3

1132 Words
Mohon maaf cerita ini dalam tahap revisi. Jika menemukan judul dengan tanda (#), harap dilewati dulu karena isinya pasti ngacoh. *** Sherina menatap puluhan manusia di depannya. Keramaian ini membuatnya merasa pusing. Huh! Kenapa sih dia harus berada di tempat seperti ini jam segini? Sherina merindukan kasurnya yang empuk. Masalahnya ada si pemilik kasur akan mengomel kalau dia tidak datang. Daripada mendengarkan omelan yang tidak bermanfaat dan kuping jadi panas ya udah, Sherina terpaksa terjebak di tempat ini. "Kenapa sih manusia-manusia ini mau repot-repot datang ke sini?" Sherina menyuarakan kekesalannya. "Ini kan gala premiere film terbarunya Allen!" seru Rena salah seorang teman sekelas yang diajak Sherina datang. Karena dia dikasih gratis dua tiket gala premiere. Yah daripada dia datang sendiri kayak orang ilang. Mending dia ngajakin temennya yang heboh ini. Walaupun aslinya mereka juga nggak terlalu deket. "Apalagi ada theater visit seluruh cast!" tambah gadis itu menggebu-gebu. Rena adalah salah satu Allen Lovers yang fanatik. Sherina sungguh tak mengeri apa daya tarik cowok yang tahun ini akan berusia dua puluh tujuh tahun itu. Namun lautan manusia di sini sudah cukup membuktikan pesona Allen. Karena sejak kecil Sherina hidup berdua dengan makhluk itu, baginya Allen hanya om-om m***m menyebalkan yang suka toples sembarangan dan tukang ngupil. "Rena, lo nggak bisa ganti idola? Yang agak mudaan dikit gitu, selera lo om-om banget sih," olok Sherina. "Ih, biarin! Katanya Allen, umur itu hanyalah angka!" ketus Rena. "Lagian Allen tambah usia justru makin berkharisma tau. Artis-artis yang baru nggak ada yang seganteng dan sekeren dia aktingnya." Sherina terdiam sejenak. Ya, masalah akting itu, dia mengakuinya. Allen memang tampak berbeda jika sudah berada di depan kamera. Dia bisa berubah menjadi apa saja. Mafia, Ceo, pembunuh bayaran, polisi, presiden, kakek-kakek bahkan anak SMA. Aktor jenius, itulah julukannya. "Lagian yang ngajakin gue ke sini bukannya lo? Kenapa sekarang malah lo yang ngeluh sih!" Rena mengingatkan. "Ya, soalnya gue dapat tiket gratis, dan gue inget lo suka dia," dalih Sherina. Bukannya dia bermaksud membohongi Rena, tapi Sherina masih belum bisa menjelaskan hubungannya dengan Allen yang terlalu rumit. "Makasih ya, Cinta! Berkat lo gue nggak usah susah-susah, berebut beli tiket sama Allen Lovers lain ganas-ganas. Tapi ngomong-ngomong, lo sering banget ya dapat tiket gratisan begini. Kayaknya hampir semua semua gala premier film Indonesia lo bisa dapat tiketnya dengan gampang," kata Rena. "Ya, itu karena ponakan gue kerja di dunia hiburan," jelas Sherina. Sudah pasti bukan urusan sulit buat Allen untuk mendapatkan tiket gala premiere. Malah kehadirannya sebagai penonton saja sangat diinginkan oleh para sineas. Karena dirasa dapat meningkatkan penjualan tiket jika Allen yang datang bahkan merekomendasikan film pada fansnya. "Siapa sih keponakan lo yang misterius itu? Dia kerja di backstage?" tanya Rena kepo. "Yah, anggap aja gitu." "Ih, Sherina! Kenalin dong sama ponakan lo itu! Ya! Ya!" pinta Rena dengan mata berkedip-kedip kayak orang kena ayan. "Ngapain lo kenalan sama dia. Dia itu cuman om-om m***m nggak berguna," olok Sherina. "Dia itu ponakan lo tapi dia sudah om-om?" Si Rena masih aja ngotot bertanya bikin Sherina jadi sumpek. Beruntungnya setelah itu Allen muncul bersama dengan artis para sineas lainnya. Sorak-sorai ratusan orang di ruangan itu mengharu biru. Perhatian Rena pun akhirnya teralihkan juga. "Allen! Allen!" Cewek itu berteriak-teriak histeris seperti para penggemar Allen lainnya. Allen hari mengenakan celana jeans, kaos putih dan dibalut dengan blazer panjang yang kasual. Pria itu tersenyum sembari melambaikan tangan pada para penggemar yang mengelu-elukan namanya. Sialnya mata pria itu bertemu dengan Sherina sehingga dia spontan melakukan kiss bye. Sherina merinding karena jijik sementara Rena yang di sebelah malah histeris. "Sher! Dia kiss bye ke gue, Sher! Dia kiss bye!" "Ih, bukan sama situ, tapi sama gue!" tantang anak yang di sebelah Rena. Sherina menatap anak itu sekilas rambutnya dicat warna coklat terang. Wajahnya cewek ini cukup familier, tapi Sherina nggak inget pernah ketemu di mana. "Ih! Apaan sih nyolot! Sama gue lah!" Rena dan cewek itu berdebat bikin Sherina makin pusing aja. Mereka baru berhenti saat terdengar suara Allen dari microphone. "Halo, teman-teman semua," sapa Allen dengan senyumannya yang menggoda. "Terima kasih banyak sudah datang di gala premier ini. Semoga teman-teman terhibur dengan ceritanya." *** "Sher! Sher!" Sherina terbangun karena panggillan dari Rena. Dia menggeliat sejenak lalu menatap sekeliling dengan bingung. Oh, rupanya dia masih berada di gedung bioskop yang hampir sepi. "Filmnya udah selesai?" tanya Sherina sembari garuk-garuk rambutnya yang gatel karena belum keramas. "Udah dari tadi. Lo tuh kebangetan yak, lihat filmnya Akang Allen yang memesona kok malah bobo cantik!" ketus Rena. "Bodo amat, gue ngantuk," ucap Sherina sambil mengusap ilernya dan menguap lebar. Hampir aja kan ada laler lewat yang masuk. Sherina paling males menonton filmnya Allen. Toh nanti di rumah pasti dia dipaksa Allen nonton lagi sampai beberapa kali. Ya emang sih filmnya bagus, tapi lihat mukanya Allen di mana-mana tuh bikin sepet mata. "Terus lo tuh ngapain jauh-jauh ke sini cuman buat tidur doang? Lo juga ga suka sama Allen. Lo kasih tiketnya ke gue, kan bisa gue jual lagi tuh," cetus Rena yang mata duitan. "Hm iya, karena gue nggak enak aja sama yang ngasih tiket," ucap Sherina sembari menggosok matanya. "Ya elah, emangnya ponakan lo tahu lo datang apa kagak?" "Tahu," lirih Sherina. "Dia pasti tahu gue datang apa nggak. Kalau dia ngambek gue malah tambah susah. Ya udah gue tinggal datang aja." "Ampe segitunya sih ponakan lo!" "Iya, bener-bener ngeselin," keluh Sherina. "Ah, makanya gue pengen buruan kuliah. Gue mau kuliah di tempat yang jauh biar susah ketemu sama dia." Walaupun Sherina ngomong begitu. Sebenarnya sekarang pun dia jarang ketemu Allen. Padahal mereka masih tinggal serumah. Seminggu sekali itu udah untung. Malah pernah sebulan nggak ketemu sama sekali. Tapi kalau ketemu Allen cuman bikin Sherina kesel. "Yang namanya saudara itu begitu, kalau sering ketemu ngeselin, tapi ntar kalau jauh kangen. Kayak gue sama abang gue," kekeh Rena. "Nggaklah! Gue nggak akan kangen sama dia! Nggak akan!" tegas Sherina sungguh-sungguh. Rena menatap Sherina yang kelihatan jengkel banget. Dia jadi makin penasaran sebenarnya kayak apa tampangnya ponakan teman sebangkunya itu. "Ya udah, yuk buruan pulang. Ntar kita kehabisan KRL," usul Rena. "Oke," angguk Sherina setuju. *** Allensexie Tante, kamu di mana? Aku cariin di hatiku nggak ada. ?? Tante Celi Balik naik KRL. Allensexie Kenapa nggak bareng ponakanmu sih. Padahal udah ditungguin! ☹️☹️ Tante Celi G mau. Allen mendesah membaca chat dari Sherina yang singkat. Ah, Sherina makin lama makin dingin aja. Padahal waktu kecil dulu dia nempel terus sama Allen. Allen nggak merasa pernah buat salah. Apa Sherina lagi ngambek? *** Halo Kakak-kakakku yang baik hatinya. Terima kasih sudah menemukan dan membaca cerita ini. Jangan lupa di love dan komen ya, biar diriku semangat nulisnya. Mampir juga ke cerita aku yang lainnya yak. Jika sudi, silakan follow ** aku @shietadm ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD