Bab 03: Apa yang kamu lakukan sekarang?

1180 Words
"Ayah-Ayah! Dia bangun!" Kejut Xue Ze berteriak karena tangannya dipegangi oleh pria asing. Ayah Xue Ze bergerak cepat mendekati kamar, tangannya begitu sigap melepaskan cengkeraman pria asing itu. Pria asing langsung berontak mengeluarkan tenaganya yang masih cukup lemah untuk beradu otot dengan ayah Xue Ze. "Tenang ... jangan bergerak. Kamu sudah aman sekarang bersama kami sekarang." ujar ayah Xue Ze menahan kedua tangan pria asing sembari menenangkannya. Emosi pria asing berangsur membaik, ia mulai tersadar dan mengamati dinding kayu dan juga atap yang terbuat dari jerami kering menutupi bagian atas rumah. Kemudian, tatapannya kembali mengarah kepada penghuni rumah ayah dan anak. Sorotan mata ayah Xue Ze terlihat tajam memandangi wajah pria asing lalu dirinya mengambil sebuah gelas bambu. "Minumlah ini dulu," tawarnya, "Xue Ze, tolong ambilkan beberapa buah hasil kebun kita untuk dirinya." Xue Ze segera pergi sesuai permintaan ayahnya kemudian ia mengambil beberapa buah apel segar menggunakan piring tanah liat yang sudah di potong menjadi beberapa bagian. Ayah Xue Ze menerima piring berisi apel, "Bangunlah, kamu sudah tidak makan selama lima hari penuh." tuturnya menunjukkan apel. Awalnya pria itu tidak mau, tapi pada akhirnya ia tidak dapat menolak pemberian orang baik itu. Baru saja memakan satu potong apel rahangnya sedikit lemas untuk mengunyah dan hanya menggigit secuil bagian apel. "Ahh .. itu salahku maafkan aku." menyadari ke tidak pekaan ayah ia pun segera pergi membuatkan bubur gandum. Ayah Xue Ze lalu kembali membawakan bubur gandum yang masih hangat, "Xue Ze bantu dia memakan bubur ini ...., ayah akan pergi dulu mengurus ternak dan kebun kita." perintahnya segera pergi meninggalkan mereka berdua di kamar. Tanpa ragu Xue Ze menerima permintaan ayahnya, "Baik yah," balasnya menerima piring tanah liat. Xue Ze menyuapi pria asing itu pelan-pelan sembari meniupnya agar bubur gandum tersebut tidak terlalu panas, sesekali ia juga membantunya untuk minum. Pria asing itu masih tampak terkulai lemah namun, dirinya memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidurnya. Kemudian, ia terpaku pada salah satu kakinya yang sudah hilang. Pria asing itu tiba-tiba menjatuhkan dirinya kembali ke tempat tidur. Xue Ze sempat mencegah namun ia telat untuk melakukannya. "Apa yang kamu lakukan! ... lebih baik kamu istirahat terlebih dahulu." paksa Xue Ze kembali menyelimutinya. pria asing itu menuruti perkataannya tanpa berpikir bagaimana ia bisa di situasi seperti ini. *** Malam harinya mereka berdua dikejutkan oleh pria asing tersebut yang telah keluar dari kamar berjalan menggunakan satu kaki sambil menyeimbangkan dirinya pada kedua tangan yang bertumpu pada dinding tembok. Anak dan ayah tersebut sontak bergegas menghampiri pria itu. Lalu membantunya duduk di kursi dekat dengan meja makan yang tidak jauh dari tempatnya tidur. "Kenapa kau memaksa bangun? Lebih baik kau tidur saja tenagamu." tutur Ayah Xue Ze. "Tidak aku harus pergi dari sini ... aku sudah terlalu lama tinggal di sini." balasnya pelan. Xue Ze pergi ke arah dapur, kemudian ia kembali membawa kayu pohon yang pas untuknya menopang berdiri, "Cobalah pakai ini." Xue Ze menyerahkan kayu tersebut. Ia menerima pemberian Xue Ze, pelan-pelan ia kembali mencoba untuk berdiri. Awalnya ia gagal beberapa kali, melihat kegagalan pria itu kedua penghuni rumah sempat mencemaskannya, namun niat tersebut mereka urungkan. Setelah percobaan ke empat mereka pun berhasil berdiri. Selanjutnya ia mulai mencoba untuk melangkah secara pelan-pelan akhirnya dia pun berhasil. Selanjutnya pria itu terus belajar menggunakan tongkat pijakan untuk kegiatan sehari-hari. *** Selama pemulihan, kedua pemilik rumah tidak mengetahui nama orang yang telah di selamatkannya. Namun mereka tetap membantu tanpa pikir panjang. Sarapan pagi seperti yang biasa mereka berdua lakukan kini bertambah satu orang yang tinggal bersama mereka. "Bagaimana rasanya? apa cukup enak?" tanya ayah Xue Ze tersenyum bangga kepada anaknya yang mulai mahir memasak akhir-akhir ini. Pria asing itu hanya mengangguk sambil menikmati makanan sedap buatan rumah milik anak gadis pria yang sedang makan bersamanya. "Namaku Hua ren." "Hah?! Apa kamu baru saja menyebutkan namamu?" tanya ayah Xue Ze sedikit terkejut. Hua ren mengangguk kembali, "Terima kasih." sambungnya. "Tunggu-tunggu, aku tidak m mendengar namamu tadi, bisa ucapkan kembali?" "Hua ren ..." ucapnya melirih dari biasanya. "Oh, Hua ren. Baiklah, aku kira kamu tidak akan pernah menyebutkan namamu." balasnya tersenyum ke arah Hua ren diikuti Xue Ze yang tersenyum mendengar percakapan mereka berdua, "Namaku Xue tao, dan anak kecil di sebelahmu Xue Ze putri kesayanganku." sambungnya tersenyum menunjuk putrinya. "Jadi bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya ayah Xue Ze melihat tubuh Hua ren mulai terlihat segar. "Sesekali aku merasakan nyeri di bagian kaki kiriku." matanya mengarah pada kaki yang hilang dan sesekali menggerakkannya. "Syukurlah hanya nyeri ringan, paling tidak kamu bisa bertahan hidup." ungkap Xue tao. Suasana pun terhening. "Ayo paman, tambah lagi makanannya. Aku sengaja memasak banyak hari ini khusus untuk paman." ucap Xue Ze tersenyum riang kepada Hua ren. Secara tiba-tiba Hua ren tersedak makanan yang baru saja ditelannya. Pemilik rumah terkejut melihat Hua ren, seperti itu dengan sigap Xue tao memberinya minuman. "Hua ren, kau baik-baik saja? Kalau sedang makan dilarang berbicara." tuturnya menyalahi perilaku "Tidak apa," ucap Hua ren kembali menegak minumannya. 'Apa aku terlihat setua itu sampai di panggil paman olehnya?' batin Hua ren berkata demikian setelah mendengar ucapan Xue Ze. *** Kini tubuh Hua ren benar-benar pulih sebagai gantinya ia membantu pemilik rumah sebagai tanda terima kasihnya. Meskipun pemilik rumah tidak terlalu mengharapkan balasan. Malam pun kembali menyapa mereka bertiga. Mereka tampak menikmati makanan malam dan juga suasana baru di dalam rumah tersebut. Kedua pemilik rumah tidak bertanya apa pun soal latar belakang penyebab Hua ren mengalami luka berat. Xue Ze memberes piring bekas pakai ke belakang, sedangkan Ayah Xue tao mengobrol ringan dengan Hua ren. "Sepertinya, kakimu sudah baik-baik saja ya?" tanya Xue tao memperhatikan kaki Hua ren sore tadi di lepas balutan kain. Ia tampak tersenyum, "Kakiku sudah lebih baik dari sebelumnya." jawab Hua ren sembari mengelus guratan bekas luka pada kaki yang sedikit geli. "Oh, ia aku punya sedikit hadiah untukmu." Xue tao pergi meninggalkan Hua ren untuk mengambil sesuatu di luar rumahnya. Kemudian, ia kembali sambil membawakan tongkat buatan yang lebih bagus lagi dari pada kayu ranting pohon yang dimiliki Hua ren saat ini, "Hua ren, aku buatkan tongkat ini khusus untukmu. Maafkan aku hanya bisa memberi tongkat sederhana ini untukmu." "Tidak apa, aku sangat berterima kasih pada paman tao dan juga Xue Ze yang telah menyelamatkanku, ini lebih dari cukup untukku." ucapnya sambil tersenyum. Nyala obor sudah kehilangan sinarnya, Xue tao menyuruh mereka untuk tidur, "Ayo Xue Ze dan juga kamu ... cepat ke kamar. Ini sudah malam dan obor pun sudah mau mati." mereka kembali ke kamar masing-masing, sementara Xue Ze tidur bersama ayahnya. Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Riyuu Way
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD