Bab 02: Di selamatkan oleh ayah dan anak

1062 Words
"Ayah kenapa ada darah di sekitar sini? Apa salah satu hewan kita mati?" tanya Xue Ze saat tengah masuk ke dalam kandang bersama ayahnya yang sedari tadi terkejut. Kemudian Ayahnya mulai berjalan mendekati sekumpulan kotoran kuda yang hancur karena sesuatu. "Xue Ze diam di situ!" kejut Ayah. "Ada apa ayah?" "Cepat ambilkan kain dan air!" suruh Ayah bergegas mengambilkan air. Tanpa pikir panjang Xue Ze mengambilkan air di sumur yang berada tidak jauh dari kandang. Dua ember penuh, Xue Ze ambil airnya, selanjutnya ia lekas kembali mengambil kain pakaian usang untuk di bawanya menuju kandang. "Ini yah kainnya." ucap Xue Ze memberikannya pada Ayah. Wajah ayah tampak khawatir dan cemas, saat melihat tubuh pria muda tidak berdaya jatuh di tumpukan kotoran. "Xue Ze tunggulah di luar sampai ayah selesai mengurusnya." "Ayah aku mohon biarkan aku membantumu," rengek Xue Ze setelah mendengar perintah Ayah. Ayah Xue Ze dengan tanggap menangani rengekan putrinya, "Jika kamu ingin membantuku, kamu keluar tutup pintunya ambil lagi beberapa pakaian milik ayah, sebelum membuka pintu tunggu ayah memanggilmu." "Baik yah." balas Xue Ze bergegas keluar lalu menutup pintu. --- Ayah Xue Ze menghela napas lega, "Walau ia sebentar lagi menginjak remaja. Tapi dirinya belum pantas melihat tubuh seorang pria." gumamnya lalu menarik tubuh pria asing tersebut ke tempat yang jauh dari kotoran. Ayah Xue Ze mengambil dua bilah belati yang masih terikat pada pinggang. Selanjutnya, ia pun melepas celana pria asing. Kaki yang sudah terpotong akhirnya, ia bersihkan menggunakan kain basah. Pelan-pelan namun pasti, ia mengikat erat bagian kaki kirinya agar darahnya tidak mengalir terus menerus. Ayah Xue Ze diam-diam memberikan kekuatan KI-nya agar proses penyembuhan menjadi lebih cepat. Ia begitu berhati-hati saat memberikan Aliran KI pada Pria asing. Selama proses pemberian Aliran KI, dirinya merasakan ada emosi amarah, dendam, dan berbagai emosi negatif pada diri pria asing. Suara pintu menggedor lalu terdengar suara samar-samar anaknya, "Ayah! Apa sudah selesai?!" serunya keras hingga suara tersebut masuk ke dalam. Konsentrasi Ayah Xue Ze langsung goyah setelah mendengar seruan anaknya dan aliran KI-nya berhenti di tengah, "Sebentar lagi!" balasnya kembali. Kemudian menengok luka yang sebagian sudah tertutup walau belum sempurna, "Lebih baik seperti ini sedikit normal." gumamnya. "Ayah cepat! Aku kedinginan!" balasnya dengan suara keras sembari menggedor-gedor pintu. "Tunggu sebentar Xue Ze!" ucapnya, Ayah Xue Ze pergi menuju pintu kandang yang saat ini sedang tertutup. Selanjutnya, ia pun membuka sedikit pintunya, "Xue Ze mana pakaian ayah?" Xue Ze memberikan pakaiannya, “Ini yahh, kalo di buka seperti itu. Aku tidak masuk!" ucapnya kesal. "Kamu kembali ke rumah dulu, ayah belum selesai merawat orang itu." suruh ayah tenang. Wajah Xue Ze berubah menjadi sayu, lalu pergi kembali menuju rumahnya. Tanpa mempermuliakan sikap anaknya, ia pun kembali menutup pintu dan segera melepas pakaian dari tubuh pria itu lalu membersihkan tubuhnya dengan air yang sudah disiapkan. Setelah selesai memakaikan pakaiannya, ia kembali membalut luka pada kaki menggunakan kain bekas lalu menyobeknya. "Baiklah saatnya pergi dari sini," gumam Ayah Xue Ze lalu mengangkat badan pria asing. Tangannya sedikit bergetar karena beban berat pria asing itu, "Dasar kumpulan otot kamu membuatku kerepotan." ocehnya membawa pria itu sedikit terhuyung huyung sampai menuju rumahnya. Ayah Xue Ze menendang pintu masuk rumah, "Xue Ze buka pintunya!" Pintu terbuka, Xue Ze melihat pria asing yang di oleh gendong ayahnya sudah bersih dan jauh dari kata kotor. "Xue Ze, bisakah kamu memberikan kamarmu kepadanya sampai dia pulih?" tanya Ayahnya dengan langkah terburu-buru. "Iya ayah gunakan saja." Jerami yang digunakannya membuat tempat tidurnya menjadi empuk lalu ditutupi dengan kain agar orang yang tidur di sana tidak mengalami gatal-gatal. Xue Ze melihat kecekatan ayahnya menolong orang asing tersebut sepenuh tenaga. "Ayah, apa laki-laki itu akan baik-baik saja?" tanya Xue Ze penuh rasa penasaran saat melihat keadaan kaki masih terlihat darah segar yang tertutup oleh balutan kain. "Tenang saja nak dia akan baik-baik saja," tuturnya dengan nada halus. Ayah Xue Ze pergi meninggalkan Putrinya bersama seorang pria asing. Kemudian, ia kembali sambil membawa air berwadahkan bambu. "Oh iya, ayah punya satu tugas untukmu ... beri dia minum beberapa jam sekali agar dia tidak kehausan." pintanya sembari memberikan air menggunakan sendok kayu beberapa kali. "Jadi aku hanya memberinya air setiap hari yah?" tanya Xue Ze penuh antusias. "Iya, hanya beri dia air secara rutin menggunakan ini ... apa kamu bisa melakukannya?" ucap ayah sambil menunjukkan sendok yang di pegangnya. "Baik!" Ayah Xue Ze langsung memberikan sendok kepada anaknya, yang sedari tadi begitu antusias. Pelan namun pasti, Xue Ze melakukan perintah ayah dengan baik, sedangkan ayah memperhatikan kegiatan anaknya. Kemudian pergi meninggal anaknya sendirian bersama pria asing tersebut untuk kedua kali. *** Kemarin malam, mereka berdua dikejutkan dengan insiden jebolnya atap kandang kuda yang membuat ruang sekitarnya penuh dengan semua kotoran, akibatnya mereka berdua harus kembali merapikan kandang tersebut. Suara ramai berasal dari sapu dan juga cangkul. Ayah Xue Ze memindahkan kotoran kuda keluar dari kandang dan separuhnya di jadikan sebagai pupuk sedangkan Xue Ze membantu ayah dengan menyapu bersih kandang. "Ayah bagianku ... selesai!" seru Xue Ze kepada ayahnya yang sedang memupuk tanaman. "Kalau sudah pergilah ke dalam rumah!" balas Ayah membalas seruan anaknya. "Baik!" Xue Ze segera masuk ke dalam rumah guna mengecek keadaan pria asing di rumahnya. Dirinya menyibak tirai kamarnya, ia pun masuk dan menghampiri pria asing tersebut. Xue Ze mengambil kursi selanjutnya tangannya meraih gelas bambu dan memberi air minum pelan-pelan menggunakan sendok batok kelapa. Setelah itu, keluar dari kamar meninggalkan pria asing tersebut. *** Ayah Xue Ze masih sibuk memupuk ladang buah yang sudah mendekati masa panen dan juga memotong beberapa ranting menggunakan parangnya agar bunga buah terus tumbuh sehat. "Ayah, ini aku bawakan makanan untukmu." tutur Xue Ze tiba-tiba sudah berada dibelakanginya. Ayah Xue Ze menengok ke arahnya, "Terima kasih, taruh saja di sana." tunjuk ke arah gubuk kecil tepat di bawah pohon rindang. Xue Ze membuka tutup daun di makanan yang sedang di sediakan. Kemudian ayahnya menyusul, dan duduk bersama. Mereka berdua makan bersama di temani awan yang sedikit mendung. "Apa orang itu sudah sadar?" tanya Ayah Xue Ze saat sedang mencuci tangannya. "Belum, dia masih tidur nyenyak seperti biasanya." jawab Xue Ze. "Kalau dia bangun, apa yang akan ayah lakukan kepadanya?" sambung Xue Ze. "Nanti saja, tunggu saja dia bangun." balas ayah singkat. Mereka kemudian menikmati makanannya. Selanjutnya melakukan kegiatan seperti biasa sampai sore hari dan pada malam harinya mereka bersantai di dalam rumah ditemani tungku pembakaran yang terus menyala hingga nyala api padam karena kehabisan kayu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD