Chapter 2

4290 Words
Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” *** Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” *** Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” *** Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” *** Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” *** Di ruangan itu, ada empat orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Keempat orang laki-laki tersebut tak lain adalah Christian Aiden, Archer Lake Canavaro, Kenward Shou Canavaro, dan juga Newton Heaven Canavaro. Seluruh klan Canavaro yang super dingin berkumpul menjadi satu di dalam ruangan ini. Maka, siapa pula yang tidak menggigil tubuhnya seperti Ocean? Jelas, ini sebuah petaka. Ocean seperti sedang berada dalam sebuah persidangan yang super ketat. Ditambah pula dengan hadirnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala asrama. Lengkap sudah kesialannya hari ini.             Saat Ocean masuk, beberapa pasang mata dari tatapan saudara-saudaranya mengikuti langkahnya. Barangkali heran karena penampilannya begitu kotor. Ocean menjadi kian ciut saja. Terlebih, ketika suara tegas-berat Christian Aiden kembali terdengar, dan memerintahnya untuk segera duduk—daripada berdiri seperti patung.             “Duduk.” Perintahnya, dan Ocean mengikuti dengan patuh. Tidak punya pilihan lain. “Minta maaf lebih dulu pada kepala sekolahmu, sebelum kau jelaskan alasan mengapa sering kabur dari asrama.”             Ocean mengembuskan napas, ini semua sangat tidak adil. Bagaimana mungkin Ocean dikepung begini rupa dengan hadirnya delapan orang dalam satu ruangan? Sekarang, Ocean tetiba sangat membutuhkan sosok Claire yang lembut. Tetapi bukan berarti Ayah dan kakak-kakaknya memperlakukannya secara kasar. Hanya saja—mereka terlalu kaku untuk hal-hal semacam ini!             “Um—maafkan aku, Mrs.” Ocean menepuk-nepuk pasir yang masih menempel dengan bandel di bajunya. “Maaf karena aku sering menyelinap pergi dari asrama.”             Kepala sekolah di asrama Ocean itu kira-kira berusia 50 tahunan. Raut wajahnya tegas, dan begitu pun juga dengan intonasi suaranya. Asrama Ocean memang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan. Maka jangan heran jika orang-orang yang berada di sana sangat bersikap tidak longgar. Terlebih saat dia menjawab permohonan maaf Ocean, “Kesalahan apapun yang kita lakukan, bisa dengan mudah dimaafkan. Hanya sebelum itu, kau harus menjelaskan alasan di balik setiap tindakan yang telah kau lakukan, Ocean. Karena itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabmu sebagai seorang murid, terlebih di asrama ini.”             Ocean mendadak tertohok. Ia sangat haus akan sebuah kebebasan. Tapi rasanya, tidak etis mendapatkannya dengan cara bersikap tidak bertanggungjawab begini. Tak seharusnya Ocean berkali-kali melanggar peraturan—             “Aku—tak punya alasan khusus.” Aku Ocean dengan sejujurnya. “Semua ini aku lakukan karena aku ingin mengirup udara bebas. Berkelana di luar sana, ke tempat apapun yang aku mau.”             Kemudian, semua orang diam. Damian agaknya paling mengerti bagaimana posisi Ocean sekarang. Susah kalau anak perempuan seperti ini lahir di keluarga kaya yang over-protektif pada anak-anaknya. Ocean akan selalu menjadi burung dalam sangkar emas. Sedikit banyaknya, Damian jadi agak menyesal karena sudah menerima tugas Christian Aiden untuk menjebak Ocean, hanya agar mengetahui cara anaknya kabur dari asrama seperti apa.             “Tetapi bagaimana pun, kau telah melanggar banyak peraturan asrama. Aku tidak bisa mengambil keputusan selain memberimu skorsing sesuai dengan peraturan yang berlaku di asrama ini.” Ujar kepala sekolah. Christian Aiden yang diam sepertinya setuju akan hal itu.             “Kau akan diskorsing, dan tentu saja dengan setumpuk tugas yang harus kau kerjakan. Agar ketika kau kembali lagi ke asrama ini, kami dapat mengecek perkembanganmu.” Si kepala sekolah pun menyambung.             “Sepertinya, Ocean memang harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk menerima pendidikan karakter yang lebih serius dari keluarganya.” Kali ini Christian Aiden juga ikut angkat bicara. Yang ditimpali oleh beberapa argumentasi saudara-saudara lelaki Ocean.             Christian Aiden kembali menambahkan, “Ocean akan mengambil liburnya untuk sementara waktu.”             Entah ini sebuah musibah atau anugerah, Ocean tidak tahu. Barangkali, nanti, “pendidikan karakter” dari keempat lelaki tersebut lebih parah daripada apa yang ia alami selama tinggal di asrama ini.             Kemudian, mereka semua terlibat dalam percakapan cukup serius, soal waktu skorsing yang harus Ocean terima beberapa saat lagi. Hingga keputusan final pun telah diambil oleh kedua belah pihak. Ocean takkan ada di asrama ataupun sekolahnya selama dua minggu lamanya.             Saat mereka dalam perjalanan mengepak barang milik Ocean di kamarnya, Ocean menggerutu pada Ayahnya.             “Mengapa Dad mengumpulkan mereka semua?”             “Dad hanya ingin kau paham satu hal. Bahwa setiap masalah apapun yang kau buat, kamilah yang nanti akan menghadapinya. Jadi, berhentilah membuat masalah seperti Ibumu dulu.” Jawab Christian dengan tenang.             “Aku dan Mum tidak salah, kalian saja yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”             Christian kesal sekali melihat Ocean yang makin mirip Claire, “Dad pikir di dalam tadi, kau sudah menyesali segala perbuatanmu.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD