Mereka bersalaman dengan orangtua Nicholas itu. Tak lupa mereka mengucapkan pemintaan maaf karena kejadian ini. Setelah berpamitan, mereka menuju mobil mereka yang terparkir di pinggir jalan. Lalu, kedua mobil itu meninggalkan rumah Nicholas dan menuju rumah Kimberly untuk mengambil barang-barang mereka yang masih berada di rumah Kimberly.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah Kimberly. Mereka keluar dari mobil itu, lalu menuju ke ruang tamu. Mereka duduk di sofa berwarna putih itu. Sedangkan Kimberly sang pemilik rumah pergi ke dapur untuk mengambil beberapa makanan dan minuman. Lalu menyajikannya kepada teman-temannya.
“Menurut kalian, kapan kita akan melakukan pencarian ini?” tanya Dylan.
Meka tidak terlalu yakin kapan mereka benar-benar bisa melakukan pencarian Nicholas. Pasalnya, belum ada kepastian dari pihak kepolisian akan hal ini.
“Entahlah, aku juga tidak tahu kapan ini akan dilakukan,” jawab Thomas.
“Mereka bilang maksimal tiga hari mereka akan menghubungi kita, namun, aku merasa tidak yakin akan hal itu,” jawab Samuel. Samuel memang susah untuk percaya dengan sesuatu. Selama ini, ia hanya percaya pada Tuhan, ibunya, dan teman-temannya.
“Kau tidak percaya dengan pihak kepolisian?”
“Bukan begitu. Aku lebih percaya jika aku melakukan sendiri. Namun, aku tahu aku tidak mampu untuk menemukan Nick saat ini. Jadi, mau tidak mau aku harus percaya dengan mereka.”
“Kita serahkan saja dengan pihak yang berwenang, semoga saja mereka menemukan Nick dalam keadaan yang baik-baik saja,” ucap Gabriella.
“Semoga saja demikian.”
Mereka membicarakan apapun sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mulai dari mengira-ngira kemana perginya Nicholas, apa yang sedang terjadi, dan lain-lain.
Karena waktu dirasa sudah malam. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Ya, sudah. Ini sudah malam. Bagaimana kalau kita langsung pulang saja. Besok kita akan kumpul lagi di sini. Bagaimana?” ajak Samuel. Sebenarnya, ia ingin pulang ke rumah karena ia ingin istirahat. Beberapa hari terakhir ini terlalu berat ia jalani. Dan juga teman-temannya.
“Jangan lupa bicarakan mengenai masalah ini ke orangtua kalian dan meminta izin mereka untuk melakukan pencarian ini. Kita sudah lima hari tidak pulang ke rumah. Pasti mereka khawatir sekali dengan keadaan kalian,” Thomas mengingatkan apa yang sudah Pak Mark sampaikan tadi. Sehingga, orangtua mereka tidak terlalu khawatir dengan keadaan mereka.
“Baiklah, nanti aku akan izin kepada kedua orangtuaku. Aku harap, aku diizinkan untuk ikut pencarian ini.”
“Oke, ya sudah. Mari kita pulang.”
Mereka membawa barang-barang mereka lalu keluar dari rumah Kimberly.
“Kim! Kita pulang dahulu, ya!” pamit Thomas.
“Iya, aku pulang dulu, ya. Terimakasih untuk beberapa hari ini,” Elizabeth memeluk Kimberly dan berpamitan kepadanya.
“Thanks, Kim!”
“Bye, Kim!”
“See you tomorrow!”
Mereka kini menaiki kendaraan yang sebelumnya ia bawa ke rumah Kimberly. Mereka meninggalkan rumah Kimberly dan hanya menyisakan Kimberly di halaman rumahnya.
Tiba-tiba, Kimberly merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Kemarin saat mereka kembali dari Little Forest, Kimberly melihat Chan. Laki-laki itu seperti menyembunyikan sesuatu. Kimberly merasa penasaran ada apa sebenarnya yang terjadi di gudang. Ia hendak melangkahkan kakinya menuju gudang. Namun, Kimberly mengurungkan niatnya. Ia sendirian di rumah ini. sedangkan jalan menuju ke gudang sangat gelap. Kimberly bukanlah seorang perempuan yang pemberani. Ia takut jika berjalan dalam kegelapan sendiri menuju ke gudang itu.
“Besok pagi saja aku akan pergi ke gudang. Aku sangat penasaran dengan apa yang Chan lihat. Sepertinya, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Tapi, aku tidak berani pergi ke sana sendiri. Ah, sudahlah. Besok saja. Aku letih sekali,” Kimberly memutuskan untuk tidak jadi pergi ke gudang. Ia menutup gerbang yang sedang terbuka dan masuk ke dalam rumahnya.
***
Sementara di tempat lain, laki-laki itu tidak bisa memejamkan matanya. Sudah pukul sepuluh malam. Ia ingin tidur, namun entah kenapa pikirannya tidak tenang sehingga membuatnya susah untuk tidur. Ia melamun sambil menatap indahnya langit malam dari balkon kamarnya. Suara notif ponselnya membuat lamunannya itu buyar. Ia mengambil ponselnya yang ada di meja sebelahnya. Ia membaca nama seseorang yang meneleponnya.
Kimberly.
“Kim? Kenapa dia meneleponku malam-malam seperti ini? Apa aku meninggalkan sesuatu di rumahnya?” Dengan sigap, ia langsung mengusap layar itu.
“Halo, Kim? Ada apa?”
“Halo, Chan. Apa kau sudah tidur?” tanya Kimberly pada Chan.
“Belum. Aku tidak bisa tidur malam ini. Entahlah. Ada apa? Apa aku meninggalkan sesuatu di rumahmu?”
“Tidak. Kau tidak meninggalkan apapun di rumahku. Aku ingin menanyakan sesauatu kepadamu. Apakah boleh?”
Chan penasaran dengan apa yang akan ditanyakan oleh Kimberly. Sepertinya, Chan tidak melakukan suatu yang aneh hari ini. “Silahkan. Kau ingin tanya apa?”
Kimberly terdiam cukup lama. Chan terlihat bingung kenapa Kimberly terdiam cukup lama. “Kim?” tanya Chan memastikan jika Kimberly baik-baik saja.
“Ah…iya. Saat kita balik dari Little Forest, aku memperhatikanmu. Kau terdiam saat kita melewati gudang. Aku merasa, jika ada sesuatu di sana. Sebenarnya, apa yang menarik perhatianmu hingga kau menatap gudang itu seakan-akan ada keanehan di sana?”
Apa yang dikatakan Kimberly adalah suatu hal yang saat ini dia pikirkan. Ia merasa ada kejanggalan di sana. Namun, ia hanya merasa jika itu adalah hal yang biasa.
Chan belum menanggapi pertanyaan dari Kimberly tadi. “Halo? Chan? Apa kau masih mendengarkanku?”
“Iya, Kim. Aku masih mendengarkanmu.”
“Baiklah, katakan padaku apa yang kau lihat saat itu? Jujur, sejak kau berdiri terdiam menatap gudang itu, aku tidak henti-hentinya penasaran dengan apa yang kau lihat. Jika kau tidak bisa mengatakannya kepada teman-teman yang lain, kau bisa mengatakannya kepadaku. Aku akan menjaga rahasia ini jika kau tidak menginginkan ada oranglain yang tahu.”
Chan merasa jika Kimberly bisa diajak bicara saat ini. Lagipula, yang menyadari jika Chan merasa ada sesuatu yang janggal hanya Kimberly saja. “Baiklah, aku akan mengatakan padamu. Namun, ini hanya asumsiku saja. Tidak sepenuhnya benar, namun sangat mengganggu pikiranku.”
“Baik, Chan. Aku siap mendengarkanmu.”
Chan mencari posisi duduk yang pas. Ia mengatur napasnya sebelum mulai berbicara. “Sebenarnya, saat aku melewati gudang aku tidak sengaja melihat ke dalam gudang itu. Apalagi, posisi gudang itu masih terbuka, bukan?”
“Iya, gudang itu terbuka. Kau penasaran karena pintu itu terbuka begitu saja? Bukankah Sam sudah mengatakan jika dia dan Tommy lupa menutupnya?”
“Bukan. Bukan itu maksudku. Aku penasaran dengan apa yang aku lihat di dalam gudang, Kim.”
“Apa itu, Chan? Apakah sesuatu yang horror atau menyeramkan? Jika iya, tolong jangan sampaikan mala mini. Nanti aku tidak berani keluar dari kamar,” nada suara Kimberly terdengar sedikit ketakutan jika benar apa yang dilihat Chan adalah hantu atau semacamnya.
Chan tertawa kecil mendengar hal itu.
“Kenapa tertawa?” tanya Kimberly.
“Tidak. Kau penakut bahkan di rumahmu sendiri.”
“Aku di rumah sendirian, tentu saja aku takut!”
Chan tertawa lagi mendengar ucapan Kimberly. “Tidak. Aku tidak melihat hantu atau yang sejenisnya.”
“Kalau tidak melihat hantu, lalu kau melihat apa?”
“Ini yang mengganggu pikiranku. Ini hanya asumsiku saja, belum tentu benar dan kau jangan mudah percaya.”
“Iya. Cepat katakan! kau terlalu berbelit-belit,” Kimberly terdengar kesal karena Chan tidak mengatakan poinnya langsung.
“Iya. Aku akan to the point. Kau ingat, kau bilang pada Nick kalau tikarnya berada di atas almari, bukan?”
Kimberly terdiam sebentar. Sepertinya ia sedang mengingat perkataannya kepada Nicholas waktu itu. “Ya, aku mengatakan demikian pada Nick. Lalu, apa yang jadi masalahnya?”
“Saat melewati gudang itu dan aku melihat ke dalam gudang, tikar itu tergeletak di bawah begitu saja. Dan, ada kursi di depan almari itu. Jika kau menyadari dan mau berasumsi sepertiku, kenapa tikar itu tergeletak begitu saja di lantai, dan mengapa ada kursi di depan almari.”
“Jadi, maksudmu?”
Chan menghela nafasnya perlahan. “Kau tidak paham maksudku? Baiklah, dengarkan ini baik-baik, jika tikar ada di bawah, itu artinya Nick sudah mengambil tikar yang ada di atas almari, bukan? Saat ia mengambil tikar, pasti ia butuh sesuatu untuk naik mengambil tikar itu. Maka dari itu, ada kursi di depan almari.”
“Ya, aku paham. Lalu?”
“Lalu, kenapa tikar bisa tergeletak begitu saja? Pasti ada sesuatu yang menarik perhatiannya hingga ia menjatuhkan tikar itu begitu saja. Dan aku tidak tahu dengan apa yang ada di gudang itu. Menurutku, ada sesuatu di dalam gudang itu, namun, saat kita mendatangi gudang itu tidak ada yang menyadarinya. Entah sesuatu itu hanya bisa terlihat dari atas atau tertutup hal yang lain.”
“Make sense. Kenapa kau bisa berpikir sejauh ini?”
“Entahlah, terlintas begitu saja di pikiranku. Aku ingin mendatangi gudang itu, namun, aku mengurungkan niatku karena aku berpikir itu hanya sebuah hal yang biasa saja. Semakin lama aku biarkan, hal itu selalu saja mengganggu pikiranku.”
“Akupun. Aku tadi hendak mendatang gudang itu, namun aku tidak jadi kesana. Maka dari itu, aku meneleponmu untuk memastikan apakah ada sesuatu yang aneh di sana. Maukah kau mendatangi gudang itu bersama?” ajak Kimberly. Ia sungguh tidak tahan dengan rasa penasaran ini.
“Malam ini?” tanya Chan. Chan terkejut dengan ajakan Kimberly. Ia melihat jam yang ada di layar ponselnya. Waktu akan menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak terasa hampir memasuki dini hari.
“Iya, tentu saja,” ucap Kimberly dengan yakin.
“Kau yakin? Hanya kita berdua saja?”
“Iya. Aku yakin. Bukankah sudah ku katakan sebelumnya, jika kau merahasiakan hal ini aku juga akan merahasiakan ini.”
“Lalu, bagaimana dengan teman-teman yang lain? Aku merasa tidak enak jika membohongi mereka. Bagaimanapun juga, kita sudah bersepakat untuk melakukan apapun untuk mencari Nick bersama-sama.”
“Kalau begitu, kita cari tahu saja dahulu untuk membuktikan apakah ucapanmu itu benar atau tidak. Jika terbukti ada sesuatu yang aneh di gudang itu, kita akan memberitahukan hal ini kepada yang lain. Jika ucapanmu tidak terbukti atau dengan kata lain tidak ada yang mencurigakan di sana, kita tidak perlu mengatakan ini kepada mereka. Bagaimana? Apakah kau setuju?” entah kenapa Kimberly sangat berambisi untuk mendatangi gudang itu. Rasa penasarannya cukup besar sehingga ia harus menemukan jawaban itu malam ini juga. Jika tidak, pasti dia tidak bisa tidur malam ini.
“Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Aku akan datang ke rumahmu sekarang. Aku bersiap dahulu,” tanpa mendengar balasan dari Kimberly, Chan langsung menutup panggilan itu secara sepihak. Lalu, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia mencari hoodie, memakai celana panjang, dan sepatu. Ia membawa ransel dan memasukkan sesuatu yang kiranya penting, seperti pengisi daya tanpa listrik, senter, dan lain-lain. Setelah dirasa cukup dan siap, ia pergi mengambil motornya yang ada di garasi rumahnya. Langsung saja, ia melajukan motornya menuju ke rumah Kimberly.
***
To be continued