SN_2

1497 Words
Dengan cepat Freya mencegah Haykal, saat laki-laki itu hendak masuk ke kontrakannya. Namun, laki-laki itu tak memperdulikan larangan adiknya. Dengan santai, ia memasuki kontrakan adiknya. Rasa takut semakin terlihat di wajah Freya, saat sang kakak hendak membuka handle pintu, dengan cepat Freya, menghalanginya. "Mau ngapain?" tanya Freya, sebisa mungkin gadis itu menyembunyikan rasa takutnya. "Numpang tidur bentar, fre" balas Haykal dengan santai. "Tidak boleh" sahut Freya dengan cepat. Haykal, menatap adiknya bingung. "Ada temen gue di dalam" kata Freya, alasan. Freya, melihat jam di tangannya. "Pesawatnya tiga jam lagi terbangkan?" Haykal, mendekatkan wajahnya dengan wajah adiknya hingga Freya bisa merasakan hembusan nafas kakaknya. Dua mata indah itu saling bertemu. Tak ingin lama-lama bertatap dengan mata Haykal, Freya membuang pandangannya ke sembarang arah. Haykal, tersenyum miring melihat tingkah adiknya. "Belajar yang bener, jangan sering bolos" kata Haykal, lalu mengacak rambut adiknya. Freya, bernafas lega saat Haykal melangkahkan kakinya keluar tanpa rasa curiga. Segera Freya menutup pintu dan menguncinya saat mobil Haykal benar-benar meninggalkan area kontrakannya. Pelan, Freya membuka pintu kamarnya. Freya, tersenyum saya melihat lelaki tampannya tertidur pulas. Freya, berjalan pelan mendekati lelaki yang telah mengisi hari-harinya selama empat bulan terakhir ini. Memandangnya dengan penuh cinta. "Pantes temen-temen tadi pada girang, ternyata kau sungguh tampan. Jika di perhatikan, wajahmu mirip Song Joong Ki oppa" kata Freya lalu tersenyum. Freya, berdiri dari posisinya dan hendak berjalan menuju kamar mandi. Namun tangan itu lebih dulu menarik lengan Freya, hingga membuat Freya jatuh menimpa badannya. "Siapa yang ngajarin kamu manjat pagar seperti tadi?" tanya Nando tanpa basa-basi. "Mas, lihat?" tanya balik Freya, dengan polosnya. Tak menjawab, Nando hanya menatap Freya, hingga membuat Freya menjadi salah tingkah. Pelan, Freya beralih dari posisinya. Gadis itu duduk di tepi ranjang, di ikuti Nando yang juga di sebelah Freya. "Siapa yang ajarin?" tanya ulang Nando, kali ini tatapannya berbeda. Lembut namun menuntut. Freya, menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak ada" jawab Freya pelan. "Eemm mas pasti belum makan, biar aku pesankan makanan" kata Freya, mencari alasan. Ia hanya ingin menghindar dari tatapan Nando. Tatapan yang tak pernah ia dapat. Freya, berdiri dari posisi dan hendak mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam tas, namun tangan Nando lebih dulu menariknya hingga membuat Freya jatuh di pangkuan Nando. Ada rasa takut di hati Freya. "Tatapan apa ini" batin Freya. Mata Nando tak berkedip menatap, Freya. Pandangannya turun ke bawah. Menyadari hal itu, spontan Freya menutup dadanya dengan tangannya. "Mas mau apa?" tanya Freya takut dan panik saat tangan Nando, menyingkirkan satu tangan Freya yang menutup dadanya. "Mas jangan macam-macam ya" lanjutnya masih sama, takut. Nando tersenyum, namun senyumnya tak bisa di artikan. Tak banyak berkata, Nando membopong Freya, membawanya ke kamar mandi. "Mandi, bau" kata Nando setelah menurunkan Freya. Freya, membuka kancing seragamnya. "Kamu mau apa?" tanya Nando, panik. "Mandilah mas, kan tadi mas nyuruh Freya mandi" balas Freya yang masih membuka kancing seragamnya. "Tapi tidak harus buka baju di sini juga, sayang" kata Nando. "Bukan Freya yang tidak boleh buka baju di sini tapi mas yang mestinya keluar" balas Freya. "Eemm mas mau lihat Freya mandi ya?? atau mas mau kita mandi bareng?" goda Freya. Nando, melepaskan kemejanya lalu menggantungkan di gantungan baju. "Mas mau apa?" tanya Freya, setelah Nando melepas koas polosnya. Ada rasa takut di diri gadis itu, tapi pandangannya tak lepas dari badan Nando yang seperti roti sobek itu. 'Kapan lagi lihat yang indah-indah' batin Freya. "Mau lihat kamu mandi sekalian mandi bareng kamu" balas Nando santai. "No" tolak Freya cepat. Nando, kembali tersenyum. "Jangan goda mas, kalau mas sudah tidak bisa menahannya kamu yang harus bertanggungjawab" kata Nando, yang langsung meninggalkan Freya sendiri. Gadis itu mengelus dadanya, lega. Setelah Nando benar-benar keluar meninggalkannya sendiri. Pagi hari di sekolah Freya. Seperti yang sudah-sudah, hari Kamis ialah hari yang tidak di sukai anak-anak XII IPS 1. Bagaimana tidak, ada matematika dan akuntansi di sana. Tapi tidak untuk saat ini. Karena hari ini, mereka kembali bertemu dengan pak Nando. Guru baru yang mencuri perhatian siswa perempuannya. "Fre, kantin yuk?" ajak Bagus. "Loe traktir ya?" pinta Freya. "Iye, ayok" Bagus langsung menarik tangan Freya. "Dheva, kemana?" tanya Bagus saat mereka jalan menuju kantin. "Sudah duluan sama Ryo sama Arya" balas Freya. Bagus Baldwin, anak basket yang terkenal tampan, cool, cuek, sedikit berandal dan pintar tentunya. Bagus bukan type orang yang gampang bergaul seperti temannya yang lain. Bisa di bilang, Bagus pilih-pilih teman. Ia akan welcome jika dia merasa nyaman. "Fre, Gus" panggil Dheva. Bagus, langsung menyeruput minuman yang ada di depannya. Sudah menjadi kebiasaan Bagus seperti itu. Ryo dan Arya saling memandang. "Gus, itu punya Dheva" kata Ryo setelah Bagus kembali menaruh kembali gelas minumannya. Bagus, melihat Ryo dan Arya bergantian, lalu melihat Dheva yang masih memandangi minumannya yang sisa gelas saja. "Oh" balas Bagus singkat dan cuek. "Bagus" teriak Dheva, kesal. Bagus, hanya membalasnya dengan senyum yang di buat setampan mungkin. Berharap Dheva, tak akan mengomelinya. "Gus, loe tau gak secara gak langsung loe sama Dheva berciuman" kata Freya. Semua menatap Freya, seakan bertanya 'kok bisa'. "Jadi begini, konon katanya, ketika kita minum dengan gelas atau sedotan dan kita menempelkan bibir di permukaan benda. Dan kalau ada yang melakukan hal yang sama, itu artinya dia menempelkan bibir di bekas bibir kita. Itu ciuman secara tidak langsung" terang Freya. "Ya elah fre, gue dengerinnya serius ternyata, KONON KATANYA" ucap Arya. "Tapi bener juga sih kata loe fre, itu tadi kan gelas kena bibirnya Freya dan Bagus minum di sebelah yang sama kayak Dheva minum dan artinya Bagus sama dheva_?" pplaakk.... satu pukulan melayang di kepala Ryo. "Mana ada ciuman secara tidak langsung" ucap Bagus. "Berarti loe maunya ciuman langsung dong" goda Freya. Bagus, tersenyum. "Loe kenapa dhev?" tanya Arya. "Loe lagi mikirin ciuman sama Bagus ya?" "Sembarang. Kepala gue sakit, habis akuntansi yang bikin rambut gue rontok habis ini, ketemu lagi sama matematika" ujar Dheva. "Sama" kata Freya. "Tapi untungnya pengganti Bu Mega, pak Nando. Jadi gue bisa cuci mata" "Iya, untungnya pak Nando ganteng" sambung Dheva. "Gantengan juga gue" kata Bagus, Ryo, dan Arya bersamaan. "Pak Nando tu,, Song Joong Ki nya indonesia" kata Freya, sambil membayangkan wajah ganteng pak Nando. Tak lama bel masuk berbunyi. Dheva dan yang lain duluan, Freya masih ke kamar mandi. "Freya, kenapa lama sekali?" tanya Arya khawatir. Sudah sepuluh menit namun sahabatnya belum juga balik dari kamar mandi. "Ya mana gue tau" balas Ryo pelan. Dheva, juga sudah mulai gelisah. Khawatir sahabat belum juga balik dari kamar mandi. Bukan hanya Dheva dan sahabatnya, pak Nando juga gelisah karena tak melihat Freya. 'Kemana dia, apa dia bolos lagi?' batin pak Nando. "Buka halaman tiga puluh enam" titah pak Nando, lalu kembali duduk di kursinya. Ia menoleh ke arah pintu saat menyadari ada seseorang yang masuk. "Maaf pak terlambat, habis dari toilet" ucap Freya, dengan sopan. "Silahkan duduk di bangku kamu" kata pak Nando, sedikit dingin. Freya, mengangguk dan berjalan ke arah bangkunya. Senyum pak Nando, merekah setelah melihat gadisnya. "Masya Allah pak, senyummu mengalihkan duniaku" kata Icha, kagum. "Emang dunia loe beralih kemana, Cha?" goda Ryo. "Beralih ke pak Nando" balas Icha, yang masih menatap pak Nando penuh kagum. "Cha, hati-hati mata loe copot terlalu lama mandangin pak Nando" ucap Freya. Ia tak rela jika lelakinya di tatap gadis lain. "Bilang aja loe iri karena gak bisa mandangin pak Nando" balas Icha. "Mending loe mandangin gue fre, gue mau kok loe pandangin" kata Arion, yang langsung berpindah dari bangkunya ke bangku belakang, Freya. "Arion?" panggil pak Nando. "Maju kerjakan soal nomor satu" titah pak Nando. "Kan bapak belum ngejelasin, kenapa langsung di suruh maju?" protes Arion. "Bukannya sebelum ulangan harian kemarin Bu Mega sudah lebih dulu menjelaskan" kata pak Nando. "Jadi tidak perlu lagi saya jelaskan" lanjutnya. "Maju kerjakan atau saya kasih kamu nilai merah" kata pak Nando santai tapi menakutkan. Dengan terpaksa, Arion melangkahkan kakinya ke depan. Ia ambil spidol dan mulai mengerjakan soal yang di suruh pak Nando. Tiga belas menit Arion, berdiri di depan papan tulis. Tapi, belum juga Arion menyelesaikan soal yang di berikan pak Nando. Di sebelahnya ada Freya, juga. Tak perlu waktu seperti Arion bagi Freya untuk mengerjakan tugas. Hanya perlu waktu lima menit untuk Freya mengerjakan soal tersebut. Pak Nando, memainkan ponselnya. Bukan, tapi beliau membalas pesan yang masuk di ponselnya. Tak ingin membuang kesempatan, Arion meminta Freya, untuk membantunya. Dengan senang hati Freya, membantunya. Freya, lebih dulu kembali ke bangkunya setelahnya di susul Arion. Namun langkahnya terhenti. "Kerjakan soal nomor tiga" perintah pak Nando. "Punya dendam apa sih pak Nando sama saya?" tanya Arion kesal. "Kamu tadi minta di ajarin Freya, kan?" tanya pak Nando. "Jangan kamu pikir saya tidak lihat ya?" lanjutnya. Dengan terpaksa Arion kembali menghadap papan tulis. Pak Nando, kembali duduk di kursinya. Sesekali ia mencuri pandang untuk bisa melihat gadisnya. Sadar mendapat pandangan dari pak Nando. Freya, menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya, membuat lambang sarangeo, memotonya lalu mengirimnya ke pak Nando. "Kerja, jangan mandangin Freya terus" send. Pak Nando, tersenyum setelah melihat pesan ke kasihnya. Tak ingin membuat siswanya curiga, pak Nando kembali memasukkan ponselnya tanpa membalas pesan, Freya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD