SN_3

1004 Words
Pak Nando, berdiri dari posisinya. Dengan santai, pak Nando menjelaskan bab berikutnya kepada siswanya tanpa memperdulikan Arion, yang masih berdiri di tempatnya. Hampir dua puluh menit Arion, menghadap papan tulis, namun ia masih belum bisa menyelesaikan soalnya. Pak Nando, melihat Arion sebentar lalu tersenyum miring. Tak tega melihat temannya yang berdiri di depan papan tulis sedari tadi. Ingin Freya, membantu Arion, tapi melihat tatapan pak Nando, ia mengurungkan niatnya. "Kembali ke tempat kamu," suruh pak Nando, pada Arion. Dengan cepat, Arion menaruh spidolnya dan kembali ke bangkunya. "Bagus, kamu selesaikan tugas, Arion!" Titah pak Nando. Tanpa banyak kata, Bagus berdiri dan menyelesaikan tugas Arion, tanpa waktu lama. "Arion, kamu harus banyak belajar sama, Bagus." Kata pak Nando. "Lebih baik saya belajar sama ayang Freya, pak daripada belajar sama kulkas." Balas Arion tanpa berdosa. Pak Nando, hanya tersenyum dan berdiri keluar ruangan untuk mengangkat teleponnya yang terus berbunyi. Bagus menoleh kearah Arion, menatap Arion tidak suka. "Kenapa loe lihatin gue seperti itu?" Tanya Arion, kesal. Tak menjawab, Bagus hanya tersenyum miring. "Dasar kulkas." gerutu Arion. "Masih mending Bagus kulkas tapi pinter, daripada loe, pinter kagak oon iya, pantas loe di tolak terus sama, Freya." Seru Dheva. "Modal tampang doang gak cukup buat dapatin hati, Freya." Tambah Ryo. "Tipe kamu yang seperti ay?" Tanya Arion pada, Freya. "Seperti, Bagus" celetuk Arya, sambil merangkul pundak sahabatnya. "Jadi kalian berdua pacaran?" Tanya Icha, kepo dengan suara cemprengnya. "Siapa yang pacaran?" Tanya pak Nando, yang baru masuk dengan senyum manisnya. "Freya sama Bagus, pak" uhuk, pak Nando langsung tersedak lalu batuk kecil saat mendengar jawaban Icha. Mata Freya dan pak Nando, saling bertemu. Freya, tersenyum menggoda kekasihnya. Beda dengan Freya, rasa kesal terlihat jelas di wajah tampan pak Nando. "Patah hati dong kamu, Arion." Ucap pak Nando, menutupi kekesalannya. "Sebelum terucap kata sah dari saksi di depan penghulu, masih ada kesempatan pak" balas Arion. Pak Nando, hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Apaan sih loe Yon, gak nyambung deh," kata Icha. "Emang betul fre, kalian pacaran?" Tanya Icha, kepo. "Kagak." balas Freya, singkat. *** Pulang sekolah, Freya dan sahabatnya pergi jalan-jalan. Seperti biasa warung bakso mang Jajang jadi langganan mereka nongkrong. "Berapa mang?" Tanya Freya, setelah mereka selesai makan. "Seratus lima puluh, neng." Balas mang Jajang dengan sopan. "Ini mang," sambil memberi uang kepada mang Jajang dengan senyum manisnya. "Makasih neng." Ucap mang Jajang. "Sama-sama, mang" balas Freya, Dheva, dan yang lainnya. Selesai makan di mang Jajang, mereka tak ingin langsung pulang melainkan singgah ke rumah, Freya. Seperti biasa, Freya dan Dheva lebih memilih menghabiskan waktu di kamar Freya, sedang ketiga sahabat lelakinya itu memilih bermain game di ruang tengah rumah, Freya. Jam menunjukkan pukul delapan malam, mereka baru pada pamit untuk pulang. Dan di situ Freya, mulai merasa kesepian. Mas Nando, tidak datang hari ini karena ada urusan. Freya, kembali mengunci rumahnya setelah mobil sahabatnya perlahan meninggalkan halaman rumahnya, setelahnya Freya mandi dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Freya, melihat ponselnya. Tak ada pesan atau panggilan, gadis itu kembali menaruh ponselnya asal dan tak lama terlelap. Nando, melihat jam di tangannya, baru jam delapan lewat. 'Masih bis,' pikir Nando. Dengan cepat, Nando meninggalkan rumah mewah keluarganya dan bergegas menemui kekasihnya. Tak lupa, ia mampir ke warung makan, Nando yakin kalau Freya belum makan malam. Lampu masih menyala semua, begitu juga dengan televisi, tapi Nando tak melihat sosok Freya. Pelan, pria itu melangkah ke arah dapur tapi tak ada juga Freya di sana. Dengan ragu, Nando membuka pintu kamar Freya. Laki-laki tampan itu tersenyum. Ia berjalan mendekati Freya, mengangkat tubuh kecil Freya untuk membenarkan posisi tidur gadis cantiknya. Nando, terus memandangi wajah ayu yang beberapa bulan terakhir ini mengisi hati dan hari-harinya. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Wajah Freya, terlihat begitu polos dan teduh. Tangan Nando, terulur untuk membelai wajah ayu, Freya. Ia tak tau, bagaimana bisa ia jatuh cinta sama anak SMA seperti, Freya. "Aaaaaa" teriak Freya, saat bangun dari tidurnya. Nando, yang masih tertidur pulas di sebelah Freya, ikut terbangun dan bingung. "Ada apa?" Tanya Nando. "Mas, ngapain di sini?" Tanya balik Freya. "Tidur sayang," balas Nando santai. "Mas, tidak macam-macam ke Freya kan?" Tanya Freya dengan pikiran yang tidak-tidak. Gadis itu juga menutup tubuhnya dengan selimut. Nando, ingin tertawa melihat ekspresi takut di wajah kekasihnya. Dia memang b***t tapi dia masih punya iman. "Apa enaknya coba mas macam-macamin kamu kalau kamunya tidur pulas." Jawab Nando. Freya, tersenyum salah tingkah mendengar jawaban Nando. Ada benarnya juga yang di bilang Nando. Nando, menggeser posisinya untuk lebih dekat dengan kekasihnya. Pelan, tangannya merangkul pundak Freya dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Iman mas semalam masih kuat," bisik Nando lalu mencium kening Freya lalu memeluknya dengan erat. Tak melawan, Freya membalas pelukan Nando, dengan melingkarkan tangannya di pinggang Nando. "Nanti kita ke sekolah sama-sama!" Ucap Nando yang membuat Freya mendongakkan kepalanya. Dan 'cup' Nando, mencuri morning kiss pertamanya. "Ih ma_" belum sempat Freya, melanjutkan ucapannya, Nando sudah kembali menempelkan bibirnya dengan bibir Freya. Freya, ingin melepas ciuman Nando, namun tangan Nando sudah lebih dulu menarik tubuh mungilnya. Tubuh Freya, membeku beberapa saat. Ini ciuman pertamanya. Dengan sabar, Nando menunggu kesiapan Freya. Setelah beberapa saat, Freya mengikuti instingnya. Ia membuka mulutnya dan ikut memainkan lidahnya di dalam mulut, Nando. Sadar Freya memberinya jalan, Nando semakin melancarkan aksinya. Tangannya tak ingin diam, tangan nakal itu perlahan masuk ke baju tidur Freya, meremas-remas pelan sesuatu yang menonjol di dalamnya. Membuat sang pemilik tersentak kaget. Freya, melepas ciumannya. Memandang Nando heran, namun lelaki tampan itu hanya membalas dengan senyuman. "Mau lagi?" Tanya Nando, menggoda. "Enggak, Freya mau mandi." Jawab Freya. "Mau mandi bareng?" Goda ulang Nando. Dengan cepat, Freya menggelengkan kepalanya. "Enggak." Tolak Freya. "Mas, mandi saja di kamar mandi tamu," lanjutnya yang langsung meninggalkan Nando. Nando, tersenyum melihat tingkah ke kasihnya. "Tahun depan, kamu harus menikah dengan Mella. Kalau tidak, kamu akan di coret dari kartu keluarga." Tiba-tiba ucapan itu kembali muncul di pikirannya. Kepalanya terasa begitu sakit. Kenapa selalu begitu? Kenapa lelaki tua itu selalu sesuka hatinya mengatur kehidupannya? Ia bukan anak kecil lagi. Dia sudah dewasa, sudah bisa menentukan pilihannya sendiri.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD