Memberi Pelajaran

1444 Words
"Kau sepertinya tidak pernah mengindahkan peringatanku, Sherly. Sudah kukatakan untuk jangan menyentuh Naya." Mata tajam Jonathan berkilat marah. Mengintimidasi wanita di depannya sambil mencengkeram rahang itu dengan kuat. Mantan tunangannya itu masih saja mengganggunya. "T-tunggu, apa maksudmu, Nath? Memangnya aku melakukan apa?" Meski sekuat tenaga Sherly berusaha terlihat kuat dan baik-baik saja, namun tatapan matanya tampak bergetar takut. Dia pikir Jonathan datang ke apartemennya untuk berbaikan dan bertunangan kembali, tapi sepertinya laki-laki itu datang untuk memeringati dia. "Sebaiknya kau tenang dulu, mungkin ada yang salah di sini." Sherly berusaha menenangkan Jonathan dengan kata-katanya. Melepaskan tangan laki-laki itu dari rahangnya karena sudah jelas rasanya sakit. Dia tidak berharap Jonathan membunuhnya detik ini juga. Meski dia adalah mantan tunangan laki-laki itu, tidak menutup kemungkinan kalau Jonathan akan melenyapkan dengan mudah. "Wanita síalan. Jangan berpura-pura tidak tahu, kaulah yang menyuruh dua laki-laki itu untuk melakukan tindakan kotor pada Naya saat di pesta." Didorongnya Sherly dengan tangannya sampai terjatuh ke lantai. Wanita itu meringis pelan karena rahangnya sedikit kaku dan sakit. Menatap Jonathan dari bawah dengan rasa takut. Síalan! Siapa orang yang memberitahu laki-laki ini? Harusnya tidak ada siapa pun yang tahu, mengingat malam itu Jonathan juga sedang sibuk menyapa para tamu dan memberikan sambutan. Apalagi, kedua orang yang dia tugaskan sudah mati. Begitu juga dengan Naya. "Apa? Siapa yang memfitnahku seperti itu, Nath? Aku tidak mungkin melakukannya. Aku juga sudah berjanji padamu," sangkal Sherly. Matanya menyorot penuh keyakinan, dia berusaha berdiri dan mendekati kembali Jonathan meski rasa takut tak bisa hilang darinya. Gila saja. Sherly masih tidak bisa melupakan saat Jonathan membawanya ke sebuah penjara bawah tanah waktu itu. Saat Sherly dengan berani membuat wajah Naya terluka. Di sana, Jonathan memerlihatkannya pemandangan mengerikan. Hukuman bagi para penjahat atau pengkhianat. Laki-laki itu memang tidak menghukumnya lewat fisik, tapi melalui mental. Sherly bahkan sampai tidak mau makan selama dua hari setelah melihat kejadian tersebut. Kepalanya merekam dengan jelas dan dia selalu ketakutan ketika mengingatnya. Jonathan menakut-nakutinya kalau dia akan berakhir sama jika melanggar batas seperti waktu itu. Meski akhirnya, rasa bencinya terhadap Naya membuatnya kembali ingin menghancurkan wanita tersebut tanpa sepengetahuan Jonathan. "Anak buahku melihatmu bicara dengan mereka." "Apa itu bisa dijadikan bukti? Apa kau tahu apa yang kubicarakan dengan mereka? Apa karena hal itu, kau menuduhku mencelakainya? Mungkin saja mereka tertarik dengan wanita itu?" Cara bicara Sherly yang tenang dan tatapan mata yang yakin kalau dirinya tak bersalah, membuat Jonathan merasa aneh. Bagaimana pun, bukti itu tak cukup kuat. Tak ada yang benar-benar mendengar isi percakapan Sherly dengan mereka, meski anak buahnya mengatakan melihat Sherly bicara dengan dua orang itu dan Naya yang begitu yakin mengatakan kalau semuanya adalah ulah Sherly. Apa mungkin Naya berbohong atau hanya salah paham? Dari cerita yang dia dengar dari Naya, jelas wanita itu seperti tidak tahu apa-apa karena berada di dalam bilik toilet. Sialnya, Jonathan juga tidak bisa mengintrogasi dua orang yang sudah tewas itu. CCTV pun hanya terlihat sampai lorong, tidak sampai ke arah toilet. Namun dia memang melihat seorang laki-laki asing yang berjalan sendirian. Akan tetapi, dia tidak tahu siapa orang itu. Matanya tak bisa melihat karena tidak terlalu jelas. "Nathan, aku tidak melakukannya. Aku sama sekali tidak berniat mencelakai Naya," ucap Sherly dengan lembut. Dia mendekat dan perlahan mulai menyentuh tubuh mantan tunangannya itu. Berusaha sedikit menggodanya. Tak dipungkiri, dia tertarik dengan Jonathan. Sherly tidak mau Jonathan lepas darinya. Laki-laki itu memiliki segala yang dia inginkan. Akan tetapi sialnya, selama dia bertunangan dengan Jonathan, laki-laki itu selalu menolak berhubungan dengannya. Padahal sudah tak terhitung berapa banyak wanita yang menghabiskan malam panas bersama Jonathan. Sebagai tunangan, Sherly selalu merasa cemburu. "Jangan berani menyentuhku! Apa pun itu, aku akan tetap mengawasimu," desis Jonathan sambil menepis tangan Sherly dari tubuhnya. Menatap wanita itu dengan penuh peringatan. Naya tidak mungkin salah, bisa saja memang Sherly yang melakukannya. Sampai setelah mengatakan itu, Jonathan memilih cepat-cepat ke luar dari apartemen Sherly. "Apa bagusnya wanita bagimu, Nathan? Padahal aku lebih baik darinya." Mata Sherly berkilat penuh amarah. Tangannya terkepal saat melihat Jonathan menghilang dari balik pintu. Dia benci Naya. *** Naya enggan melakukan apa pun. Dia lebih memilih diam di gazebo taman. Jonathan memberinya izin untuk mengelilingi rumah sesuka hati, asal tentunya dia tidak melarikan diri. Sedikit membosankan, tapi mungkin hanya inilah yang bisa Naya lakukan. Menatap rerumputan yang luas dan taman bunga yang dirawat oleh para pelayan. Tak ada yang menemaninya. Hingga zenyum kecut terlihat di bibir Naya. Para pelayan masih enggan berdekatan bersamanya. Naya seperti diasingkan di sini. Meski dia sendiri memilih untuk tidak peduli. Merasa tidak ada hal yang menyenangkan, Naya bangkit dari duduknya dan berjalan melihat-lihat taman bunga. Beralih pada tembok yang menjulang tinggi beberapa meter tak jauh dari posisinya berdiri. Sepertinya dia akan kesulitan untuk mencari jalan keluar dari mansion ini. Apalagi jika diawasi terus menerus oleh beberapa bodyguard suruhan Jonathan. Mereka tidak berbuat yang aneh-aneh padanya dan hanya diam dalam jarak cukup jauh, namun tatapan yang terus tertuju ke arahnya sedari dia menginjakkan kaki di taman, benar-benar sangat mengganggu. Meski mereka bersembunyi sekali pun. Benar-benar tidak ada kerjaan lain. Sayangnya, matahari yang begitu terik membuat Naya tidak bisa berlama-lama di sana. Dia memilih untuk berjalan kembali ke dalam. Melewati lorong yang menghubungkannya dengan gazebo. Di sebelah kanannya terdapat kolam ikan cukup besar, sedang di sebelah kirinya hanya rumput dan beberapa pohon yang tampak rindang serta beberapa bunga hias. Naya juga bisa melihat tak jauh dari tempatnya, ada dua pelayan yang tengah menyapu halaman akibat daun-daun yang berguguran. Keduanya tampak seperti tengah membicarakan sesuatu dan Naya memilih mengabaikannya. "Ssstt, apakah kau tahu tentang wanita yang dibawa oleh Tuan? Apa Tuan benar-benar akan membiarkan wanita itu di sisinya?" "Siapa yang kau maksud?" "Itu ... wanita milik Tuan Vincent. Wanita muràhan yang menggoda ayah dan anak sekaligus." "Bukankah Tuan Nathan sangat menyukainya?" "Kau bicara apa! Mungkin Tuan hanya menginginkan tubuhnya saja." Kaki Naya yang saat ini melangkah menuju ke dalam rumah mendadak terhenti. Dia terdiam saat mendengar percakapan dari dua orang pelayan yang tadi dia lihat. Mereka sedang membicarakannya. Entah mereka tidak menyadari kehadirannya atau memang karena tahu kalau Naya akan mendengarnya. Naya menolehkan kepalanya dan melihat kedua orang yang tengah menggosipkannya, sampai matanya harus bertemu tatap dengan salah satu dari mereka. Namun pelayan itu dengan acuhnya memutuskan kontak mata mereka dan kembali menggosipkannya. "Benarkah? Tapi, cepat atau lambat Tuan pasti akan membuangnya." "Aku berharap begitu. Dia tidak pantas bersama dengan Tuan Nathan." Suara tawa kecil lagi-lagi terdengar di telinga Naya. Mereka jelas-jelas mengabaikannya padahal tahu kalau dia ada di sana. Apa dirinya pantas dihina seperti ini? Naya mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia diam saja selama ini, tapi saat mendengar perkataan mereka secara langsung, tentu saja telinganya panas. Para pelayan terlalu banyak meremehkannya. Naya dengan tenang berjalan menghampiri keduanya yang tengah menyapu. Membuat mereka menoleh dan menatap ke arah Naya saat menyadarinya. Tidak ada ekspresi terkejut dan rasa bersalah karena orang yang tengah mereka bicarakan ada di depannya. "Ada apa?" tanya salah satu dari mereka. Pelayan wanita berambut sebahu menatap Naya dengan ekspresi menantang. Membuat Naya menjadi berang dan seketika menampar pipinya. Tak hanya wanita itu, namun wanita yang satunya lagi juga terkena tamparannya. "Apa mulut kalian hanya digunakan untuk menggosipkan orang lain?" "Kenapa kau manampar kami? Kami tidak salah apa-apa! Itu memang fakta, semua orang di sini tahu!" Kekesalan Naya semakin memuncak. Dia menatap pelayan wanita yang tampak umurnya jauh lebih muda dengan bibir menepis. "Aku adalah wanita dari Tuan kalian. Tuan kalian sendiri yang membawaku. Jika sampai ini terdengar lagi, aku akan mengadukan kalian pada Nathan, karena dia akan menuruti semua keinginanku." Naya mengangkat wajahnya dan tersenyum angkuh. Dia tentu berbohong mengenai perkataannya. Itu hanya gertakan semata karena dia sudah mencapai batas kesabaran. Semua orang selalu merendahkannya seperti ini. Dulu, Naya selalu tidak bisa membalasnya dan hanya bisa tertunduk diam atau pergi melarikan diri, tapi sekarang dia sudah sangat kesal. Rasanya, memberi sedikit pelajaran tidak apa-apa. Tampak ucapannya cukup berpengaruh. Kedua pelayan itu memegangi kedua pipinya dan menatap Naya jengkel, sebelum kemudian tiba-tiba berubah terkejut. Menundukkan kepalanya di hadapan Naya dengan cepat. "Ma-maaf, tolong maafkan kami." Sejurus kemudian, mereka berjalan terburu-buru meninggalkan Naya dengan takut, sampai Naya menjadi keheranan. Dia pikir dua pelayan itu akan melawannya, tapi yang dilihatnya justru malah pergi melarikan diri. Apa dirinya terlalu berlebihan? Naya tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Di tengah rasa penasarannya, Naya dikejutkan oleh hembusan napas panas di lehernya. "Aku akan melakukan apa pun untukmu? Apakah itu benar, Naya? Kau menggunakan namaku untuk mengancam mereka?" Sebuah suara yang Naya kenal tiba-tiba mengalun di telinganya bersamaan dengan tangan yang melingkar erat di pinggangnya dan sebuah kecupan mesra di bagian pundak. Bola matanya membulat sempurna dan dia menoleh pelan-pelan ke belakang dengan perasaan gugup. Jantungnya berdebar keras karena takut. "Na-nathan?" "Haruskah aku memuji keberanianmu atau menghukummu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD