Chapter 3

1547 Words
Kring... Kring... Kring... Ryan is calling... 'Hi Jo... Aku dan Jona udah nyampek Indonesia nih, gimana kamu disana?' 'Not bad... But I miss you both...' 'Duh Jo... Andai Indo Inggris bisa pake motor, udah aku susulin deh...' 'Gombal kamu, Yan... Hahaha' 'Gitu dong ketawa... Jadi makin kangen nih' 'Apaan sih... Baru juga sehari... Huuu' 'Eh udah dulu ya... Entar aku telepon lagi...' 'Bye...' Tut... Tut... Tut... "Siapa yang telepon Babe?", ucap Nero yang mengagetkan Joanna "Astaga... Kirain setan... Ngapain kamu masuk kamar aku?", omel Joanna "Tell me... Who is that guy?", Nero tak menghiraukan omelan Joanna dan justru memberi Joanna tatapan tajam "Apaan sih.... Keluar dari kamar aku!", bentak Joanna Nero semakin murka, ia sudah mengingatkan Joanna untuk tidak berbicara terlalu keras didepannya. "Aku tanya baik-baik.. Jawab atau aku telanjangi kamu!", "Hah... Ihhh... Mafia mesum... Itu tadi Ryan.. Sahabat aku yang baru aja balik Indo..", "Oh.. Lelaki yang tidak bisa dapetin kamu.. Kasihan sekali... Di gantung sampek beberapa tahun dan pada akhirnya tak bisa bersama juga...!", "Mulutmu....", "Kenapa Babe? Benarkan?", Joanna malas menanggapi ucapan Nero dan lebih memilih berkutat dengan laptopnya. "Mau sampai kapan cuekin aku?", tanya Nero sembari mengelilingi kamar Joanna "Hmmm... Tugasku lebih penting dari kamu!", "Baiklah... Apa kamu tak lapar!? Dari pagi tidak makan, dan sekarang menghabiskan tenaga dengan mengerjakan tugas...", "Gak laper tuh...." Kruuucuuukkk.... Kruuccuukkk 'Demi apa.... Perut... Dasar ya... Ga bisa di ajakin kompromi...' batin Joanna "Hahahahaha... Sepertinya perutmu berkata lain Babe... Ayo makan.. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu..", "Ga mau!!!", Tanpa meminta izin, Nero menggendong Joanna ala Bride style. Ia membawa Joanna ke ruang makan untuk menyantap makanannya. "Cepat makan.. Aku tak mau sampai kamu sakit..", ujar Nero dengan tegas "Apa kau selalu seperti ini pada semua wanita?", "Tidak.. Karena kebanyakan wanita yang mendekatiku justru akan melakukan hal tanpa kusuruh!", "Ah... Pantas saja... Penjilat..!" "Apa kau bilang?", "Nothing... Hmm thanks, makanannya enak.. Apa kau memasaknya...? Selain kakakku sendiri baru kali ini aku lihat mafia m***m bisa mahir memasak...", "Kau tau babe...", "What...??", "Selesaikan makanmu, dan setelah itu cepat kembali ke kamarmu sebelum aku menyantapmu...!!", "Apa kau kanibal mafia m***m??", "Astaga...", "Apa? Ada apa?", Selesai dengan makanannya, Joanna tidak langsung pergi kekamar seperti yang di suruh Nero. Justru ia pergi kedapur untuk membereskan perangkat dapur yang tadi di pakai Nero. "Apa yang kau lakukan babe.. Aku menyuruhmu masuk ke kamar!", "Aku sedang membereskan dapurku yang kau pakai tadi mafia m***m!!", "Ah... Dasar kau...", Nero menarik tangan Joanna, ia melumat bibir Joanna kasar. Awalnya Joanna berontak, namun karena tenaganya kalah kuat ia pun akhirnya mengikuti alur yang di buat Nero. "Ehm...", Nero tak hanya melumat bibir Joanna, tangannya kini ikut menelusuri setiap jengkal tubuh Joanna. "Ahh.. Dasar mafia mesum... Ahh", umpat Joanna yang akhirnya terhenti karena Nero mencium lehernya "Stop it..", lanjut Joanna Bukannya berhenti justru Nero lebih ganas lagi menyerang Joanna. Joanna bisa saja melawannya namun itu hal yang tidak mungkin karena postur Nero lebih besar dan kuat. Joanna hanya bisa mendesah menikmati setiap sentuhan, ia tak bisa memungkiri bahwa apa yang di lakukan Nero membuatnya merasakan nikmat. Nero kini melepaskan kaos yang dikenakan Joanna, hingga menampakkan dua gundukan kenyal disana. Tanpa meminta izin Joanna, Nero langsung melahap p****g merah muda itu. "Ahh.. Stop it... Uhh... Please..", "No babe.. Kamu tak mendengarkan perkataanku maka inilah hukumannya", Nero mengangkat tubuh Joanna dan membawanya ke kamar Nero yang dulu disinggahi Ryan. Nero melepaskan hotpants Joanna, dan nampak celana dalam berwarna ungu yang menutupi bagian intim Joanna. Jari Nero mulai mengusap bagian luar dalaman Joanna, yang akhirnya membuat Joanna terkejut dan takut sekaligus. "Please, don't do it... Please....", rintih Joanna sembari meneteskan air mata "Shit...!!!", Nero mengumpat dan menghentikan aksinya Tinggal sedikit lagi, namun Nero memilih berhenti dan pergi menuju kamar mandi. Joanna merasa lega namun ia tetap di atas ranjang karena lemas. Nero baru saja selesai mandi karena ia harus menidurkan juniornya yang terbangun tadi. Baru saja ia selesai mengeringkan tubuhnya, ia langsung terkejut melihat Joanna tertidur di atas ranjang hanya memakai celana dalam. 'Shit... Gadis aneh.. Kenapa ia bisa tidur dengan tenang sedangkan Kondisinya hanya memakai dalaman' batin Nero Nero membenarkan posisi Joanna dan ikut tidur di sampingnya. *** Joanna merasa sesak di dadanya, seperti ada yang menindihinya. Ia pun terbangun dan melihat Nero sedang tertidur dengan posisi memeluknya dari belakang. Joanna lebih terkejut lagi karena ia hanya memakai dalamannya saja. 'Astaga... Apa yang aku lakukan disini?!, dasar Mafia m***m!!. Tuhan.... Apa salahku, hingga kau hadirkan mafia ini di hidupku...' batin Joanna meronta Perlahan Joanna memindahkan tangan Nero dan keluar dari kamar itu. Kini Joanna sedang mandi membersihkan dirinya dari setiap sentuhan Nero. Ia masih merasakan apa yang di lakukan Nero padanya. Meski ia tak pernah melakukan hal itu dengan yang lain, namun Joanna seperti ketagihan. "Sadar jo... Itu tidak boleh!! Ah... Mafia m***m itu... Aaarrgghhh....", Tok... Tok... Tok... "Kau kenapa Babe? Apa terjadi sesuatu?", teriak Nero didepan kamar mandi "Aku tidak apa-apa!! Aku hanya sedang mandi kau tau itu!", "Baiklah... Aku mau pergi.. Cepat keluar dan ikut aku...!!", "Tidak... Pergilah... Aku baik-baik saja dirumah!! Ku mohon jangan menyiksaku lagi!!", "Jika kau tak mau, akan ku dobrak pintu kamar mandi ini dan kuseret kau ke atas ranjang lalu akan ku perkosa saat itu juga...!!" "Baiklah aku ikut!! Dasar mafia mesuuuumm!!", "Good girl...", Joanna keluar dari kamar mandi menggunakan handuk. Ia melihat ada baju di atas ranjangnya, sepertinya Nero sudah menyiapkan itu untuknya. "Hmm pilihannya tidak buruk...", gumam Joanna Ceklek... "Sudah siap Babe?", "Ya..", Nero menggandeng tangan Joanna dan keluar dari Mansion. Disana sudah menunggu tiga mobil limosin dengan pengawal yang memakai setelan jas hitam dengan badan dan otot yang besar. Joanna hanya mengekor pada Nero untuk masuk kedalam salah satu mobil. " Kita mau kemana?", "Aku ada pertemuan, ikut saja.. Jangan banyak bicara!", "Pasti akan membosankan disana...!!", "Sekali lagi kau bicara akan kulakukan disini!!", "Apa yang akan kau....", Nero kembali melumat bibir Joanna dengan lembut hanya sebentar dan ia melepaskannya "Bicara lagi akan ku tanggalkan semua baju dan dalamanmu!", Joanna menutup mulutnya agar tak membuka mulut lagi. Nero yang melihat Joanna hanya tersenyum. 'Tuhan kenapa kau kirim iblis ini... Cukup sudah penderitaanku...' batin Joanna *** Mereka telah sampai di suatu tempat, terlihat seperti taman bunga. Namun itu hanya sebuah halaman rumah megah. Joanna membulatkan matanya melihat taman bunga sebesar itu, dengan rumah yang juga megah. "Ini rumah Nenekku, ayo masuk...", ajak Nero "Hmm...", Ceklek... "Selamat datang Tuan Muda Nero, silahkan masuk.. Nyonya Victoria sudah menunggu anda didalam", ujar pelayan "Terima kasih", Nero masih menggandeng tangan Joanna hingga masuk kedalam rumah mewah itu. Matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk di kursi goyang, di sudut rumah itu. "Nenek...", panggil Nero lirih "Nero... Kemana saja kamu? Kau tau betapa khawatirnya nenek!! Bagaimana lukamu?", "Nenek terlalu khawatir, aku baik-baik saja... Serangan kemarin bukan apa-apa..", "Apa kau sudah tidak waras...!! Kau mengulangi tingkah laku papimu! Selalu saja membuat nenek khawatir!", ujar Victoria sembari mengetok kepala Nero dengan tongkat berjalannya "Auh... Nenek... Sakit... Maaf..", "Ehem...", Joanna berdeham karena terabaikan "Ah... Nek, kenalkan ini Joanna... Joanna ini Nenek Victoria", ucap Nero mengenalkan neneknya "Halo nek.. Saya Joanna", "Ah... Little Jojo... Kamu sudah sebesar ini...", ucapan nenek membuat Joanna terkejut "Kau pasti lupa... Dulu kau masih kecil saat sekarat di rumah sakit... Aku selalu melihatmu, karena saat itu aku juga dirawat disana...", jelas Victoria "Benarkah? Aku hanya beruntung bisa lepas dari maut, Nek...", "Tunggu, kenapa kau bisa bersama Nero.. Apa dia melukaimu? Atau membawamu kedalam situasi yang gawat?", "Nenek... Joanna lah yang menolongku saat serangan itu.. Berkat dia aku masih bisa hadir di hadapanmu..." terang Nero sebelum Joanna mengadu "Aku tak percaya... Sepertinya kalian berjodoh... Akh... Bagaimana kalau kalian menikah saja...", Joanna membulatkan matanya sembari melirik ke arah Nero yang hanya tersenyum senang dengan ucapan Nenek nya. "Maaf Nek.. Jojo belum selesai kuliah.. Dan juga Jojo masih belum siap menikah...", Ujar Jojo mencoba beralasan "Nanti aku akan menghubungi orang tuamu, akan ku atur..", "Sudahlah nek... Hmm aku mau bawa Joanna berkeliling rumah...", "Ya, sana...", Nero kembali menarik tangan Joanna dan mengeluarkannya dadi situasi canggung tadi. Joanna sedikit kesal dengan tingkah Nero, beberapa kali ia sengaja membuat Nero terjatuh karena sesuatu. Meski menyadari perbuatan Joanna, ia hanya diam. "Babe.. Marry me...", "No... Kita baru saja berkenalan beberapa jam.. Dan kau sudah berani menyentuhku, dan sekarang kau melamarku!!! Tuhan... Cobaan apalagi ini...", Joanna menyusupkan wajahnya kedalam telapak tangannya Nero memegang tangan Joanna dan menatapnya intens. Kali ini tatapan Nero tak sedingin biasanya, lebih lembut dan hangat. Jantung Joanna berdegub kencang, ia takut salah tingkah yang akhirnya Joanna menepis tangan Nero perlahan. "Duduk..", Mereka berhenti di tempat yang teduh tepatnya dibelakang rumah, dengan pohon besar yang rimbun dan terdapat meja dan kursi santai disana. "Babe... Maaf jika terlalu cepat... Tapi aku tak ingin kamu lepas dari genggamanku, you're mine, babe..", jelas Nero perlahan "Kau tau... Ryan juga sama sepertimu... Ia mencoba menggenggamku, namun aku selalu menolaknya, bedanya meski Ryan terlihat pasrah dengan status yang aku berikan, ia tetap bersabar...", "Jangan samakan aku dengan lelaki lain!", "Sorry i can't... Aku mau pulang...", Nero menarik tangan Joanna yang akhirnya membuatnya jatuh diatas pangkuan Nero. Kini mata mereka saling bertemu, Nero perlahan mendekat dan melumat bibir Joanna dengan lembut. Karena sudah terbiasa, akhirnya Joanna membalas ciuman yang di berikan Nero. Mereka larut dalam kebersamaan itu, hingga Nero hampir menyentuh bagian intim Joanna, dan lagi-lagi Joanna menolaknya. Nero hanya bisa berdecak kesal dan meninggalkan Joanna sendirian disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD