Bab 37 Lelang Dansa Pasangan (2)

2517 Words
Lelang malam itu pun berlangsung sangat meriah. Beberapa ide lelang telah selesai, dan kini masuk ke acara puncak lelang yang ditunggu-tunggu. Seperti yang diduga oleh sebagian besar hadirin, pasangan Wataru menempati urutan pemenang voting pertama dari tiga besar kandidat yang ada. Antusias ini lebih karena banyaknya perempuan yang ingin berdansa dengan Wataru di acara bergengsi tahunan itu. Dan, tentu juga ini dijadikan kesempatan bagi hadirin laki-laki lain untuk mendekati sang dewa bisnis melalui Misaki, meski mereka sebenarnya banyak tak tertarik pada model tipe 'Akabane Merry'. Siapa yang suka dengan perempuan kegelapan seperti itu? Ditambah gosip buruk yang menyertainya? Wataru mencari-cari sosok Misaki dalam gelap, tapi tak kunjung muncul juga batang hidung Si jelek itu. Mood-nya semakin buruk dari detik ke detik. Ia bisa dengan mudahnya memberikan alasan yang masuk akal pada para tamu hadirin, hanya saja ia merasa kurang puas. Entah kurang puas karena apa. Kurang puas melihat dia lebih lama jadi tamengnya? Atau kurang puas dengan kehadirannya sebagai pendamping acara malam ini? Lelaki itu masih saja memandang dingin pada kursi kosong Misaki beberapa kali, seolah-olah dengan demikian Misaki bisa dengan sendirinya muncul dengan tampang bodoh sok polosnya yang khas itu. Ia mengernyitkan kening, mengalihkan pandangan ke arah panggung. Kesal bertubi-tubi. Sementara pembawa acara di atas sana sudah semakin heboh saja. Lelaki penuh energi itu mulai membakar semangat para hadirin melalui teriakan riuh rendahnya yang disertai gerakan tangan ke kiri dan ke kanan meminta sorakan yang meriah untuk lebih menghidupkan acara puncak itu. "Cukup! Saatnya serius! Baiklah, para hadirin yang penuh semangat! Saya akan menjelaskan prosedur lelang sejenak," ia tersenyum lebar.,"dalam lelang unik ini, yaitu lelang pesta dansa pasangan, telah dipilih tiga kandidat dan menyisakan pemenangnya, yaitu Miyamoto Wataru Sang Dewa Bisnis muda dan tunangannya, Akabane Merry," lelaki itu berbisik di balik telapak tangannya dengan mata menyipit saat menyebut nama palsu Misaki. Nada suaranya seperti merendahkan. Sebagian hadirin tertawa karenanya. Entah kenapa Sang playboy tak suka dengan perlakuan mereka pada Misaki. Harusnya tak begini. Ia memilih Si jelek itu memang untuk diperlakukan sebagai tameng, jadi apa pun yang diterima oleh perempuan itu mestinya tak masalah baginya, namun hatinya kini menjadi tidak tenang. Tangan kanannya mengepal di bawah meja, rahang mengeras. Ia memang ingin agar Misaki dihina dan dicaci maki agar si mata empat itu sekalian hancur sebagai tamengnya, dua tiga pulau terlampaui! Tapi ini rasanya salah. Dadanya terasa panas! "Maaf, Miyamoto-san! Saya tak bermaksud menjelekkan tunangan anda!" Sang pembawa acara buru-buru memperbaiki sikapnya, mengedip jenaka ke meja tamu yang gelap nyaris tanpa cahaya. Sang playboy memicingkan mata, rasa benci merasuki dadanya. HANYA AKU YANG BOLEH MENGHINA MISAKI! Batinnya tanpa sadar. Si pembawa acara berputar ria di atas panggung, dan berkata penuh semangat. "Akabane-san adalah perempuan istimewa! Terbukti ia telah menaklukkan dewa bisnis kita! Jadi, siapapun yang beruntung memenangkan lelang, sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa! Setidaknya para lelaki bisa selevel dengan Miyamoto Wataru Sang Dewa Bisnis selama beberapa menit, loh!" ia menaikkan telunjuknya setinggi mata, senyumnya sangat licik. Kali ini bukan tawa yang terdengar, tapi penuh dengan riuh rendah tepuk tangan dan bisik-bisik dari para tamu lelaki. Kapan lagi bisa merasakan sebagai Miyamoto Wataru meski harus bersama perempuan yang dicap ratu kegelapan itu sebagai standarnya? Pemikiran licik pun berkeliaran di kepala para lelaki untuk memanfaatkan hal ini sebagai kesempatan menjilat pada Sang Dewa Bisnis, atau menaikkan sedikit harga diri mereka menyerupai penerus tahta megah Miyamoto Group terkenal itu. Wataru menyilangkan kaki dan tangan, pandangannya tampak muak pada pembawa acara. "Baiklah, mari kita sorot meja pasangan lelang kita! Lampu! Sorot meja harta berharga kita malam ini!" tunjuknya ke arah lautan meja hadirin. Wataru memalingkan wajah dari silauan lampu sorot, kembali jengkel. Wajah tampannya yang dingin dan angkuh, serta seksi terpampang jelas di layar raksasa. 'Ooooh' rendah terdengar seperti gelombang pasang dari para hadirin saat melihat sosok pujaan tersebut. Sebuah angan-angan yang hanya sebatas mimpi, kini tersaji menggoda di hadapan mereka. "Loh! Ke mana ratu kegelapan kita?! Ooops! Maaf, maksudku ratu bertangan dingin yang sudah menaklukkan pria hebat seperti Miyamoto Wataru! Bukan perempuan biasa, loh!" ia terkekeh jahil di akhir kalimat. "Wataru, ke mana dia?" Ryo membalikkan badan, mencari-cari sosok perempuan yang dikaguminya diam-diam beberapa menit lalu. "Toilet." Katanya singkat. Datar sekali dan cuek. "Ehhhh??? Ke mana perginya Akabane-san? Hah! Jangan bilang dia takut dengan lelang ini?!" sang pembawa acara tertawa tertahan, mata menyipit geli, "kita tak menjualnya, kan?! Hanya dansa bersama selama beberapa menit! Apa lelang ini begitu menakutkan baginya?! Padahal Akabane-san lebih menakutkan, loh!" Matsuda yang panas mendengarnya, akhirnya buka suara. "Akabane-san keluar sebentar! Nanti juga akan kembali!" Sang pembawa acara lagi-lagi berputar energik. "Sudah kuduga! Mental tunangan Miyamoto Wataru pastinya sangat kuat! Tak sembarangan, loh, bisa sampai ke jenjang tunangan dengan playboy kelas kakap Sang Dewa Bisnis kita!" Para hadirin ada yang tertawa, ada pula yang bertepuk tangan. Bukan sebuah masalah baginya dengan pernyataan playboy seantero ruangan luas itu, toh, memang itu sudah menjadi info dasar bagi siapa pun. Masalahnya, rumor yang beredar akhir-akhir ini membuatnya sedikit tak nyaman dan merasa terbatasi ruang geraknya, makanya perlu menekan hal itu. Sang dewa bisnis itu menduga ada orang yang sengaja mempermainkannya dan ingin menjatuhkannya dengan rumor tak sedap itu. Hoh... Tak semudah itu menghadapi dirinya! Terlalu cepat seratus tahun bagi seseorang untuk menjatuhkannya dengan trik kotor semacam itu! Beraninya ada yang beradu siasat dengannya, Sang dewa bisnis dari Asia Timur! Jika ia jatuh, maka ia akan jatuh dengan kemauannya sendiri, tidak dengan tangan orang lain! "Kau benar-benar terkenal, ya, Wataru. Akabane-san memang luar biasa bisa menahanmu." Perempuan berambut pendek di meja mereka, tertawa menahan geli. "Aku tak akan berterima kasih padamu, Matsuda." Katanya datar, sedatar dengan pandangan matanya ke si pembawa acara yang membuatnya kesal. "Tak perlu. Aku hanya kasihan pada Akabane-san. Aku rasa, ia belum tahu sepenuhnya sepak terjang dan reputasimu sebagai playboy, kan? Itu sudah jadi rahasia umum, tapi si pembawa acara gila itu terang-terangan mengatakannya di sana. Bodoh." "Tidak masalah. Sejauh ini aku tak rugi apa-apa." Lampu sorot kembali ke panggung. "Dalam lelang ini, siapa pun berhak mengajukan tawaran! Setelah tawaran selesai, dansa romantis akan segera dimulai! Jadi, siapkan dompet kalian yang tebal! Ini bukan barang lelang murahan, loh!" "Konyol sekali! Siapa yang memberi mereka ide bodoh semacam itu?" Wataru mendongakkan kepalanya sedikit, mata dingin nan angkuhnya memandang jijik pada acara lelang itu. Sudut bibirnya berkedut. "Wataru... Ini acara lelang amal. Patuhlah sedikit." Perempuan berambut pendek tampak khawatir dengan reaksi lelaki itu yang mulai tak sabaran, meski ia tak bisa melihat jelas ekspresinya karena nyaris gelap total, tapi aura yang keluar darinya sungguh membuat suasana di meja itu merinding. "Naoko benar. Sudah cukup dengan reputasi playboymu. Jangan tambah lagi dengan reputasi tak berperikemanusiaanmu," timpal Matsuda. "Cih!" Wataru membuang muka. Jika saja ia tak berniat memancing ikan besar di acara ini dan menggusur rumor yang merugikannya, tak sudi ia repot-repot melalui lelang amal menyebalkan itu. "Wataru..." Matsuda tertawa getir. "Meski Akabane-san tak ada di tempat saat ini. Mari kita mulai saja lelangnya!" sang pembawa acara menaikkan telunjuknya ke atas, detik berikutnya berbisik lagi ke arah penonton dengan jahil, "dan mari doakan Akabane-san secepatnya kembali, atau ini hanya akan jadi lelang lelaki tampan bagi para wanita-wanita cantik di sini!" lalu ia mengakhiri perkataannya dengan kedipan genit. Ruangan itu kembali riuh oleh tepuk tangan, bisik-bisik, dan jeritan histeris dari sudut ruangan. Gelak tawa pun pecah membahana dengan reaksi heboh itu. "Aku tak paham mereka yang tergila-gila padamu, Wataru. Kau itu, kan, berengs*k dan bej*t," wanita bernama Mai yang sedari tadi diam mengamati situasi sejak awal acara, akhirnya angkat bicara, wajahnya suram dalam gelap. Matanya tertuju pada si pembawa acara menyebalkan itu. "Mai-chan!" tegur Naoko cepat. "Kenapa? Memang benar, kok. Aku sudah muak dengan pesona sok tampan Wataru. Cih!" Mai menyilangkan tangan dan membuang muka. Tak mau kalah dengan sikap sok Wataru. "Wanita yang kalah dalam percintaan memang mengerikan, ya, Wataru?" Gin buru-buru mencairkan suasana yang sulit diprediksi itu, walau sebenarnya Wataru tak peduli. "Ok! Mari kita buka lelang pertama terhadap Sang Dewa Bisnis Kita, Miyamoto Wataru dengan harga pembukaan dua puluh ribu dollar!" teriak sang pembawa acara penuh semangat. "Lima puluh ribu dollar!" teriak seorang wanita dari sebelah kiri meja tak jauh dari Wataru. "Enam puluh ribu dollar!" kali ini dari belakang meja yang cukup jauh. "Delapan puluh ribu dollar!" suara wanita ini tampak emosi, agak sedikit tercekat seperti mengembik. "Seratus ribu dollar!" "Dua ratus ribu dollar!" "Yak! Panas sekali lelang dewa bisnis kita malam ini! Siapa yang bisa melelang lebih tinggi lagi?! Apa hanya segini harga pria paling tampan di ruangan ini?" si pembawa acara memanasi para pelelang. "LIMA RATUS RIBU DOLLAR!" Semua orang cukup terkejut, entah siapa sosok ini. "Wuah... Wataru... Kau keterlaluan sekali terkenal di antara para wanita. Aku iri." Gin tercengang. "Yeah. Dia tak mendapat cap playboy dan julukan dewa bisnis bukan tanpa alasan." Matsuda terkekeh. "Aku tak akan kalah! Kapan lagi aku bisa membeli lelaki b******k ini!" Mai mengacungkan tangan kanan ke udara, rambut panjang hitamnya berayun mengikuti gerakan tubuhnya. "TUJUH RATUS RIBU DOLLAR!" "Ma-Mai!" Naoko terkaget-kaget. "Jangan merasa tinggi, Wataru. Aku berniat membelimu bukan untuk berdansa, tapi untuk membelimu sebagai barang selama beberapa menit." Ia menyeringai dalam gelap, tapi cukup membuat hadirin di meja itu mati kutu. "Wataru... coba kau hentikan kebiasaan burukmu main perempuan. Kasihan Akabane-san jika ia benar-benar jadi istrimu. Ia bisa jadi sasaran balas dendam orang-orang yang sakit hati karenamu." Gin menasihati, nada suaranya terdengar khawatir. "Ya. Aku setuju. Kasihan Akabane-san harus menanggung semua dosa-dosa yang kau perbuat." Naoko mendesah lemas. "Akabane-san itu kuat. Salah jika kalian menganggapnya lemah." Mai menyeringai ke arah sang playboy di kegelapan, "yang ada itu Wataru yang bakal bertekuk lutut padanya. Aku bisa merasakannya dengan naluri dan insting kewanitaanku," ia terkekeh mengerikan. "Mai!" seru Gin. Wataru tak peduli, ia mengabaikan omong kosong itu. Bodoh sekali menurutnya. Dia? Sang penakluk ratusan wanita jatuh tak berdaya gara-gara seorang Sadako jelek kudrat? Yang benar saja! "SATU JUTA DUA RATUS RIBU DOLLAR!" Mai berteriak, lalu kembali ke pembicaraan di meja. "Wataru. Kau salah pilih perempuan kali ini. Lihat saja nanti. Kau akan menderita hebat seumur hidupmu." "MAI!" suara Naoko cukup keras kali ini, tapi masih berupa bisikan. "Aku tak akan salah prediksi. Kapan aku salah?" katanya penuh percaya diri. "Aku tak mau berurusan dengan perempuan ini. Dasar cenayang psikopat kecil." Keluh Gin, lalu ia bergidik dengan tatapan tajam tak terlihat Mai. "Mai! Jangan bicara begitu pada Wataru." Naoko menyikutnya. "Cukup! Aku mau memenangkan lelang ini. Jika tak bisa memenangkan hatinya, maka akan aku beli dia untuk beberapa menit. Rasakan penghinaanku, Wataru! SATU JUTA DELAPAN RATUS RIBU DOLLAR!" teriaknya sejurus kemudian. Wataru lagi-lagi tak peduli. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Mai tipe cewek yang diam-diam temperamental, tapi untungnya dia bodoh soal balas dendam. Tingkahnya seperti anak kecil yang merajuk. Konyol sekali, pikir Sang Dewa Bisnis. "Wow! Tampaknya pelelang paling semangat berasal dari meja sang dewa bisnis sendiri! Masih adakah yang lebih tinggi? Ayo! Kesempatan berdansa ini hanya sekali seumur hidup! Pria tertampan angkatan kita! Dansa romantis abad ini!" lagi, ia berputar di atas panggung. "Wataru, kenapa Akabane-san lama sekali?" Sela Ryo, dari tadi ia menunggu kedatangan Misaki. "Toilet." Wataru menjawab kesal. "Wataru..." Gin meringis. "Waduh... Gawat, nih!" Matsuda terkekeh antusias. "Ya, ampun..." Naoko menepuk jidat. Lelang alot itu berlangsung cukup panas dan dihiasi oleh jeritan kesal oleh beberapa perempuan yang tak sanggup menawar lagi. Meja Sang Dewa Bisnis sibuk mendengar penawaran lelang yang semakin mencapai lima juta dollar. Sungguh harga yang luar biasa demi sebuah dansa beberapa menit. Mai sendiri tampak sudah menyerah karena uang yang ia miliki tak sebanyak itu, ia tertelungkup di atas meja dengan sorot mata suram ke arah lantai. Jika mulutnya bisa berbusa oleh kekalahan, mungkin saat ini dia sudah seperti orang keracunan oleh harga diri yang terinjak-injak. Ya, ampun! Malunya! pekik Mai dalam hati. Naoko menepuk-nepuk kecil punggung Mai, menghibur sekaligus menenangkannya. Semua sibuk mendengar penawaran lelang dan menyaksikan aksi konyol sang pembawa acara setiap kali harganya semakin naik, hingga tak menyadari dari dalam gelapnya ruangan itu, Misaki berjalan menuju ke meja Wataru. "Akabane-san?" Naoko yang pertama kali menyadari kehadiran Misaki yang kini duduk perlahan di dekat Wataru. "Kenapa lama sekali ke toiletnya? Tersesat, ya?" Wataru melirik sekilas ke arah Misaki dalam gelap, nada suaranya terdengar tak ramah. "Maaf, Wata-chan. Tadi ada sedikit masalah," Misaki kembali pada mode sok angkuh dan dingin sebagai Akabane Merry, aslinya dalam hati deg-degan dengan hal di luar dugaan lelaki itu. TUHAN! TOLONG AKU! pekiknya dalam hati. "LUAR BIASA! SEJAUH INI SUDAH SAMPAI PADA ANGKA SEPULUH JUTA DOLLAR! APAKAH MASIH ADA PENAWAR TERTINGGI LAINNYA?" sang pembawa acara berjalan hilir mudik begitu penuh semangat dengan wajah berseri-seri. "SEPULUH JUTA PERTAMA!" ia menunggu sejenak. Semua perhatian kini tertuju pada sang pembawa acara, termasuk hadirin di meja Wataru. Suasana tegang membanjiri acara lelang itu. "SEPULUH JUTA KEDUA! AYO! KESEMPATAN TERAKHIR, LADIES!" "DUA PULUH LIMA JUTA DOLLAR!" teriak seorang wanita, tiga meja dari arah Wataru. Semua hadirin terpana. Kasak-kusuk mulai terdengar. Sang Dewa Bisnis mengernyitkan kening, ia tahu siapa pemilik suara itu. Berani sekali dia di tempat seperti ini! "HEBAT! APAKAH MASIH ADA PENAWAR YANG LEBIH TINGGI? DUA PULUH LIMA JUTA PERTAMA!" Suasana menjadi hening. "DUA PULUH LIMA JUTA KEDUA!" Masih tak ada yang menantang. Suasana hening berubah tegang seketika. "DUA PULUH LIMA JUTA KETIGA! TERJUAL!" ia mengetuk keras palu kecil pada podium. "Kesempatan dansa bersama Miyamoto Wataru berhasil dilelang dengan harga fantastis dua puluh lima juta dollar malam ini!" teriak sang pembawa acara kegirangan. APA? IDE LELANG DANSAKU TERPILIH? jerit Misaki dalam hati. Tercengang sendiri. Tunggu! Kalau Toshio yang jadi bahan lelangnya, maka otomatis yang jadi bahan lelang satunya adalah...??? Keringat dingin mulai menyerang sekujur tubuhnya. GLEK! Mata sadako mini market itu terasa berkunang-kunang. "Rasanya aku tahu siapa pemilik suara itu," ujar Ryo takut-takut, matanya melirik sosok gelap Wataru yang tak bereaksi. "Sekarang giliran untuk Akabane Merry, sang tunangan luar biasa dari dewa bisnis kita! Para gentlemen, siapkan dompet kalian! Jika pasangannya sanggup mencapai dua puluh lima juta dollar, berapa, ya, kira-kira Akabane-san?" nada bicara sang pembawa acara tampak melucu, diselingi nada mengejek tersembunyi. Sebelah matanya disipitkan ke arah penonton, badannya maju sedikit. Ruangan itu kini sangat riuh. Sebagian jari-jari para hadirin perempuan mulai sibuk di bawah meja, bergosip di LIME tentang si pemenang lelang dan dominan Akabane Merry sebagai hidangan utama. [Kalian tahu siapa pemenang itu?] [Tentu saja kita semua tahu!] [Wuah. Apa rumor itu benar?] [Nekat sekali dia saat tunangannya hadir di tempat yang sama.] [Si tunangannya itu masa bodoh, loh! Katanya dia sangat percaya pada sang wanita! Kalau begini? Apa dia masih mempercayainya?] [Jangan bicara sembarangan! Aku duduk di meja mereka! Sang tunangan sendiri yang menyuruh si wanita untuk ikut lelang! Menarik, bukan? Katanya, membantu kemanusiaan itu lebih penting daripada rumor tak jelas itu!] [Hebat! Tapi kenapa dia tak menjadi pelelang Si Wanita Horor nanti?] [Dia pria yang setia dan tak mau menyakiti hati sang wanita. Lagi pula, siapa yang suka tipe macam itu?] [Benar! Perempuan macam itu mau dilelang? Mana pantas!] [Iya. Menjijikkan sekali! Sejelek-jeleknya dia, masuk pelelangan rendahan pun tak layak!] [Mata Wataru-kun rabun, ya?] [Apa sehebat itu permainannya di atas ranjang sampai menjerat sang dewa bisnis? MURAHAN SEKALI!] [Dia pasti memantrainya! Tidak salah lagi!] [Pasti! Wataru sampai tak malu membawa wanita semacam itu ke reuni bergengsi ini! Selera Wataru, kan, tinggi sekali!] [Wanita Voodoo!] [MENGERIKAN!] 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD