Part 1

1142 Words
(APARTEMEN LETTI) Aku menjatuhkan diri ke sofa empuk di ruang tamu. Letti berjalan malas menuju mini barnya. "Ada makanan ga, tee?", tanyaku "Ada tuh di lemari es..", Aku berjalan menuju dapur, melihat apartemen Letti yang bersih dan rapi membuat pandangan mata segar. Karena  dirumah ku ada maid aku tak perlu repot membersihkan rumah, tapi disini Letti mengerjakannya sendiri. "om, sini deh.. Aku punya stok soju sama arak bali nih.. Mau?", "Beneran? Cepet amat dapetnya, mau dong!! Soju plus yogurt ya.. Hehehe", "Oke...", Ddrrtt... Dddrrttt... Ucox is Calling.. 'Eh anak monyet... Dimana?', 'Ena ena di Apartemen, ada ape cicak?', 'Ada klien nih di studio!', 'Yaelah cicak... Kan ada plankton! Suruh dia aja kali!', 'Katanya ogah! Job nih, nominalnya gede monyet!', 'Suruh Helen data, masih nanggung nih.. Belum juga mulai cicak!!', 'Asem deh! Ya udah!', Tut tut tut "Klien?", tanya Letti "Iya, di studio.. Maunya sama aku", "owh.. Siapa?", "Ga tau, belum di data tuh", "Ow..", Letti menyodorkan satu sloki minuman, aku meneguknya dengan sekali tegukan. Letti nampak cantik hari ini, ia memakai kaos tipis dan rambutnya di cepol ke atas, sehingga aku bisa melihat leher jenjangnya yang outih mulus. Sekarang dia sedang memainkan ponselnya, sepertinya seseorang menghubunginya. Aku mendekati Letti, memeluknya dari belakang. Ku ciumi lehernya, membuatnya menggeliang sambil menahan desahannya. "Ehm..", Ku putar tubuhnya dan ku lumat bibir merahnya. Dia mengikuti alurku, membalas lumatanku. Kami saling bertukar saliva, bermain di rongga mulut masing-masing. Aku bisa melihat bra penutup gundukan kenyal milik Letti. Perlahan ku remas tanpa melepaskan ciumanku, tanganku mulai nakal bermain menjalajah tubuh Letti. "Ahh..", desahan Letti sedikit tertahan Kini kulepaskan sabuk yang mengunci celana jeansnya, ku turunkan perlahan sehingga Letti tak memakai apapun di bagian bawahnya. Letti hanya menikmati semua yang ku lakukan. Aku menggendongnya menuju kamar tanpa melepaskan ciuman. Ku jatuhkan tubuhnya Di atas ranjangnya yang berukuran king size. Ku lepaskan juga baju dan bra yang menutupi tubuh indahnya. Dan sekarang aku benar-benar bisa melihat keindahan di tubuh Letti. Aku melepaskan ciumanku, menurun menuju gundukan kenyal yang sedikit mengeras, ku kulum putingnya yang berwarna merah muda. "Ahh... Ino... Ahh..", desah Letti Tanganku kini bermain di bagian intimnya. Ku tekan klitorisnya dan membuatnya menggeliang dan mendesah keenakan. Ku tanggalkan pakaian dan celanaku hingga memunculkan kejantananku yang siap memenuhi liang milik Letti. Ku arahkn Letti untuk mengulum kejantananku. Dia memang yang terbaik, selalu bisa memuaskanku. "Ahh.. Tante.. Ouh...", "Ehm.. Ehmn..", Ku lepaskan kulumannya, dan membiarkan dia memasukkan kejantananku kedalam liang surgawinya. Posisi woman on top, adalah salah satu posisi yang di sukai Letti. "Ahh... Ahh... Ino... Ahh..", "Terus tan... Ohh..", Letti menggoyangkan pinggulnya, ia sudah terlihat menegang seperti ingin o*****e. "Aku... Ahh.. Keluar... Ahahh..", "Keluarin sayang... Ahh..", Ku balikkan posisi dan kini aku memompa tubuh Letti, gundukan kenyalnya mengikuti arahan yang ku buat. Sangat nikmat, dan aku menyukai ekspresi Letti yang terlihat menikmati persetubuhan ini. "Ah. Ah. Ah.. Aku keluar tantee.. Aahhh", Spermaku memenuhi liang nikmat milik Letti. "Capek... Tidur yuk", ajakku "Hmm.. Mandi dulu ah..", "Hmm.. Ya udah mandi..", Aku bangun dari posisi tidur dan menggendong Letti menuju kamar mandi. "Apaan sih.. Pake gendong segala, aku bisa sendiri kali, no!", "Udah diem aja..", Sampai di kamar mandi, bukannya mandi justru aku melakukannya lagi. Dengan gaya doggy style, aku memompa tubuh Letti. Kali ini tubuh kami tersiram air hangat dari shower. Membuat persetubuhan yang kami lakukan semakin nikmat. "Udah ino.. Ahh.. Ahh.. Aku ahh.. Capek.. Aahh ahh enak...", "Hehe... Udah apa terus nih..?", "Ehm.. Kamu nakal...", "enak kan?", "Iya.. Enak.. Tapi capek..", "Ya udah aku cepetin..", "Ah ah ah", "Ouh... God.... You're the best sayang", Kami melanjutkan mandi yang tertunda. Selesai itu kami kembali ke tempat tidur. Ddrrtt... Dddrrtt.. Helen is Calling... 'Ya Len? Ada apa?', tanya Letti 'Bilangin Ino, yang mau foto Devina, anak model yang Ino taksir tuu', 'Oh.. Oke', Tut tut tut "Helen kenapa?", "Udah denger ngapain sok ga denger! Udah sana pergi... Klien nya udah nungguin tu!", "Kamu marah?", "Gak... Ngapain marah, itu duit Ino'!! Lagian kita Udah selesai kan!!", "Hmm ya udah.. Aku balik dulu", "Ya...", Ga nyaman kalo ninggalin Letti dalam posisi marah gini. Semoga aja dia ga beneran marah. Aku pergi dari apartemen menuju studio. Letti hanya bilang kalau dia mau ke petshop sebentar lagi. Letti pov Aku menjatuhkan diri di atas ranjang, mengacak rambutku dan mengumpat sebisaku. "Ga boleh... Ga boleh... Ga boleh pake perasaan!! Aahhh... Perjanjian sialan!! Asem asem asem!!!!", Aku kembali memakai pakaianku, bersiap untuk pergi ke petshop. "Kangen sama Chocho! Main sama dia aja deh!", gumamku Selesai dengan dandanan biasaku, aku mengambil ponsel dan tas selempangku di atas nakas. Mengambil kunci mobil di samping mini bar, dan menuju basement. Aku mengemudikan honda Brio kuning milikku. Mendengarkan suara musik di radio, dan melihat jalanan kota Surabaya yang sekarang sudah padat penduduk. Sebelum sampai di petshop, ku sempatkan untuk ke minimarket membeli camilan. Ceklek Brak "Selamat datang di indomaret, selamat belanja", ujar pramuniaga disana "Letti...", suara Yuni memanggil "Oh hi.. Kok disini? Bukannya kamu sama Devina ada job ya?", "Busuk tu anak, aku di usir tau! Dia cuma mau deketin Ino buat di jadiin kacungnya kale!", Mendengar perkataan Yuni membuatku marah. Bagaimana bisa Devina berbuat seperti itu. "Eh tapi jangan langsung nyerang Devina loh!, biarin aja dulu, entar juga Ino sadar sendiri kalo dia cuma kacung!", "Bener juga.. Aku juga mau lihat, biar Ino dapet pelajaran deh..", Senyum pahitku nampak sedikit manis, mendengar ucapan Yuni. Aku melanjutkan untuk membeli camilan, sedangkan Yuni pergi entah kemana. "Udah mbak, berapa?", "Sekalian pulsanya kak? Atau beli ini ada potongan harga di pembelian kedua", "Ga perlu mbak, ini aja udah", "Terima kasih", Ku lajukan mobilku menuju petshop. Sampai di petshop, Ada beberapa hewan yang sedang grooming dan juga vaksin. Aku melihat ada satu anjing yang sangat ku kenal. "Hi... Snowy...", sapaku Guk guk... Snowy adalah anjing ras siberian husky, berwarna putih dengan mata biru. Cantik dan besarnya sepinggang ku. "snowy mau mandi ya?", Guk guk "Lucu banget....", "Tantee, tadi di cariin papinya snowy... Hehehe", ujar Helen "Oh ya... Dah lama ga ketemu Rei... Snowy udah selese belum sih?", "Udah kok, mau jalan-jalan?", "iya nih.. Bentar ya.. Oya itu ada camilan..", "Oke..", "Snowy... Come... Ayok jalan-jalan keliling kompleks", Guk guk Aku membawa snowy keluar dari petshop dan berjalan-jalan sebentar di komplek. Aku melewati depan studio, nampak Adis sedang bermain ponsel, sedangkan di Adv store ada Ucox yang sudah siap berangkat pendakian. Ciitt.... "Letti...", suara yang lagi aku hindari "Ehm hi Dre... Kok kamu disini?", "Aku cariin kamu daritadi di kampus sama apartemen, tapi kamu ga ada. Jelas aku kesini...", Guk guk... "Let, jauhin dong doggy nya...", "Apaan sih! Snowy ga galak tau!", Guk guk "Tuh kan.. Ga galak..", "Ikut aku bentar dong, mau ngobrol nih", "Males ah.. Aku masih sibuk tau! Ga liat lagi bawa anhing segede gini!", "Hmm terus kapan dong waktu buat aku?", "Entar kalo udah ga sibuk aku hubungin, oke! Byeee....", Aku gak peduli sama u*****n yang Andre lontarkan. Lama-lama jadi ngelunjak nih anak. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD