"Tunggu, Kakak!" Lisna menahan tangan Damar. Untuk saat ini ia belum siap bertemu dengan istri baru mantan suaminya. "Kakak ... Ibu gak bisa tinggal sama mama dan papa Kakak sekarang. Kakak baik-baik, ya? Ibu akan selalu doain Kakak. Kakak tetap anak ibu meskipun kita tinggal berjauhan." Damar kembali menitikkan air mata. "Terus kakak sama siapa, Ibu?" "Kakak 'kan ada mama dan papa. Nanti kalau Kakak udah besar, kita bisa bertemu lagi." Lisna mengusap pipi sang anak yang basah dengan air mata. "Tapi kakak maunya sama Ibu," rengek Damar. "Sekarang Kakak sama mama dan papa dulu. Kalau Kakak udah besar, nanti kakak bisa ketemu ibu lagi." Sekali lagi Lisna menyeka air mata sang anak. "Memangnya kalau kakak masih kecil, kakak gak bisa ketemu Ibu?" Lisna tersenyum getir. "Kalau bisa, Ibu

