Chapter 4

1530 Words
Sudah seminggu Nero tinggal di mansion, beberapa hari ini sikapnya acuh dan lebih tenang. Nero tidak menganggu Joanna sama sekali beberapa hari ini, karena ia disibukkan dengan pekerjaannya. Sedangkan Joanna memilih menyibukkan diri dengan kuliahnya bersama Rihanna dan Delon temannya. "Na... Tugas yang ini udah kelar belum?" tanya Rihanna yang sedari tadi duduk di sampingnya "Hmm.. Mana?.. Owh... Sudah.. Ada di laptop.. Sudah aku kirim juga ke profesor..", jelas Joanna "Ya... Cuma aku nih yang belum.. Delon juga udah selese..", ujar Rihanna lesu "Udah gapapa.. Buruan di selesaiin terus dikirim ke emailnya profesor... Semangat ya Ri...", "Iya Na... Oya... Besok kamu mau kemana Na? Kan weekend..", "Hmmm... Belum tau Ri... Aku mau selesaiin tugas, biar cepet lulus dan pulang Indonesia... Aku kangen Jona, Ri...", "Yaelah Na... Baru juga seminggu.. Kalian dari kecil emank ga pernah pisah ya?" "Pernah Ri, waktu itu aku masih kecil.. Lami terpisah berbulan-bulan lamanya...", "Hah... Kenapa Na?", "Aku sakit Ri... Dan harus menjalani pengobatan di Amerika...", "Astaga Na... Pasti berat ya Na.. Apalagi kalian kembar...", "Udah lama Ri... Sekarang kondisinya beda...", Obrolan yang berlangsung lama, hingga Joanna tak tau bahwa Nero tengah berdiri di belakangnya. "Na... Ada yang nyariin tuu..", ucap Rihanna sembari menunjuk arah belakang Joanna Joanna menoleh ke belakang nya dan melihat Nero tengah berdiri disana. "Ahh... Aku kira kau tak akan menggangguku lagi mafia mesum..", ujar Joanna malas "Hi babe.. Berdiri dan ikut aku..", "Bye Na...", "Apaan sih Ri... Sapa juga yang mau pergi..!!", Tanpa basa basi, Nero menarik tangan Joanna dan berjalan menjauhi Rihanna. Rihanna yang melihat adegan itu hanya melambaikan tangan dan tersenyum. Kini Joanna berada di dalam mobil mewah milik Nero. Joanna hanya diam saja dan enggan bertanya. " Babe...", "..." "Hmm.. Sepertinya kau sedang marah, apa kau marah karena aku mengacuhkanmu beberapa hari ini?", "Kau gila... Aku bahkan tak marah padamu, aku hanya kesal... Kenapa kau selalu seenaknya.. Aku bukan bonekamu, kau tau itu..", "Come on Babe.. Kamu memang bukan bonekaku.. Tapi kamu calon istriku...", Joanna hanya memutar bola matanya menanggapi Nero. "Where we go?", tanya Joanna "Kita akan pergi ke acara rekan bisnisku, ia seorang atlet renang... Ia baru saja memenangkan piala emas, dan mengadakan pesta di rumahnya", "Antonius Sinclair?", "Yes... You know him?", "Aku hanya tau, tapi tidak mengenalnya.. Itu karena aku juga atlet..", "Tentu... Baiklah kita mampir ke butik untuk membelikanmu gaun yang indah..", "Ini saja sudah cukup.. Kenapa harus pakai gaun sih!", "Karena aku tak mau melihatmu memakai dress mini sedangkan banyak mata yang ikut menikmati keindahan tubuhmu, Babe..!", "Kau tau... Kau lebih posesif dari Kakak dan Daddy!!", "Tentu.. Karena kamu hanya milikku!!", "Whatever..", Mereka berhenti di sebuah butik yang menyediakan gaun indah dengan harga fantastis dan juga limited. Joanna memang jarang memakai gaun selain di acara penting, bahkan hampir tidak pernah memakai gaun. Nero nampak sibuk memilihkan gaun yang bagus dan indah untuk Joanna. Sedangkan Joanna lebih memilih melihat dress mini yang baginya sangat cantik dan cocok untuknya. Joanna mencoba mengambil satu dress mini dan menunjukkannya pada Nero, namun sayangnya Nero menolaknya. Kring... Kring... Kring... 'Ryan is calling...' 'Halo, yan.. Ada apa?' 'Kangen kamu, Jojo sayang...' 'Hmm mulai gombal... Hihihi...' 'Minggu depan aku ada urusan bisnis di Inggris.. Aku akan menemuimu... Apa kau sedang sibuk?' 'Benarkah? Aku akan menghadiri pesta atlet renang disini..' 'Ouh.. Begitu rupanya.. Baiklah, akan kuhubungi jika aku sudah di Inggris..' 'Okay, See you soon..' Tut... Tut... Tut... Joanna tersenyum mendengar suara Ryan. Entah kenapa ia merasa merindukannya juga. Joanna tak sadar jika Nero sudah menatapnya tajam di bagian lain butik. "Pakai ini... Aku tunggu di depan..", Nero menyodorkan Gaun hitam dengan belahan samping yang panjang. "Baiklah..", Joanna meninggalkan ponselnya di tempat ia duduk. Nero yang melihat ponsel Joanna, dengan tanpa izin ia melihat isi ponsel itu. Ada nama Ryan disana, yang akhirnya dihubungi oleh Nero. 'Ada apa Jo? Baru juga di matiin udah kangen lagi ya..?' 'Aku kekasih dan calon suami Joanna Putri, kau hanya hama... Jauhi Joanna atau aku akan membunuhmu!' Tut... Tut... Tut... Nero mengembalikan ponsel Joanna tepat setelah Joanna selesai mengenakan gaunnya. "Cantik Babe... Ayo pergi..", ucap Nero yang akhirnya menarik Joanna keluar dari butik itu "Pelan dong! Tanganku sakit!!", "Sorry Babe.., hmm bisa kah kau berhenti berhubungan dengan Ryan?", "Hah? Apa maksutmu? Tentu aku tidak mau, bagaimanapun Ryan sahabatku dari kecil!", "Baiklah.. Memang percuma meminta secara baik-baik denganmu..", Mereka akhirnya terdiam hingga sampai di tujuan. Nero turun dari mobil dan menggandeng Joanna untuk masuk kedalam rumah megah milik Antonius. "Ah Nero.... Thank you for coming.. Hmm who is she?", "Congratulation An.. She's my girl..", "Really? Apa seleramu sudah turun dari wanita seksi dan cantik ke.... Gadis biasa.. Ehm Sorry...", "Dia juga atlet, sama sepertimu.. Study di Oxford, dan dia lebih baik dari wanita liar diluar sana, An..", "Okay.. Silahkan menikmati pestanya..", Nero hanya mengangguk menjawab Antonius, ia kembali menggandeng Joanna untuk duduk di kursi yang di sediakan. "Aku ingin minum.. Aku mau ambil orange juice disana..", ujar Joanna "Jangan pergi terlalu jauh Babe.. Aku akan menyapa rekan bisnisku dulu disana..", "Okay..", Joanna berjalan menuju meja yang penuh dengan makanan dan juga minuman. Nampaknya tak ada orange juice disana. Karena haus ia menyambar gelas yang dibawa oleh pelayan disana. 'Ehm... Minuman apa ini?! Kenapa rasanya seperti ini... Ah... Sepertinya ini beralkohol.. Mati aku.. Aku tak bisa minum alkohol... Sebaiknya aku keluar mencari udara segar untuk menghilangkan penat..' batin Joanna Joanna sudah sempoyongan berjalan menuju balkon. Kepalanya mulai pusing dan berputar, ia mencoba bertahan di balkon sambil menunggu Nero datang mencarinya. Hanya beberapa menit, Joanna tak sadarkan diri di pelukan seorang lelaki. Ia mencoba menangkis tangan lelaki itu, namun tubuhnya melemah dan ia hanya pasrah di gendong menuju suatu tempat. *** Paginya Joanna terbangun di sebuah kamar, ia menyadari bahwa ruangan itu bukan kamarnya. Ia melihat di balik selimut, betapa terkejutnya Joanna melihat tubuhnya tanpa busana. Joanna mulai menangis dan meratapi nasibnya. Namun ia tersentak saat seseorang membelai lembut rambutnya. "Morning Babe..", sapa Nero dengan senyum kemenangannya "Mafia mesum.. Apa yang kau lakukan padaku, Hah!!", "Hmm apa kau tak ingat Babe?, kau sendiri yang memintanya.. Kau tau jika bukan karena aku, kau pasti sudah menjadi santapan nikmat lelaki b***t di pesta semalam..", Joanna mengeryitkan dahinya, ia mulai mengingat apa yang terjadi semalam. Hanya saja ia tak mengingat apapun selain seseorang tengah menggendongnya saat ia mabuk. " Lain kali jangan minum jika tidak ada aku! Aku tak ingin tubuhmu dimiliki orang lain!!", Joanna hanya terdiam, ia masih berfikir keras mengenai apa yang terjadi semalam. Namun ia masih merasa pusing dengan efek alkohol yang hanya seteguk ia minum. *** Joanna dan Nero sudah berada di depan Mansion. Joanna masih terdiam karena kejadian semalam. Saat membuka pintu Mansion, Ryan langsung menyambar Joanna dan memeluknya. Nero mengepalkan tangannya melihat adegan itu. Iya melepaskan pelukan Ryan dengan Joanna. Joanna hanya terdiam karena terkejut dengan kedatangan Ryan. "Hi jo... What happen? Who is that guy?", tanya Ryan beruntun "Ryan.. Beneran Ryan kan?? Kapan kamu datang? Kenapa mendadak sekali? Kau bilang minggu depan kan?", "Aku sengaja membuat kejutan, hmm Bisakah kau memberitahuku siapa lelaki di belakang mu?", "Dia Nero.. Anak uncle Tama.. Mafia.. Uncle Tama menyuruhku untuk menjaganya, ehmm...", "Jadi kau Ryan... Hmmm gerakanmu cepat juga.. Tapi sayang... Joanna sudah menjadi milikku...!", "Apa yang kau bicarakan?!, sepertinya aku memilih Joanna sendiri yang menjelaskan hubungan kalian.. Dari pada mendengarkan bualanmu itu tuan... Ehmm...Nn...Neroo...", "Sudahlah kalian berdua... Aku lelah... Jangan bertengkar disi...." Bruuukkk... Joanna pingsan dipelukan Nero... Ryan yang melihat hal itu menjadi geram. Ia merebut Joanna dari tangan Nero dan membawanya ke kamar. "Jo... Sadar Jo... Kamu kenapa?...",Ryan berusaha membangunkan Joanna 'Kenapa mulut Joanna bau alkohol... Apa mungkin Joanna minum?, tapi setahuku ia bahkan tidak bisa minum... Apalagi dengan riwayat penyakitnya... Atau jangan-jangan..', batin Ryan Nero tengah menghubungi dokter pribadinya agar datang ke Mansion. Ia melihat Ryan yang berusaha membangunkan Joanna yang sedang tak sadarkan diri diatas ranjang. "Aku sudah menghubungi dokter, apa kau hanya bisa panik dan berusaha membangunkannya dengan kasar?", ujar Nero "Apa yang kau lakukan padanya? Kenapa bibirnya tercium bau alkohol... Kau tau kalau dia tidak boleh minum alkohol!!", "Untuk itu aku minta maaf, ia minum tanpa sepengetahuanku di pesta semalam", "Apa?? Semalam?? Lalu kalian tidur dimana semalam?", tanya Ryan intens "Tentu saja di hotel...", jawab Nero santai "Jika terjadi sesuatu padanya, akan kubunuh kau!!!", "Baiklah... Jika ia sadar kau yang harus pergi!! Bagaimana? Joanna milikku sekarang!!", "Apa hak mu berbicara seperti itu sekarang?!", "Kau tau, aku sudah tinggal disini selama seminggu.. Dan apa kau tak berfikir apa yang bisa kulakukan dengannya selain tinggal serumah?!", "Dasar kau b******n!!", Belum sempat Ryan melesatkan tonjokannya, suara bel pintu berbunyi. Nero berjalan menjauhi Ryan, dan melihat siapa yang datang. "Dia ada disana... Cepat periksa...", ujar Nero menyuruh dokter itu memeriksa Joanna Dokter tengah memeriksa Joanna,tak lama setelahnya Joanna sadar dan merintih pelan. "Ehmm... Neroo..", gumam Joanna "Yes Babe... Apa yang kau rasakan?", "Sepertinya Ini pertama kalinya gadis itu meneguk alkohol, tubuhnya memang tidak bisa menerima minuman keras. Jadi saranku jangan di ulangi, karena bisa berbahaya. Beruntung hanya sedikit yang ia teguk. Ini resep obatnya, jika masih ada kendala segera datang ke rumah sakit. ", jelas dokter " Baik dok... ", Ryan hanya tercengang karena Joanna lebih memilih Nero dari pada dia. Tanpa basa basi Ryan keluar dari Mansion, ia menuju sebuah club dan mengahabiskan malam disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD