Bagian 18 Dengan menahan gemuruh di d**a, aku langsung memegang kenop pintu. Namun niatku kuurungkan saat mendengar suara orang mengucap salam dari arah pintu. Aku segera berjalan menuju kamar dan kembali menutup pintu dengan pelan agar tidak ada yang tahu bahwa aku sudah pulang. Pintu depan terdengar dibuka. Aku kemudian mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Ternyata Ibu yang datang dan sekarang mereka berada di ruang tengah. "Ibu mau pergi lagi. Ibu tadi lupa membawa uang, mau bayar iuran kematian." "Memangnya berapa, Bu?" tanya Mas Fahri sambil mengeluarkan dompet dari saku celananya. "Enggak usah. Zahra sudah memberi Ibu uang. Ibu pergi dulu, ya!" "Bu, duduk dulu sebentar." Maria menarik tangan Ibu dan mengajaknya untuk duduk bersama mereka. "Bu, coba Ibu pegang peru

