✉ 24 || Vienna Esterina Elara

1045 Words
Jam istirahat tiba akhirnya tiba juga. Aku dan Riga langsung meninggalkan kelas dan menuju ke gedung ekstrakurikuler. Tujuan kami tentunya adalah ruang club jurnalistik. Kami bukannya mau melakukan penyelidikan, tapi kami hanya memenuhi undangan dari Kak Melodi. Semalam Kak Melodi memberi pengumuman di grup calon anggota club jurnalistik kalau dalam waktu dekat, kami siswa baru akan mengikuti kemah tahunan. Nah, tugas kami sebagai calon anggota club jurnalistik adalah meliput kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah tersebut. Tentunya, kami tidak jalan sendiri-sendiri. Anggota baru yang berjumlah tujuh orang ini akan dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing dari kelompok ini akan dibimbing oleh tiga anggota terdahulu club jurnalistik. Makanya siang ini kami dikumpulkan untuk tujuan itu. Aku dan Riga telah tiba di depan ruangan. Di sana ada seorang siswa yang sibuk beres-beres. "Hallo Kak Rian," sapa Riga pada siswa itu. Aku sendiri sempat tidak bisa mengenalinya. Jadi ya aku diam saja. Orang yang disebut-sebut oleh Riga sebagai Kak Rian itu mempersilakan aku dan Riga masuk. Kami juga diperbolehkan untuk melihat isi ruangan. "Emang masih zaman ya buat bikin ramalan zodiac di mading?" tanya Riga pada Kak Rian. Kak Rian terkekeh, "Ya, buat pelengkap aja. Karena bikin materi buat mading itu susah." Riga ber-oh-ria. Sementara aku memperhatikan interaksi Riga dan Kak Rian dengan dahi berkerut. Semalam, aku dan Riga sempat memiliki rencana untuk menyelidiki Kak Rian dan Kak Tasya. Itu karena aku dan Riga merasa mereka terlibat dalam pengambilan dan penyebaran video itu. Tapi kurasa, Kak Rian bukan orang iseng yang hobi menyebarkan video-video begitu. "Eh, udah ada yang dateng," celetukan dengan nada ceria terlontar dari seorang cewek yang berdiri di ambang pintu ruang club ini. Riga kembali menyapa, "Hallo Kak Tasya." "Hallo, Riga," balas cewek yang dipanggil Riga dengan sebutan Kak Tasya. Kak Tasya lalu menoleh padaku. Dia juga menyapaku, "Hallo, Vienna." "Hai, Kak," ucapku dengan kaku. "Ri, Melodi mana?" tanya Kak Tasya pada Kak Rian. Kak Rian mengedikkan bahunya. Ia kembali sibuk membenahi tempat penyimpanan perkakas yang kuduga untuk membuat mading. Sepertinya baik Kak Tasya maupun Kak Rian kini sibuk dengan urusan mereka. Jadi aku memutuskan untuk kembali melihat-lihat ke sekitar. Sampai akhirnya, mataku jatuh pada benda bernama kamera yang tersimpan dalam lemari kaca bersama beberapa walkie talkie dan dua buah laptop. Pastinya barang-barang itu adalah barang inventaris sekolah. Riga melirik ke arahku. Aku balik menoleh ke arahnya. Sepertinya Riga juga sudah melihat kamera itu. Riga mengangguk entah untuk apa. Sepertinya ia berniat melempar kode meski tidak kupahami. "Kak," panggil Riga tak jelas ditujukan pada siapa. Jadi baik Kak Rian maupun Kak Tasya menoleh atas panggilan itu. "Iya?" tanya Kak Rian. "Kenapa, Rig?" tanya Kak Tasya hampir bersamaan dengan Kak Rian. Riga menunjuk ke lemari penyimpanan kamera dan inventaris mahal lainnya. Ia bertanya, "Itu kamera punya club atau punya anggota, Kak?" "Oh, itu kamera inventaris. Sebenernya ada dua. Satu masih ada di gue," jawab Kak Rian. Aku mengernyit. Jadi Kak Rian masih pegang satu kamera club ini? Apakah itu kamera yang digunakan untuk merekam video-video itu? "Besok kalau liputan berarti pakai kamera club?" tanya Riga lagi. Kak Tasya mengangguk-angguk, "Bisa pakai punya club, bisa juga pakai kamera sendiri. Gue ada kamera, jadi seringnya pakai kamera sendiri." "Gue juga seringnya pakai kamera sendiri. Lebih enak aja karena udah terbiasa. Kamera club paling gue pakai buat liputan yang kegiatan berisiko. Karena gue masih sayang kamera gue," jelas Kak Rian menambahkan. Liputan yang berisiko? Liputan seperti apa yang Kak Rian maksud? "Eh, yang baru dateng, sini masuk." Kak Tasya memanggil anggota baru club jurnalistik yang berdiri di depan pintu ruang club. Akhirnya perhatian Kak Rian dan Kak Tasya teralihkan. Riga jadi urung melanjutkan bertanya-tanya. Tak lama setelah semua berkumpul, baru lah Kak Melodi datang. Ia langsung menyapa kami anggota baru. Kak Melodi tidak banyak membuang waktu dan langsung menjelaskan pembagian kelompok. "Oke, jadi pembagian kelompok buat liputan besok, Suri dan Rino akan dibimbing Kak Tasya. Lalu Riga dan Vienna nanti sama aku. Terakhir Tiara, Arta, sama Yuri nanti dibimbing Kak Rian," terang Kak Melodi. "Ehm, kayanya langsung gabung ke kelompok aja ya. Terus bahas per kelompok." Kak Tasya menambahkan. Kak Melodi dan Kak Rian mengangguk setuju. Kakak-kakak itu lalu berpencar dan kami para anggota baru mengikuti masing-masing kakak pembimbing yang telah dibagi tadi. Syukurlah aku sekelompok dengan Riga. Tapi aku agak kecewa karena aku dan Riga justru dibimbing oleh Kak Melodi. Bukannya aku tidak suka pada Kak Melodi. Akan tetapi aku berpikir kalau semisal aku dan Riga dibimbing oleh Kak Tasya atau Kak Rian maka kami punya kesempatan untuk mencari tahu tentang mereka. "Nah, kalian ada yang mau ditanyain soal liputan perdana kalian?" tanya Kak Melodi saat kami sudah duduk di selasar depan ruang club jurnalistik. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang club ini akhirnya memilih diam saja. Biarkan Riga yang bertanya-tanya. "Kak, besok Kak Melodi ikut camp?" tanya Riga. Kak Melodi mengangguk, "Iya dong. Gue kan juga kudu melakukan liputan." "Camp nya kapan dan di mana, Kak? Kok sampai sekarang belum ada pengumuman?" tanya Riga lagi. Kak Melodi menjawab, "Gue juga belum paham banget sama tempatnya. Tapi kalau nggak nanti sore ya paling lambat besok, kalian bakal dikasih pembekalan soal camp ini. Tunggu aja." Aku turut mengangguk-angguk. Tapi masih diam dan tidak berniat bertanya apa-apa. "Eh, Vienna, diem aja dari tadi. Ada yang mau ditanyain?" Kak Melodi menyenggolku. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. Kak Melodi mengangguk-angguk paham. "Oh ya, biar kalian nggak lupa mau nulis apa aja, kalian kudu banget bikin poin-poin gitu. Misal kegiatan yang kalian jalani selama camp tuh apa aja. Biar kalian bisa ceritain urut dan nggak kelewat." Kak Melodi memberi saran. Aku dan Riga mengangguk-angguk atas saran Kak Melodi. Kak Melodi juga lanjut memberi info pada kami. "Buat ambil gambar, kalian ga perlu banyak-banyak. Karena di artikel juga nggak bagus kalau kebanyakan foto. Lagian besok ada kalanya kalian nggak boleh pegang alat komunikasi dan benda elektronik selama camp berlangsung," tambah Kak Melodi yang lagi-lagi mengundang aku dan Riga untuk mengangguk-anggukkan kepala. "Oh ya, kemarin Kak Melodi kan dihajar sama cewek-cewek rese itu. Sekarang gimana keadaan Kak Melodi?" tanya Riga yang keluar dari topik pembicaraan. "Gue udah mendingan kok. Cuma masih nyeri-nyeri dikit," jawab Kak Melodi sambil mengulas senyum. Ia lalu teringat sesuatu, "Oh ya, malah tadi pagi gue denger Raya juga dikeroyok sama cewek-cewek itu. Mereka tau kalau Raya yang laporin mereka ke BK." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD