat dan sangat nikmat. Ayo kita tidur!" ajak Joehan saat ia merasa lawannya kini sudah mulai melemah. Gadis itu mengangguk dan tidur dalam dekapan Joehan. Suara ketukan pintu membangunkan tidur si pria tampan. Ia bangun dan meraih pakaian dan mengenakannya dengan cepat. Seorang pria dengan setelan rapi, dengan tubuh tegap dan kekar tengah berdiri didepan pintu hotel. Melihat sang bos membuka pintu, ia mengisyaratkan bahwa bosnya harus segera kembali dan bersiap untuk pergi ke tempat pertemuan. Sebentar lagi ada pertemuan penting yang harus segera dihadiri olehnya. "Selamat pagi, Tuan! Anda harus segera pulang." Membungkuk seolah memberikan hormat. Pria yang membuka pintu mengusap kedua matanya perlahan, berusaha menyadarkan diri karena masih mengantuk dan sedikit mabuk.  "Tunggu, aku masih mengantuk!" "Apa anda lupa, Tuan? Pertemuan tender fantasy world yang anda idam-idamkan akan segera dimulai, Tuan." Berusaha mengingatkan bosnya. "Tunggu sebentar!" Ia kemudian menutup pintu, pergi ke toilet untuk membasuh wajah, kembali ke kamar untuk mengambil pakaian, meraih dompet lalu mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar wanita yang sudah tidur bersamanya semalam. Meninggalkan wanita cantik berambut hitam pekat yang masih tertidur pulas sendiri di dalam kamar tanpa salam permisahan. Setiap malam wanita yang menemani tidurnya berbeda-beda. Seorang peracur  bahkan bukan p*****r sekalipun, pria itu selalu meninggalkan sejumlah uang untuk mengganti servis yang para wanita itu berikan padanya. Menurut dia, semua wanita sama saja, matre, menilai dari tampang, latar belakang, dll. Ia meraih benda pipih berbentuk persegi empat yang diberikan oleh bodyguard sekaligus asistennya itu. Mengecek ulang jadwal yang akan di hadiri hari ini. Bodyguard mengantar sang tuan kembali ke kediamannya untuk bersiap-siap.  Pria tampan dengan status CEO dari keluarga Moeres dengan nama lengkap Joehan Moeres terlihat menawan dengan setelan jas hitam dan dasi berwarna gold. Kesempurnaan hampir ia miliki sepenuhnya. Memiliki wajah tampan, tubuh proporsional, kaya raya, pekerja keras, mandiri, cerdas dan ambisius. Karena sikap ambisius dan cerdas itu, membuat banyak CEO dari perusahaan lain iri dan ingin menjatuhkan dia.  Setiap orang pasti memiliki kelemahan, kelemahan dia adalah gemar bergonta ganti wanita. Makhluk yang indah itu sudah seperti jajanan yang bisa ia ganti kapan saja. Wanita mana yang tidak terpesona dengan wajah tampan itu. Semua seakan terhipnotis dan mau menemani malam panas bersamanya. Semua berawal dari sebuah rasa sakit yang ia alami karena seorang wanita yang telah menyakiti hatinya. Membuat sosok hangat itu menjadi pria yang nakal dan tega menyakiti hati wanita. Kasur terasa dingin dan kosong. Aroma maskulin tidak lagi tercium dari sebelahnya. Wanita yang ditinggalkan terbangun melihat ruangan yang seakan kosong. Lembar demi lembar uang berwarna senada tertata rapi di atas meja, membuat dia mengerutkan dahi.  "Sial. Aku bukan wanita bayaran!" gerutunya. Perasaan mengganjal dari dalam hati, seakan ingin menghancurkan barang dan memukul orang. Semalam ia terlalu mabuk hingga tidur di hotel bersama pria tampan yang sama sekali tidak dikenal dan sangat mabuk juga. Kepalanya terasa pusing, berusaha mengingat sosok pria yang semalam beradu keringat bersamanya. ‘Bodoh sekali aku, tidur dengan pria yang tidak dikenal.’ Memukul pelan keningnya. Setiap hari pria beraroma maskulin biasanya ditemani oleh bodyguard yang bernama Brian. Pria dengan tubuh kekar dan proporsional. Menguasai tiga bela diri dan selalu menemani sang bos untuk bertarung dan melatih kemampuan. Brian selalu mengikuti majikannya yang bernama Joehan, kemanapun Joehan pergi. Layaknya sebuah perangko dan amplop. Menempel terus dan saling membutuhkan serta tak terpisahkan.  Pagi itu Brian setelah mengantar bosnya pulang, langsung berpamitan untuk pergi ke tempat lain karena ada urusan yang mendadak dan akan kembali datang menemani acara pertemuan. Tender Fantasy world harus ia menangkan bagaimanapun caranya. Fantasy world adalah sebuah proyek pembuatan sebuah tempat yang di gadang-gadang akan menjadi mall sekaligus tempat bermain serta berbelanja dalam satu gedung yang besar. Direncanakan akan di bangun dalam waktu dekat. Pertemuan itu dilaksanakan di ruangan private sebuah hotel bintang lima. Penjagaan sangat ketat. Untuk masuk saja pun hanya ditemani asisten atau bodyguard dan diperiksa terlebih dahulu. Jika membawa benda tajam atau senjata, semua disita dan di amankan terlebih dahulu. Pertemuan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Investor akhirnya memutuskan untuk memilih Joehan sebagai pemenang tender. CEO yang datang tak hanya Joehan, ada lagi dari keluarga Dayo, Stary dan MG. Semua tidak terima yang memenangkan tender adalah Joehan. Dia dianggap tidak memiliki banyak pengalaman dan masih sangat muda. Perbincangan itu berubah menjadi perdebatan. Dayo tidak ingin kalah, pasangan suami istri dengan omongan yang pedas dan tegas sangat tidak menyukai sosok Joehan karena merasa tersaingi.  Lampu ruangan tiba-tiba mati. Suara pistol menggema ke seluruh ruangan. Membuat semua orang panik serta ketakutan, siapa orang yang tertembak dan siapa orang yang menembak. Padahal di luar sebelum masuk ke ruangan, semuanya telah diperiksa dan benda berbahaya telah diamankan terlebih dahulu. Dua orang terlihat kaku bersimbah darah. Aroma anyir tercium ke seluruh ruangan. Korban tertembak pada insiden tersebut adalah keluarga Dayo. Tak lama polisi datang dan mengamankan lokasi kejadian. Semua orang di selidiki. Mana mungkin pengamanan yang begitu ketat masih saja ada celah untuk orang yang curang, kejam dan emosi lantas mengambil jalan dengan langkah kekerasan. Sangat tidak mungkin CEO yang hadir yang menekan pelatuk pistol. Pasti ada sosok asisten atau bodyguard yang sengaja di suruh bergerak ketika bosnya merasa tersudutkan  atau terancam. Untuk sementara waktu proyek itu ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan. Brian menemani bosnya dengan perasaan panik, ia menghampiri bosnya yang sedang dimintai keterangan di kantor polisi. "Anda tidak apa-apa kan, Tuan?" tanya Brian. "Tidak. Kamu bagaimana?" Joehan balik bertanya pada Brian. "Aku juga tidak apa-apa, Tuan," jawabnya. "Pemeriksaan sudah selesai, kan? Mari kita pulang!" ajaknya. Langkah mereka terhenti setelah seorang polisi menahan mereka berdua. Brian belum diperiksa. Pria kekar itu diperiksa dan di geledah. Sebuah pistol yang ia sembunyikan di balik pakaian, dimintai dengan paksa, pertanyaan-pertanyaan dilontarkan dan harus dijawab dengan jujur apa adanya. Tak lama Brian selesai lalu menghampiri bosnya. "Mari kita pulang, Tuan!" ajaknya. "Polisi tadi memeriksa kamu apa saja?" tanyanya karena ingin tahu sang bodyguard selama kurang lebih satu jam melakukan apa saja. "Hanya pertanyaan sepele dan bertele-tele, membuat aku bosan dan ingin segera pulang." Menghembuskan nafas perlahan. "Kasihan kamu pasti lelah!" "Bukan saya. Tuan yang pasti lelah dan memiliki perasaan tidak percaya dengan kejadian hari ini." Membungkuk memberikan hormat lalu mengarahkan tangan ke depan. "Ayo kita pulang!" ajaknya. Mereka kembali ke kediaman Moeres untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk kota, pekerjaan dan berkas yang menumpuk, serta masalah tadi yang membuat kepala terasa berat. "Siapa pembunuh tadi, yah? Apa kamu melihat orang yang mencurigakan?" tanya Joe pada Brian yang berdiri mematung sedangkan ia berbaring di atas sopa.  "Ada yang menarik perhatian saya, Tuan! Orang itu terlihat mencurigakan," jawab Brian melirik ke arah Joe. "Siapa itu? Apa kamu mengenalnya? Aku khawatir akan ada orang yang disalahkan dalam kejadian tadi." Seketika perasaan Joe menjadi khawatir. Keresahan berkecamuk di dalam dirinya. Ia tadi sempat beradu mulut dengan pasangan Dayo yang menjadi korban pembunuhan. "Seorang pelayan dan saya tidak mengenalnya. Tenang saja, Tuan. Selama kita tidak berbuat salah. Kita akan baik-baik saja!" Brian berusaha menenangkan bosnya. "Kamu boleh pergi, Bri!" Memperbolehkan Brian pulang. "Anda yakin, Tuan?" Brian tidak yakin bosnya akan memiliki perasaan yang tenang. Ia takut Joe dalam bahaya atau susah untuk tidur. "Mau ku panggilkan wanita penghibur, Tuan?" tanyanya lagi. Memberikan solusi agar Joe merasa lebih tenang. "Aku ingin sendiri, Bri!" jawab Joe dengan singkat. Kali ini ia benar-benar ingin menenangkan diri. Tak mau satu orangpun melihat keresahan hatinya. "Kalau begitu saya permisi! Rekan saya yang lain akan berjaga di luar untuk memastikan keselamatan anda pasca kejadian tadi, Tuan." "Terima kasih, Bri!" Joehan masuk kedalam kamarnya dan Brian pulang untuk beristirahat. Sang surya sudah tak lagi menampakkan sinarnya. Beralih dengan cahaya bulan dan binar-bintang di langit yang indah. Rumah yang megah terdengar sepi dan terlihat gelap. Hanya ada kesunyian, tidak ada kehangatan. Joehan hanya sendiri di lantai dua rumah itu. Pelayan tidur di lantai satu. Di luar bodyguard lain berjaga untuk mengamankan sang pemilik yang dalam keadaan terancam. Jantung berdegup dengan kencang. Mata tak bisa terpejam. Tubuh terasa dingin. Aroma bau anyir dari darah masih seakan tercium dan melekat pada bulu dan rongga hidung. Bayangan makhluk yang terbujur kaku tak bernyawa masih ada dalam memori. Joehan tidak bisa tenang. Ia terus mengingat memori perdebatan tadi lalu orang yang terlihat paling membencinya itu hampir meninggal dengan peluru yang tertancap di bagian jantung. Umur siapa ada yang tau. Tua ataupun muda, di rumah atau di jalan. Semua bisa saja kehilangan nyawa kita malaikat sudah datang menjemput ke dunia dan di bawa ke akhirat. Jika ia tau saingannya akan kehilangan nyawa, Joehan pasti akan meminta maaf terlebih dahulu sebelum orang itu pergi selamanya. Sebuah botol wisky di dalam lemari penyimpanan minuman kesayangannya ia raih dan tuangkan ke dalam gelas kaca. Hanya cara itu yang bisa menenangkan hati malam ini lalu tak sadar tertidur dengan pulas. Rumor dengan cepat mengudara. Berita buruk memang cepat tersebar, berbanding terbalik dengan berita baik yang seakan tenggelam tanpa jejak. Keburukan memang lebih unggul dari kebaikan. Orang lebih tertarik dengan gosip buruk dibanding berita baik seseorang. Seakan bahagia di tengah penderitaan orang lain.  Benda pipih di atas meja terus berbunyi. Membangunkan Brian pada dini hari. Seorang wartawan kenalan Brian menghubungi dan memberitahukan berita penting. Brian kaget menerima telepon itu. "Tuan Joehan dan kamu menjadi trending topik!" Kata-kata dari rekannya itu membuat dia langsung berselancar dengan koneksi internet untuk membaca berita. Ia segera bersiap dan menuju kediaman bosnya. Dengan nafas tergesa-gesa. Keringat bercucuran dan wajah terlihat panik. Brian membangunkan Joe yang masih terlelap tidur karena ini masih sangat pagi. "Tuan, bangun!" Menepuk pelan tubuh bosnya. "Kenapa berisik sekali, Bri?" Joehan menoleh dan berusaha untuk terbangun. "Anda harus melihat ini, Tuan!" Menyerahkan benda pipih persegi empat panjang ke Joehan. Joehan melebarkan mata membaca semua artikel pagi itu. Mengepalkan tangan seakan tidak percaya akan hal yang menimpanya pagi ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD