bc

Without You

book_age16+
333
FOLLOW
1.3K
READ
second chance
friends to lovers
playboy
others
student
drama
comedy
bxg
highschool
first love
like
intro-logo
Blurb

Rupanya, jatuh cinta pada Marvel adalah kesalahan paling fatal yang pernah Aretha lakukan setelah enam belas tahun hidup di dunia ini, Aretha memukul keningnya berkali-kali, mengingat bagaimana kelakuan laki-laki itu padanya, hingga satu ketika, Aretha yang begitu percaya kepada sahabatnya untuk menjaga rahasianya bahwa ia mencintai Marvel terkejut bukan main saat mengetahui bahwa, Gwen, ternyata kini berstatus sebagai pacarnya Marvel.

Saat itu Aretha tidak merasa sedih karena cintanya bertepuk sebelah tangan kepada Marvel, yang Aretha benci adalah mengetahui fakta bahwa Marvel mencintai perempuan lain, dan itu adalah sahabatnya sendiri.

Gwen saat itu pun merasa tidak menyangka, keputusannya untuk menerima cinta Marvel akan membuat hubungannya dan Aretha merenggang, ia pikir Aretha akan mengerti bahwa cinta di masa bangku sekolah mengengah atas begitu mengasikan, dan tidak akan Gwen lupakan.

Kepatahatian Aretha membawanya ke sebuah cafe, tempat baru di mana Aretha bisa merasakan kedamaian setelah hatinya hancur tak berbentuk, mengingat bagaimana patah hatinya, di cafe itu juga Aretha bertemu dengan Mahesa, laki-laki yang saat itu tengah patah hati dan bimbang dengan pilihannya.

Aretha terjebak, ia terperangkap pada perasaan yang ia miliki antara Mahasa dan Marvel, tapi ia juga tidak bisa keluar dari lingkaran itu saat mengetahui bahwa Mahesa memiliki rasa yang tulus padanya, dan saat ia mengetahui rahasia yang Marvel sembunyikan selama ini.

cover by: Lala

chap-preview
Free preview
1 dan 2. Prolog & Games
                                                                                             1. Prolog                                                                                                  __                                                                                 Selamat membaca.                                                                                                __                                                 Semua manusia memiliki garis tangan yang berbeda, dan itu artinya takdir seseorang dan yang lain juga berbeda, tapi semua lagi-lagi harus mengikuti takdirnya sendiri, entah nantinya kita akan bersinggungan sebagai pasangan atau hanya sebagai pengisi dimasa lalu, itu adalah takdir, takdir yang harus kita jalani dengan ketulusan hati.                                                                                                 __             Aretha menatap dirinya dari pantulan cermin, satu minggu yang lalu Aretha baru saja dilamar oleh laki-laki yang selama ini didambakannya, dengan senyum yang terus menempel di bibir Aretha, Aretha merapikan hiasannya sebelum berjalan menuju ke luar kamar, yang di ruang tamunya tengah diadakan akad nikah dirinya dan laki-laki itu.          Laki-laki itu akhirnya mengikat dirinya untuk sehidup semati bersama dengannya, setelah semuannya mereka lewati bersama, badai, hujan, tawa dan sedih, semuannya mereka lewati bersama, hingga detik ini, semuanya berjalan lancar, dan semoga hingga nanti, hingga akhir hayat, dan hanya maut yang memisahkan mereka nantinya.                                                                                    ___                                                                             1.1 Games                                                                                     ___                                                         Cinta itu seperti permainan, siapa yang berhasil bertahan sampai akhir perasaanya, maka dia lah pemenangnya.                                                                                    ___      Terik sinar pagi, tidak membuat Aretha ketakutan, perempuan yang sekarang telah duduk di kelas dua sekolah menengah atas itu benar-benar bahagia sekarang, sambil menyipitkan mata karena terik matahari yang terlalu cerah itu Aretha melirik ke kiri dan ke kanan, melihat beberapa orang yang ada di sekitarnya, entah itu Adik kelas, Kakak kelas, bahkan teman sekelasnya yang kini berlarian ke arah lapangan depan podium, karena ada panggilan dari sang Kepala Sekolah.      Hari ke dua di semester pertama tahun ajaran membuat Aretha tidak terlalu bersemangat, bukan, bukan karena Aretha seorang jomblo, atau karena Aretha seseorang yang pendiam hingga ia tidak mempunyai teman, tapi karena pagi ini, ia akan bertemu dengan pelajaran matematika, demi Tuhan, kenapa pelajaran itu harus wajib di sekolah-sekolah, Aretha sama sekali benci dengan pelajaran itu, bencinya sama seperti membenci deretan mantan pacarnya yang hanya berdusta kepadanya.    “Oke anak-anak, sudah siap? Sudah bisa tenang?” suara dari depan podium membuat Aretha mulai memutar matanya malas, karena ia yakin ini semua akan berlangsung lama.         Sekolah Benua, sekolah yang sekarang dipijak oleh Aretha memang suka sekali mengumpulkan para siswa siswinya di lapangan, terkadang kepala sekolah atau jajaran dewan guru akan memberikan intruski, atau sekedar siraman rohani agar siswa dan siswi di SMA Benua tidak berkelakuan macam-macam.          “Sudah!” seruan itu membuat Pak Akmal, selaku guru Olahraga yang tersohor di SMA Benau tersenyum sekilas. “Oke, sebelum kita benar-benar belajar, saya selaku Pak Akmal, guru Olahraga yang akan mengajar kelas dua belas dan sebagian kelas sebelas mengucapkan selamat datang kepada siswa-siswi baru ....”          Malas, terlalu malas bagi Aretha untuk mendengarkan kata sambutan itu, panas, gerah, Aretha bahkan sudah antisipasi dengan membawa kipas lipat yang ia dapatkan dari hadiah saat Sella- Ibunya kondangan di salah satu kolega Ayahnya.           Aretha hanya tersenyum sekilas saat matanya bersitatap dengan mata hitam dengan pekat seseorang, Kakak kelas jurusan IPA A – Kelas Internasional- dan asal kalian tahu, Kakak kelas itu iya yang barusan menatap Aretha adalah pacarnya, ya, perempuan itu sudah memiliki kekasih.          “Sekarang kita mulai permainannya ya,” seru Pak Akmal.            Aretha sempat terkejut, games? Permainan? Permainan apa? Ini semua benar-benar karena Kak Vino yang berputar di kepala Aretha yang membuat ia tidak bisa mendengar dengan baik intruksi dari Pak Akmal tadi, oke stop sekarang mari kita dengarkan kembali penjelasan dari Pak Akmal.           “Permainanya adalah memindahkan donat pensil, yaitu dengan cara setiap siswi maupun siswa menggit sebuah ponsil, lalu dari lubang donat itulah pensil itu masuk, dan berpindah dari murid yang paling belakang, ke murid yang berada di paling depan, dan juga kelas mana yang paling cepat memindahkan donat, maka kelas itulah pemenangnya, dan akan mendapatkan hadiah dari guru yang ada di sini!”              Marvel, siswa kelas internasional dengan jurusan IPA, hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Pak Akmal, ada-ada saja permainan yang ada di sekolahnya ini, lagi-lagi Marvel yang bertubuh jakung itu menghela napas saat ia menghadap ke belakang dirinya, melihat siapa murid yang akan menyerahkan donat kepada dirinya nantinya, di sana ada si Aretha, miss cerewet di kelasnya, yah, Marvel yang tidak suka bergaul hanya tahu saja akan perempuan, karena ke dua temannya selalu saja menyebut nama Aretha, Aretha, dan Aretha lagi saat bersama dengan dirinya.              Berbeda dengan ekpresi yang dipasang oleh Aretha, Aretha bahkan tersenyum girang, ia merasa bahwa ia kali ini benar-benar beruntung, bisa berdiri di belakang seseorang yang begitu ia sukai, sejak dulu, sejak satu tahun yang lalu, sejak pertama kali ia menginjakan kaki di sekolah ini.                         Fllasback.              Aretha, siswi perempuan dengan kuciran rambut sembilan belas, menandakan hari kelahirannya itu, duduk di lantai, dengan papan kelas di depan pintu yang bertulisan kelas dua brelas jurusan IPA, perempuan itu menatap tanpa minat teman-teman yang ada di kelasnya, tidak ada seorang pun yang ia kenali di kelas ini.              Mungkin ini adalah kesalahannya, setelah bersekolah di SMP yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya, kini perempuan dengan tinggi seratus lima puluh cm itu bersekolah di salah satu SMA favorit yang hanya berjarak dua km dari rumahnya, mungkin itu adalah salah satu faktor kenapa Aretha belum bisa menemukan barangkali satu saja teman SMP-nya di sekolah ini.           Setelah merasa pundaknya ditepuk, Aretha menoleh di sana ada perempuan dengan papan nama bertulisan nama Gwen, perempuan manis dengan ikatan rambut hanya lima di kepalanya, yang berarti perempuan itu lahir di tanggal lima.              “Boleh minta airnya enggak, ya? Soalnya sudah tanda masuk kelas, aku enggak bisa ke kantin buat beli air,” pinta perempuan itu, Aretha yang membawa dua botol air mineral pun mengangguk sambil menjulurkan tangannya, memberikan perempuan itu satu botol air mineralnya.              “Gue Aretha, Lo siapa?” kata Aretha.                Sebelum air yang ada di mulut Gwen benar-benar ia teguk, perempuan itu memilih tersenyum dulu saat mendengar Aretha memperkenalkan dirinya. “Aku Gwen, Gwen Tifany,” jawabnya lembut.                Aretha benar-benar berdecak kagum akan perempuan ini, rasanya Gwen benar-benar perempuan yang lemah lembut, cocock dengan artian namanya yang terdengar cantik di telingan Aretha. Aretha kembali menatap sekiling kelasnya, semua laki-laki yang ada di sana kehilangan mahkota di kepalanya, karena yah salah satu syarat MOS Di sekolah ini adalah rambut yang rapi, alias botak.                “Tampan,” bisik Aretha saat matanya melihat laki-laki yang duduk di pojokan kelas, berpakaian warna hitam, kulitnya benar-benar putih bersih. Tanpa Aretha sadari, detik itu juga Aretha menjatuhkan hatinya kepada seseorang yang belum tentu menerima hatinya, seseorang yang belum tentu mau mengenal dirinya. Menjatuhkan hatinya kepada seseorang yang sama sekali tidak ia kenal, dan mengenalnya. Tanpa Aretha sadari, semuanya berjalan begitu saja hingga detik ini, detik di mana ia masih belum bisa memudarkan perasaanya kepada seseorang yang dulu ia sebut “Tampan.”                     Fllasback off.                 Marvel hanya menatap Aretha dalam-dalam, donat yang dijalankan di kelasnya sebentar lagi hampir sampai, dan Aretha masih diam terpaku sambil menatapnya, Marvel tidak tahu apa yang dipikirkan oleh perempuan itu. “Tuh, donatnya sudah deket,” tegur Marvel akhirnya, dan untungnya Aretha benar-benar dalam posisi yang bagus, otaknya lebih cepat bekerja walau ada Marvel di depanya, Marvel, laki-laki yang dulunya ia sebut “Tampan” dan kini yang menjadi teman sekelasnya sejak kelas satu itu.                Aretha membalikan tubuhnya, ia bersiap menerima donat dari Gwen, perempuan yang sudah menjadi temannya selama dua tahun terakhir ini. Saat donat yang diatasnya ada keju itu sudah berhasil masuk ke pensil yang sudah Aretha gigit ujungnya perempuan itu berbalik, tangannya bertengker dengan jelas di bahu Marvel, matanya tertuju kepada mata Marvel yang melihat donat itu, saat pensil Marvel sudah mendapatkan donat dari Aretha, perempuan itu berdiri, melihat bagaimana Marvel menjalankan pekerjannya.                 Suara Aretha begitu heboh terdengar saat kelasnya memenangkan perlombaan ala-ala ini, tanpa sadar tangan Aretha lagi-lagi bertengker di bahu Marvel, padahal jarak antara tubuh Aretha dan Marvel terbilang lumayan jauh. Marvel yang merasa risih pun langsung menepis tangan Aretha dari bahunya lalu pergi menjauh, meninggalkan Aretha dengan bibir yang tersenyum kecut saat melihat laki-laki itu berjalan menjauhinya, berjalan menjauhi lapangan, ya, itulah Marvel, Marvel Yonathan, laki-laki yang dua tahun ini membuat Aretha selalu bersemangat untuk sekolah, selalu bersemangat untuk menyambut pagi, dan menebak-nebak, apa yang akan dilakukan oleh Marvel di sekoalh hari ini, ya itu lah laki-lakinya.                  Well, tapi cinta sendirian, suka sendirian, mau sendirian, rasanya inilah hal yang pantas yang Aretha terima, sakit sendirian, itulah resiko utama dalam hal cinta sendirian. “Suatu saat, semoga, lo bakal lihat gue, Vel, lihat gue sebagai perempuan yang sedang menunggu lo,” do’a Aretha lagi-lagi terdengar dari hatinya, sambil menatap Marvel yang kini tersenyum dengan ke dua temannya.                                                                         ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook