Judul PART SEPULUH

1441 Words
Sesampainya di kelas Nia Baru saja Andra ingin mengantar Nia masuk, -Roni- teman sekelasnya sudah memanggil-manggil namanya. Terpaksa dengan berat hati Andra berbalik "Ndraaa! Lo dipanggil Bu Sari ke ruang guru. Sekarang" Andra hanya membalas dengan mengacungkan jempolnya lalu meneruskan langkah menuju kelas Nia "Kakak nganterinnya sampe sini aja, Nia gak bakal kenapa-napa ko. Mending Kakak ke ruang guru aja temuin Bu Sari" Karna Nia tau siapa pun yg berhadapan Bu Sari yang terkenal baik hati dalam memberikan hukuman berat tanpa belas kasih itu lebih penting, takut-takut Andra malah di tambah hukumannya. Akhirnya dengan perdebatan kecil. Akhirnya Andra pun mengalah dan memilih berlalu ke ruang guru untuk menemui sang wali kelas tersayang yang memiliki postur tubuh seperti gitar spanyol, jika di lihat menggunakan sedotan air mineral tentunya. Saat Andra telah menghilang dari lorong, baru saja Nia balik badan berniat masuk ke dalam kelas, tangannya tertahan oleh seseorang yang membuat Nia seketika membeku (lagi) karena Nia mengenali wangi parfum yang dulu selalu menenangkannya dan pernah ia rindukan. Tetapi sekarang wangi parfum itu merupakan sesuatu yang mengancam bagi Nia. Mendengar suara bariton milik Rian, Nia pun berusaha untuk terlihat tenang agar air matanya tidak tumpah dan untuk meyakinkan Rian bahwa dengan kehadiran Andra di hidupnya membuat Nia jauh lebih bahagia di bandingkan saat masih bersamanya dulu Nia pun berbalik mengadah, menantang Rian. Hanya akan meyakinkannya bahwa Nia sudah sangat lama telah move on. Lagi-lagi pertahanan Nia hampir hancur saat melihat tatapan mata yang sama seperti dulu dari Rian. Yaaa.. Nia masih merindukan si pemilik tatapan dan senyum yang menenangkan itu. Saat menyadari ada yang salah. Nia pun berusaha melepaskan genggaman tangan Rian, karena Nia tidak mau melakukan kesalahan yang sama lagi walau pun ada magnet kuat yang hampir membuat Nia melemah untuk segera berhambur ke dalam pelukan Rian. Genggaman tangan Rian malah semakin kencang, membuat Nia meringis menahan nyeri. Selain itu Nia juga cemas kalau Andra melihat perlakuan Rian padanya yang tidak sopan. Menggenggam tangannya dengan tatapan intens penuh kerinduan. Benar saja. Saat Andra lewat dari arah ruang guru, detik itu juga Rian menarik Nia ke dalam pelukannya sehingga Andra yang berada tepat di belakang Nia sontak mengeraskan rahang dengan tangan terkepal. Hal itu sama sekali tidak di ketahui Nia. Andra yang salah faham, tidak tau kalau Nia berusaha melepaskan diri. Tentu saja karena kalah tenaga. Akhirnya, Nia pasrah dengan mencari cara agar Rian melepaskan pelukannya "Aku kangen sama kamu Rian" kata Nia sedikit teriak dan memejamkan mata Tentu saja sontak membuat Rian dan seisi kelas terkejut "Kamu cuma pura-pura aja kan biar aku ngelepasin pelukannya? kalau emang gitu kamu salah besar. Aku ti.." "Nia beneran kangen sama Rian! Jangan pernah tinggalin Nia dengan alasan apa pun lagi. Rian itu hidup Nia, akan selalu begitu. Udah lama Nia nunggu saat ini. Pleasee Riann. Jangan pergi lagiiii" potong Nia yang sukses membuat Rian melepaskan pelukannya. Belum sempat Nia bernafas lega, tiba-tiba kenyataan yang lebih menyakitkan datang menghujamnya lagi "See!!! Dia lebih milih gue dari pada lo! Sadar posisi! Lo ga lebih dari PELARIAN dia" ucap Rian dengan ponggah Nia langsung membalikkan tubuhnya dan benar saja Nia melihat tatapan terluka dan kecewa Andra padanya "Sekarang gue tau kenapa lo cuma kasih setengah hati lo buat gue atau mungkin gak sama sekali. Gue ga peduli. Tapi, lo harus tau, gue selalu mikir lo itu pilihan yang tepat, beda dari cewe-cewe yang lain. Tapi nyatanya sama aja. Makasih udah bikin gue sadar, betapa bodohnya gue semudah itu percaya sama topeng belaka lo yang so polos. KITA PUTUS!" Bentak Andra berapi-api dan langsung pergi berlalu "Ngga Kak! Denger dulu penjelasan Nia. Please Kak. Ini gak seperti yang Kaka lihat" pekik Nia memelas. "Semua gara-gara kamu!" Sambil mendorong Rian lalu masuk ke kelas Rian yang melihat semuanya hanya tersenyum miring. 'Tunggu rencana selanjutnya. Sayang' batin Rian 0~0~0 Setibanya di kelas Andra langsung mengajak teman-temannya ikut ke rooftop. Karena merasakan aura yang mengancam, tanpa ba bi bu mereka pun segera beranjak pergi Saat mereka akan berbelok ke lorong menuju rooftop, Andra bertabrakan dengan Nia. Walau tidak sengaja, tetap saja mereka beradu bahu, sehingga membuat Nia terjatuh. Andra tidak bergeming sama sekali. Ia tetap meneruskan jalannya. Teman-temannya hanya saling pandang melihat kejadian itu. Ewin, Ajat dan Dion yang malas ikut campur pun mengikuti langkah Andra. Fino yang tidak tegaan pun akhirnya mengajak Revan untuk membantu Nia "Rev! Bentar" panggil Fino. Revan hanya diam memperhatikan mereka dari dekat dengan pelototan tajam mendengar Fino menyebut namanya Karna memang di gerombolan tadi. Mereka jalan di paling belakang akhirnya Revan mau tidak mau menuruti ajakan Fino "Rev... Rev!! Kalo mau panggil nama gue yang lengkap. REVAN KALO GAK VAN LEBIH ENAK DI DENGER! Gimana sih! Emang gue cewe apa di panggil Rev. Meuni kesel pisan ih urang teh" sanggah Revan "Iya bawel. Dih baperan! Secara ini bukan waktu yang tepat buat bahas itu. Gimana sih! Ni lo gapapa? ayo gua bantu bangun" kata Fino sambil mengulurkan tangan "Gapapa Kak. Makasih" kata Nia bangkit. Tanpa menerima uluran tangan Fino "Kita cabut dulu ya" kata Fino sambil menarik Revan lalu pergi yang hanya di angguki pelan oleh Nia "Gua rasa mereka abis ribut besar" Bisik Revan. Nia pun pergi entah kemana langkah kakinya bertuju. Mulai sekarang keadaan seakan berbalik. Tidak ada lagi tingkah usilnya Andra, gombal-gombal receh yang menjadi moodboster Nia, supir pribadi kesayangan. Nia sangat merindukan itu. Walau hanya bisa melihat Andra dari jauh Nia sudah merasa puas, sedikit banyak rindunya terobati. Andra belum memiliki pengganti Nia. Tapi banyak perempuan yang suka mendekatinya. Tentu saja. Siapa yang tidak suka dengan Andra, jika saja kelakuannya juga baik. Pasti akan menambah nilai plus untuknya. Nia hanya tersenyum miris menahan sakit, saat melihat Andra tertawa bahagia bersama perempuan lain. Nia sangat menyesal. Sekarang ia malah terjebak dalam hubungan aneh dengan Rian. Memang Rian semakin hari semakin mempesona tapi Nia tidak pernah lagi merasakan detak jantung yang berpacu dua kali lebih cepat seperti dulu. seperti ketika Andra menatapnya, atau ketika bersama Andra. 0~0~0 Sejak kejadian itu yang Nia lakukan hanya kembali menangis dan terus menangis, merutuki kebodohan yang sudah dia perbuat sehingga membuat Andra menjauh dan pergi dari sisinya. Sebenarnya tanpa Nia ketahui Andra pun sama tersiksanya, tidak bisa membenci Nia barang sedetik pun. Semakin Andra ingin menghapus jejak Nia di dalam hati dan pikirannya, maka perasaan rindu pun semakin menyiksa batin nya. Andra tidak tau sebenarnya yang dia rasakan pada Nia itu karena cinta atau sebatas obsesi. Andra sama sekali tidak bisa melupakan Nia walau pada kenyataannya di depan Nia Andra sukses memainkan peran layaknya seorang aktor yang profesional, padahal tidak bisa di pungkiri Andra merindukan tatapan hangat dan senyum manis Nia yang berhasil membuat Andra rajin dan bersemangat ke sekolah. "Apa ini karma gue sama Bu Sari yaa?" celetuk Andra "Lo sehat Ndra? Jangan gara-gara putus sama Nia. lo jadi gundah gulana gini. Cewe banyak. Jangan menyia-nyiakan kegantengan lo yang melanglang buana sayangg" pekik Ajat mendramatisir "Etdah heran gue kapan warasnya anak ini. Kasian nyokapnya bisa dapet anak model beginian" Kata Ewin "Salah ngidam kali nyokap lo Jatt! Apa salah bawa anak" Kata Fino meledek "Lo pasti ketukerkan dulu pas di rumah sakit" timpal Dion yang langsung di sambut tawa keras Ewin dan Fino "Sial lo semua" Bentak Ajat tidak terima. Ia langsung mendekati Revan."Mas Revan dede di bully" dengan ekspresi yang tentu saja sangat menjijikan Revan sedikit menjauh dan menatap Ajat tidak percaya. "Jijik Jat!" Bentak Andra "Hebat lo Jat! Andra sampe siuman dari dunia kegalauannya" kata Fino yang sukses di balas dengan lirikan tajam dari Andra. "Lo boleh ketipu. Tapi Jangan juga nipu prasaan lo Ndra! Lo masi nyimpen perasaankan sama dia. lo juga jangan maksa hati buat benci sama dia" kata Revan santai, sambil memainkan ponselnya. Ucapan Revan benar benar menusuk otak dan perasaannya. Memang perkataannya ada benarnya. Malah sangat benar. "Apa yang lo tau dari gue? Jangan berasumsi seolah-olah lo tau apa yang gue rasain. Apa yang lo rasain kalo ternyata lo cuma PELAMPIASAN. Betapa bodohnya gue bisa jatuh gitu aja sama cewe bertopeng so polos kaya dia" kata Andra lantang membuat kelima temannya hanya terdiam. "Serah lo deh mau gimana. Tapi lo gabisa stuck gini terus" kata Revan sambil menepuk bahu Andra Mereka menatap nanar Andra yang berusaha berjuang untuk move on tetapi selalu gagal, karena tanpa Andra sadari Andra lah yang mempertahankan perasaan itu semakin lama semakin besar, semakin dalam. Semua temannya bahkan tidak bisa membayangkan saat waktunya tiba. Akan terjadinya ledakan emosi yang selama ini di tekan Andra agar tidak keluar dan menyakiti orang orang sekitarnya yang tak bersalah, terutama keluarga dan para sahabatnya yang selalu siap jadi benteng bagi Andra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD