Naya menatap Darrel. Dari raut wajahnya, dia terlihat gelisah saat mendengar semua cerita Darrel, tentang pertemuannya dengan Airin kemarin. Naya tidak menyangka, kedatangan Darrel di sore hari cerah dengan Mentari perlahan bergerak di ufuk barat, menghadirkan rasa tidak enak di hatinya. Naya menarik tatapannya lurus ke jalanan di depan rumah. Terlihat lalu lalang sepeda motor dan sepeda gowes melewati rumahnya. Beberapa penjualan cemilan sore keliling, tampak melewatinya satu persatu dengan berbagai jenis dagangan. Namun bukan itu yang kini menjadi pusat Naya berpikir, melainkan sosok Airin yang pastinya kecewa padanya. Darrel masih saja menunduk melihat-lihat handphonenya, sekedar mengecek pesan dari grup keluarga yang sejak tadi memintanya pulang. Farel

