"Kenapa aku mesti kasihan? Dia hewan liar. Jadi mesti dilatih dan dikendalikan. Sekali mainan, ya, mainan. Apa kau tak paham konsep mainan?" jawabnya santai, berusaha menyembunyikan kebingungan yang melandanya. Reiko menggertakkan gigi. "Wataru. Hidup perempuan itu sudah susah dan berat. Jangan tambah bebannya dengan kau yang masuk ke dalam hidupnya. Jika kau hanya ingin main-main, cari saja perempuan lain. Jangan Misaki! Kenapa mesti dia, coba?! Misaki bukan tipe-mu!" "Itu terserah aku. Lagi pula, aku sudah memeriksa latar belakangnya. Tak ada yang aneh atau mencurigakan, meski ayahnya ternyata telah tiada," ia kembali menyeruput kopinya, duduk dengan santainya di sofa putih, mengamati Misaki yang terbaring di ranjang di depannya. "Telah tiada?" Reiko terkejut mendengarnya. "Ya. Kece

