Kini, mereka semua menatap serius kearah Nicholas.
Nicholas mengeluarkan senyum usilnya, “Di hatimu,” ucapnya sambil mengedip-ngedipkan mata. Kelakuan Nicholas pun dibalas oleh teman-temannya dengan pukulan, jitakan, dan kata-k********r. Nicholas merupakan tipe orang yang usil dan suka mengganggu teman-temannya, terlebih lagi dengan Gabriella.
“Sudah kuduga. Pasti Nick hanya bercanda. Kau ini memang tidak bisa serius, ya?”
Nicholas pun tertawa. “Haha, maafkan aku, tadi aku hanya bercanda, tapi kali ini aku serius, aku ada ide,” Nicholas meyakinkan teman-temannya jika kali ini ia sedang serius.
Gabriella membalas ucapan dari Nick, “Tidak. Aku tidak percaya dengan kau.”
“Terserah,” balas Nicholas sambil menjulurkan lidahnya ditambah ekspresi mengejek.
Melihat hal itu, Gabriella geram dan membuang pandangannya ke arah lain.
“Ya sudah, katakan, apa idemu itu?” tanya Samuel.
“Kita berkemah di belakang rumah Kim saja, bagaimana?” Nicholas memberi usulan pada teman-temannya.
Tampak dari raut wajah teman-temannya, mereka bingung kenapa Nicholas memilih tempat di belakang rumah Kimberly.
“Kenapa di rumahku?” tanya Kimberly kepada Nicholas dengan heran.
Nicholas pun menjawab pertanyaan dari Kimberly, “Belakang rumah kau ada hutan, bukan? Namanya apa? Aku lupa. Itu sering dijadikan orang-orang untuk berkemah. Menurutku, tempatnya nyaman untuk berkemah.”
“Namanya Little Forest. Iya, di hutan itu sering dijadikan tempat berkemah karena hutannya tidak terlalu luas. Dan aman juga, belum ada kejadian aneh-aneh di sana.”
“Aku setuju dengan pendapat Nick,” ucap Gabriella.
“Kau selalu saja setuju denganku, sepertinya kita sehati,” Nicholas sangat suka menggoda Gabriella, sepertinya ia menyukai perempuan itu.
“Maaf, hati kita berbeda,” balas Gabriella.
Muka Nicholas pun lesu karena perkataan Gabriella. Teman-temannya pun tertawa setelah mendengar perkataan dari Gabriella dan melihat muka lesu Nicholas.
“Nick sad boy,” kata Chan kepada Nicho dengan muka mengejek.
“Yang sabar ya, Nick. Sepertinya Gaby tidak menyukaimu,” ledek Elizabeth.
“Tidak apa, Beth. Aku akan berjuang untuk mendapatkannya,” ucap Nicholas sambil menunjukkan muka yakin akan mendapatkan hati Gabriella.
Sedangkan, Gabriella menatap Nicholas dengan aneh.
“Sudah, balik ke topik. Aku setuju dengan Nick. Untuk pemula seperti kita, lebih baik berkemah di tempat yang terdekat dulu saja,” jelas Samuel.
“Iya, yang dekat dahulu tidak apa. Setidaknya kita melakukan ini bersama-sama, kan?” ucap Thomas.
“Betul. Lagipula, kalau ada apa-apa kita juga akan lebih mudah untuk cari bantuan. Tapi, semoga saja tidak ada kejadian yang tidak diinginkan.”
Mendengar ucapan Chan, akhirnya mereka setuju untuk melakukan kegiatan kemah di belakang rumah Kim, atau lebih tepatnya di hutan Little Forest.
“Sam, putuskan kapan kita akan berkemah,” ucap Elizabeth.
Samuel pun terdiam beberapa saat sambil memikirkan kapan mereka akan mengadakan kemah. “Apa ada usulan?”
“Terserah kau saja, Sam.”
“Baiklah,” Samuel pun terdiam lagi. Ia sedang berpikir kapan waktu yang tepat untuk mengadakan perkemahan. Akhirnya, ia menemukan ide, “Bagaimana kalau weekend minggu ini?”
Mendengar usulan Samuel, mereka pun setuju dengannya. “Boleh juga, Sam. Aku tidak ada acara di minggu ini.”
“Bagaimana yang lain? Apa kalian bisa?”
Mereka serentak menjawab, “Bisa.”
“Baiklah, kita berkemah hari Sabtu besok. Aku akan mengirimkan daftar apa saja yang harus dibawa H-3 atau H-2 sebelum kemah.”
“Baiklah.”
“Tolong jaga kesehatan kalian. Jangan sampai saat hari H kalian sakit dan menyebabkan acara ini gagal. Tapi, kalau ada yang sakit tidak usah dipaksakan. Supaya tidak merepotkan yang lain,” pinta Samuel. Samuel sangatlah perhatian kepada teman-temannya. Ia selalu berusaha untuk memastikan mereka selalu aman.
Setelah itu, mereka melanjutkan memakan camilan dan berbincang-bincang hal yang lain. Tidak lupa mereka mengambil foto bersama sebagai kenang-kenangan.
Hari mulai sore, langit berubah menjadi gelap. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing.
***
H-2 kegiatan berkemah berlangsung. Mereka kini melakukan percakapan melalui salah satu aplikasi komunikasi online. Mereka melakukan panggilan grup dengan menggunakan panggilan video.
“Halo, apa kabar semua?”
“Baik, Sam.”
“Syukurlah kalau begitu. Semuanya dengarkan aku. Aku akan mengirimkan daftar hal-hal yang perlu dibawa,” ucap Samuel melalui panggilan videonya itu. Tidak lama kemudian, ada pesan masuk di ponsel mereka. Pesan itu berisikan daftar yang harus dibawa oleh mereka. “Sekarang, buka group chat, aku sudah mengirimkan daftarnya.”
Mereka pun mulai membuka group chat tersebut. Mereka membacanya dengan teliti apa saja yang harus dibawa. Mengingat ini pertama kalinya mereka melakukan kemah.
“Bagaimana? Apa kalian punya barang-barang yang harus dibawa?” tanya Samuel pada teman-temannya.
“Sam, aku tidak ada tikar,” ucap Gabriella. Di daftar yang diberikan Samuel, ada empat tikar yang harus dibawa. Siapapun yang mempunyai tikar boleh membawa tikar tersebut pada saat kemah berlangsung.
“Aku juga tidak punya, Sam,” ucap Elizabeth.
“Oke, Gaby dan Beth tidak mempunyai tikar. Adakah dari kalian selain Gaby dan Beth yang mempunyai tikar?” Tanya Samuel untuk memastikan siapa yang memiliki tikar di rumahnya.
“Aku punya, Sam.”
“Baiklah, Chan besok kau membawa tikar. Siapa lagi yang mempunyai tikar? Kurang tiga lagi.”
“Sepertinya aku ada. Coba nanti aku lihat di gudang dulu ya, Sam,” ucap Kimberly yang belum pasti apakah ia mempunyai tikar atau tidak.
“Baiklah, Kim. Karena belum pasti, kau kujadikan cadangan dulu, ya.”
“Baik, Sam.”
“Hei, Sam, kau jadikan Kim cadangan? Bukankah kau sudah punya kekasih?” Goda Nicholas. Nicholas memang selalu berbuat usil kepada teman-temannya. Tak jarang ia membuat beberapa temannya marah karena kelakuannya.
“Bukan itu maksudku, bodoh! Cadangan untuk membawa tikar. Kalau cadangan pacar, aku sudah ada banyak, kau mau?” timpal Samuel yang membuat beberapa temannya tertawa. Meskipun Samuel sudah memiliki kekasih, ia tidak pernah lupa dengan teman-temannya. Bahkan, Samuel tidak pernah membanding-bandingkan mana yang lebih penting antara kekasih atau teman-temannya. Menurutnya, mereka sama-sama penting di kehidupan Samuel.
Nicholas mengeluarkan ekspresi tidak yakin, “Bagi satu, Sam.”
“Tidak. Kau tidak pantas dengan mereka. Kau hanya pantas menjadi single,” ucapan Samuel itu membuat Nicholas kesal, sedangkan teman-teman yang lain tertawa mendengarnya.
“Sudahlah, mari lanjutkan yang tadi,” tegur Chan.
“By the way, aku ada tikar, baru saja aku cari dan ternyata ada,” ucap Thomas sambil memamerkan tikar yang sedang ia bawa.
“Baiklah, Tommy. Aku ada satu tikar juga, kurang satu lagi berarti.”
“Sam, aku ada tikar,” ucap Nicholas.
“Kenapa tidak bilang dari tadi?”
“Malas.”
“Baiklah, tikar done. Lanjut, siapa yang punya tenda?” tanya Sam kepada teman-temannya.
“Bukankah kakak Gaby membuka sewa peralatan outdoor? Kita bisa meminjamnya,” usul Dylann.
“Iya, kakak laki-lakiku mempunyai usaha sewa peralatan outdoor. Nanti akan kutanyakan,” balas Gabriella.
“Kenapa kita tidak meminjam semua peralatan pada Gaby?”
“Iya juga.”
“Boleh, tapi bantu aku untuk membawa ke rumah Kim, ya?” Gaby menyanggupi jika peralatan kemah meminjam kepada kakak laki-lakinya yang mempunyai usaha sewa peralatan outdoor.
“Nanti akan kubantu, Gab. Kita nanti berangkat bersama saja,” ajak Chan. Bisa terlihat di layar ponsel mereka, ada seseorang yang nampaknya cemburu dengan Chan yang mengajak Gabriella untuk berangkat bersama. Ya, orang itu adalah Nicholas.
“Nick, jangan sedih ya, haha,” Dylan hendak menghibur Nicholas yang tampaknya memelas, namun ekspresi Nicholas terlalu lucu untuk didefinisikan.
“Sepertinya…ada yang patah hati, ya?” sindir Elizabeth.
“Ah, iya. Nampaknya ada yang iri,” timpa Kimberly.
“Waduh, siapa itu?” Semua teman-teman Nicholas pun saling menyindir dirinya yang sedang cemburu dengan Chan. Nicholas pun hanya terdiam dan pura-pura menyibukkan diri dengan kegiatan yang lain.
“Kalian itu kenapa?” Tanya Gabriella dengan polosnya.
“Biarkan, aku memang ingin membuat seseorang cemburu,” ucap Chan sambil terkekeh.
‘Nicholas keluar’
“Kenapa dia keluar dari panggilan video ini?” tanya Gabriella lagi. Tampaknya, perempuan itu sangat polos dalam urusan seperti ini.
“Dia cemburu, Gab.”
“Kenapa?”
Beberapa teman-teman Gabriella terlihat kesla dengan sikap Gabriella yang masih polos. Bahkan ia tidak menyadari jika Nicholas memang benar-benar menyukainya. “Gaby…Nick menyukaimu. Apakah kau tidak menyadarinya?” jelas Elizabeth pada Gabriella.
“Maklum, Gaby masihh polos,” jawab Chan.
“Tommy, ajak dia untuk gabung kembali.”
“Baiklah, sebentar.”
'Nicholas bergabung’
“Welcome back, mate,” Dylann menyambut temannya yang sepertinya sedang bersedih itu.
“Thanks.”
Chan merasa bersalah kepada Nicholas karena telah mengajak Gabriella untuk berangkat bersama dengan dirinya. Namun, apa boleh buat, rumah Chan dan rumah Gabriella sangat dekat. “I’m sorry, Nick. Aku tidak bermaksud untuk mengambil Gaby darimu.”
“Tidak. Aku tidak memaafkanmu,” balas Nicholas dengan ketus.
“Kau serius marah denganku?” Chan khawatir jika Nicholas benar-benar marah padanya. Pasalnya, Nicholas tidak pernah marah dengan siapapun, dan tidak pernah seketus ini pada siapapun.
“Iya.”
“Hei, janganlah kau marah padanya, Nick.”
“TAPI BOHONG, HAHA,” Nicholas mengatakan ucapan itu dengan suara yang keras dan disusul dengan tawa setelahnya.
“Damn you," kini giliran Chan yang nampaknya marah dengan Nicholas. Chan sudah sangat khawatir jika Nicholas benar-benar marah padanya.
“Sudahlah, aku hanya pura-pura marah saja. Kalaupun Gaby mau kau jadikan pacar, silahkan. Aku akan cari yang lain. Simpananku banyak.”
“Sudah. Jangan diteruskan lagi. Mari fokus ke topik awal.” Samuel berusaha menghentikan kejailan-kejailan yang dibuat Nicholas. Samuel percaya, kalau kejailan ini diteruskan, maka Nicholas akan semakin menjadi-jadi.
“Untuk peralatan pribadi bisa dilihat sendiri. Bawa yang diperlukan, yang tidak perlu tidak usah dibawa. Kita camping, bukan mau pindah rumah. Jadi, bawa yang penting-penting saja.” Samuel mengarahkan teman-temannya untuk membawa barang-barang yang sekiranya diperlukan.
“Surat tanah bukankah barang yang penting, Sam?” Lagi-lagi Nicholas mengatakan hal yang tidak penting. Perkataannya tersebut membuat amarah teman-temannya memuncak.
“Dasar bodoh! Bawa saja jika kau mau. Nanti akan kuambil darimu, lalu akan kujual. Aku akan kaya mendadak,” ucapan Samuel itu membuat Nicholas terdiam.
“Ada yang ditanyakan lagi?” Samuel ingin memastikan kepada teman-temannya apakah ada yang kurang jelas saat penyampaiannya atau tidak. Teman-temannya merespon dengan menggelengkan kepala dan mengucapkan “tidak”.
“Baiklah, jika tidak ada pertanyaan, kita sudahi saja ya. Nanti kalau ada yang ingin tanya atau kurang jelas bisa kirim pesan di grup. Nanti akan kubalas. Terimakasih sayang-sayangku, sampai jumpa dua hari lagi.” Belum sempat mereka mengucapkan kata-kata, Samuel sudah terlebih dahulu mematikan percakapan video ini.
***
To be Continued