Curahan Hati Mbok dan Si Kembar

1572 Words
Kasih sayang, cinta dan perhatian selalu hadir di dalam setiap langkah mereka. Menjadikan kehidupan penuh dengan kebahagiaan karena merasa orang-orang di sekitarnya tulus bersama kita. Hidup itu cuman sekali, jangan pernah menyia-nyiakan hidup dengan kebencian dan dendam. Memang Allah itu tidak pernah ingkar janji. Di balik kesusahan selalu ada kebahagiaan yang menunggu di depan. Seperti sekarang ini, Ai benar-benar dikelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Sikap si kembar dan Mbok tak pernah berubah, selalu saja peduli dan perhatian padanya. Bahkan, mereka bertiga seringkali mengutamakan dan mendahulukan kepentingan Ai terlebih dahulu daripada mereka. Perhatian mereka memang kecil, tapi sungguh sangat menyentuh hati Ai. Terkesan posesif memang, tapi itu adalah cara mereka menunjukkan kasih sayang pada Ai. Apapun, akan mereka lakukan demi kebahagiaan Ai. Ia merasa sangat beruntung sekali. Sejak pulang dari supermarket, Ai tak pernah diperbolehkan menyentuh apapun. Ama menggandeng Ai untuk masuk lebih dulu ke dalam rumah dan di suruh duduk manis di ruang keluarga. Ai hanya diperbolehkan melihat tanpa menyentuh. Ada rasa jengkel, ia hamil tapi diperlakukan layaknya orang sakit. Namun, berdebat dengan mereka juga tak ada gunanya karena tak akan pernah menang. Jadi, cari aman saja duduk manis melihat mereka mondar-mandir, salah sendiri dibantu malah gak boleh, begitu pikir Ai. Semua barang-barang belanjaan sudah masuk ke dalam rumah, Angga mendekati Ai yang duduk manis di ruang tv lalu si kembar pun menyusul. Mbok juga membawakan cemilan dan minuman dingin sebagai pelepas dahaga. "Istirahat yu, Sayang," ajak Angga setelah meneguk air dingin yang diberikan oleh Mbok. "Iya, Pih." "Kita tinggal ya, kembar. Ingat jangan ribet dan ganggu!" "Siap, Pak Bos!" jawab mereka serempak. Angga menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Sedangkan si kembar masih duduk santai sambil memainkan ponsel. Di dalam kamar, pasangan suami istri itu langsung merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah sekali. Perlahan, Angga menarik lembut tubuh istrinya untuk masuk ke dalam dekapannya membuat ibu hamil itu tersenyum tulus dan dengan senang hati masuk ke dalam dekapan suaminya. Ai mencari posisi yang nyaman dan tenang tepat di dalam dekapan hangat suaminya itu. Hal ini adalah sesuatu yang baru ia rasakan. Ia merasa akan sangat tenang saat berada di dalam dekapan Angga dan seketika langsung tidur pulas bila di usap-usap oleh suaminya. Dekapan yang selalu dirindukan oleh Ai, aroma tubuh yang selalu membuatnya menjadi candu. Candu jika sehari saja tak menghirup dalam-dalam aroma menenangkan itu. Hati dan pikirannya akan sangat tenang setelah menghirup aroma tubuh suaminya. Aneh? Memang, tapi itulah kenyataannya. Tak ada tempat ternyaman lain baginya selain dekapan sang suami. Pokoknya, jika ada waktu dan kesempatan maka Ai akan memanfaatkan momen sederhana itu. Sebab, itu hanya bisa dilakukan disaat mereka mempunyai waktu bersama, mengingat kegiatan Angga yang sebagai dokter anak juga sangat sibuk. Jadi, Ai tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan itu. Jika, Angga dinas malas dan Ai tak bisa menghirup candunya maka ia akan mengambil salah satu pakaian Angga lalu tertidur sambil memeluknya. Lucu memang, tapi itu menjadi kebiasaan barunya. Ai tidak akan pernah bisa tertidur dengan pulas tanpa Angga, tapi sebaliknya jika suaminya itu berada di dekatnya maka tidurnya akan sangat nyenyak juga damai. *** Di luar kamar, si kembar sudah merasa bosan duduk tak jelas di ruang keluarga. Ama melangkahkan kakinya keluar menuju mobil untuk mengambil beberapa peralatannya dan Mimi. Seperti biasa, mereka berdua selalu menyiapkan tas khusus menginap, agar jika tiba-tiba harus menginap maka tak perlu packing lagi. Sedangkan Mimi sudah melangkahkan kakinya menuju dapur, cacing di dalam perutnya seakan demo ingin makan. Mengingat belum sarapan tadi dan juga keburu di telpon oleh Tata. Mbok sedang masak untuk makan siang, Mimi duduk manis di kursi mini bar sambil melihat Mbok yang sibuk sendiri, Ama menyusul dan ikut duduk bersama kakaknya itu. Mbok tersenyum ke arah mereka lalu bertanya, "Mau makan atau ngemil lagi, Non?" "Hm … apa saja deh, Mbok. Kalau Mbok yang hidangkan pasti enak. Tapi, kalau bisa sih makanan, Mbok. Aku lapar belum makan dari pagi," seloroh Ama. Mbok terkekeh mendengar ucapan Ama. Memang, gadis itu sangat doyan makan sekali, bukan hanya makan tapi ngemil juga kuat. "Kalau Non Mimi?" "Makan, Mbok. Lapar juga, kami belum sarapan." "Masih ada nasi goreng, mau?" "Pakai telur mata sapi, Mbok!" jawab mereka serempak. "Siap!" "Mbok," panggil Mimi di sela-sela kesibukannya. "Iya, Non?" "Bagaimana perasaan, Mbok?" "Perasaan, Mbok?" "Iya, bagaimana perasaan Mbok melihat Ai yang sekarang? Melihat Ai bahagia dan selalu tersenyum senang?" tanya Mimi. "Yang jelas kalau ngomong, Kak! Mbok bingung tuh!" "Hm … maksud Mimi, dulu Mbok 'kan lebih sering melihat Ai menderita bahkan penderitaan itu terlihat di depan mata, Mbok. Nah sekarang bagaimana perasaan, Mbok?" "Dulu, Mbok ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Non Ai. Tapi, sekarang Mbok sangat bahagia sekali melihatnya selalu tersenyum." "Sangat terlihat sekali perbedaannya ya, Mbok? Dan perubahan yang dialami oleh Ai benar-benar drastis," ucap Mimi. "Dulu, Ai selalu menangis setiap malam. Bukan hanya itu, tubuhnya kurus kering seperti tak ada yang mengurus, tapi sekarang? Sehat bugar dan selalu ceria setiap waktu. Ah, Mimi pokoknya sangat bahagia sekali." "Ama juga bahagia sekali. Akhirnya bisa melihat Ai senyum bahagia tanpa beban. Semoga bahagianya hingga akhir dan tak ada yang menyakiti kembali, Aamiin," doa Ama. "Aamiin." "Kalau Mbok gimana melihat kebahagiaan Ai, sekarang? Mbok 'kan saksi hidup perjalanan Ai dulu, bahagia gak melihat orang yang disayanginya sebahagia ini?" "Walaupun Mbok tak menjawab, pasti Non Mimi sudah tahu jawabannya," ucapnya tulus. "Jelas, Mbok sangat amat bahagia sekali, Non Mimi. Mbok selama ini melihat Nyonya Ai cukup menderita. Apa yang dirasakannya Mbok juga rasakan, sakit yang dideritanya pun Mbok seakan merasakan. Dulu, Mbok pernah berharap bahwa Tuan Vian itu yang terbaik untuk Nyonya Ai. Tapi ternyata, Tuan Vian tidak lebih baik dari apa yang Mbok pikirkan dan harapkan." "Sungguh miris sekali, Nyonya Ai selalu diperlakukan tidak baik setiap kalian tak ada. Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari pelupuk matanya itu. Bahkan bisa seharian menangis, ada saja yang membuatnya menangis. Dan saat melihat Tuan Angga dengan segala sikapnya yang luar biasa istimewa, Mbok rasa kesakitan di masa lalu sudah cukup untuk Nyonya Ai. Allah mewujudkan doa-doa kami semua melalui Tuan Angga," lanjutnya menitikkan air mata. "Sejujurnya, Mbok juga dulu sempat berpikir bahwa mereka akan bahagia. Beberapa kali Mbok berusaha menyakinkan Nyonya Ai untuk bertahan dan selalu berdoa pada Gusti Allah, agar Tuan Vian dilembutkan hatinya dan disadarkan pikirannya. Namun, lagi-lagi usaha Mbok dipatahkan oleh sikapnya." "Nyonya Ai menuruti semua arahan dari Mbok, tapi ternyata semua itu justru semakin membuatnya sakit dan menderita. Sekarang, Allah balas kebahagiaannya secara kontan," isaknya. Mbok menangis dengan tangis yang terdengar sangat memilukan. Pelan, namun terdengar sangat menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya. Menangis dalam diam, menahan agar tak terdengar histeris, hingga menyesakkan d**a dan pilu sekali. Kalian pernah merasakannya? Jika pernah, kalian adalah orang-orang hebat! Tetap kuat bahkan berusaha menguatkan orang lain walaupun dirinya sendiri juga sakit. "Sikap Tuan Angga luar biasa ya, Non. Terlihat sekali bahwa Tuan Angga benar-benar begitu sangat menyayangi dan mencintai Nyonya Ai. Beberapa bulan ini Mbok tinggal bersama mereka, benar-benar merasakan kehangatan yang luar biasa." "Banget, Mbok! Kami mengenal Angga jauh sebelum Mbok, kami tahu bagaimana perjuangan Angga untuk mendapatkan Ai. Sungguh, kegigihannya luar biasa dan dia berhasil membuat Ai yakin bahwa dia adalah yang terbaik," jawab Ama. "Mbok selalu melihat sorot matanya menatap Nyonya Ai itu terasa meneduhkan, bahkan sorot matanya seakan menyampaikan bahwa ia benar-benar mencintai istrinya. Dan, hati ini tak pernah salah, Mbok yakin Tuan Angga mencintai keluarga kecilnya melebihi cintanya pada diri sendiri." "Itu hebatnya Angga, Mbok. Hatinya tulus mencintai Ai, awalnya Ai saja ragu tapi memang sikapnya luar biasa sehingga bisa meluluhkan kerasnya hati Ai," timpal Mimi. "Non Mimi, Non Ama, dulu Mbok selalu mendengar tangisan pilu Nyonya Ai setiap malam." "Apakah Vian menyakitinya setiap hari bahkan setiap saat, Mbok?" tanya Mimi penuh penekanan. "Bukan. Menangisnya bukan karena disakiti, mungkin Nyonya Ai menangis karena terlalu sakit hatinya. Setiap malam, Nyonya Ai selalu berdoa sambil menangis. Doa yang tak pernah putus di saat ia benar-benar terpuruk dan putus asa. Doa di saat dirinya sudah merasa tidak sanggup lagi bertahan untuk menjalani kehidupannya." "Dari situ, Nyonya Ai mulai pasrah akan kehidupannya. Hingga, musibah kedua datang dan kembali kehilangan buah hati. Itu adalah puncak dari segala rasa lelah, sakit, kecewa yang dirasakan olehnya. Memilih pergi dan meninggalkan rasa sakit dan pil pahit kehidupan untuk memulai kehidupan yang baru." "Dan sekarang, Allah kirimkan Tuan Angga. Lelaki tampan, baik hati dan juga tulus itu adalah jawaban dari doa-doa, Nyonya Ai." Mbok mengusap air mata yang terus mengalir deras dan tak sanggup dibendung lagi. Mbok seakan terbawa lagi pada masa lalu yang menyakitkan, masa lalu yang membuat Nyonya Ai, Nyonya sudah dianggap anak olehnya itu menderita. "Allah itu baik, Mbok. Allah kirimkan malaikat tanpa sayap yaitu Angga untuk memberikan kebahagiaan yang tak pernah didapatkan oleh Ai di masa lalu. Mengirimkan malaikat tepat pada waktunya dan di masa depan yang indah," ucap Ama. "Ya benar, Non. Dulu, sajadah indah Nyonya Ai selalu basah dengan air mata kesakitan dan tangisan pilu setiap malamnya, tapi sekarang selalu basah dengan air mata bahagia dan rasa syukur yang tiada kiranya. Benar-benar tergantikan kesakitan yang dulu. Benar adanya, selalu ada pelangi setelah badai datang." "Alhamdulillah … kami ikut bahagia jika Mbok juga bisa merasakan kebahagiaan mereka. Allah memang benar-benar baik dan adil. Allah membayar semua kesakitan Ai dengan kebahagiaan yang luar biasa. Semoga kedepannya, tak ada lagi kesakitan yang hadir dalam hidup Ai, Aamiin," ucap Mimi. "Semoga, keadaan di masa lalu adalah kesakitan yang tak akan pernah terulang kembali," lanjut Ama. "Aamiin," ucap mereka semua serempak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD