60 – Mendarat di Tempat yang Salah part 2

1605 Words
Pegunungan Snhelacetyre Amourhaviels adalah dunia yang memiliki beberapa benua, satu benua yang sudah diketahui memiliki beberapa jenis wilayah, beraneka ragam juga penghuninya, benua lain masih belum diketahui statusnya. Benua itu terbagi menjadi beberapa wilayah, salah satunya adalah wilayah bagi para penyihir yang mendominasi. Wilayah itu bisa dikatakan hanya diisi oleh para penyihir saja, hampir tak ditemukan adanya manusia biasa atau makhluk mistik di dalamnya. Tepat dua puluh kilometer dari wilayah para penyihir di arah barat. Ada banyak hutan dan pegunungan tinggi, banyak jurang-jurang yang tinggi tercipta, lembah-lembah juga tak terhitung jumlahnya. Sebuah dataran tinggi yang terbuat dari bebatuan di mana memiliki ketinggian hampir mencapai ketinggian sekitar lima kilometer di atas permukaan. Adalah tempat di mana seseorang mendarat. Nama wilayah itu adalah Snhelactyre. Meski dikatakan sebagai dataran tinggi, tapi tempat pria itu mendarat jauh lebih dikatakan sebagai gunung batu. Meski tidak kerucut, tapi itu adalah gundukan batu dengan ketinggian yang fantastis. Berbeda dengan keadaan Smmera dan Xeraine, pada saat ini keadaan Le’theo sedikit rumit, pasalnya ia bukan sekadar mendarat lalu menapak begitu saja pada permukaan daratan. Posisi Le’theo saat ini adalah ia tergantung di ujung tebing yang amat tinggi dengan posisi tubuh yang terbalik, kepala berada di bawah dan kaki di atas, tampak jika kedua kakinya terjepit pada bebatuan. Pemandangan di atas sana sangat mengerikan, hal itu disebabkan karena pria itu berada pada ketinggian ratusan meter di puncak gunung, dari ketinggian itu juga suhu udara dingin sampai menusuk tulang, mungkin saja dalam waktu beberapa menit ia akan berubah menjadi patung batu es jika tak sesegera mungkin melakukan sesuatu. Keadaan Le'theo sama seperti yang lainnya, dia muntah-muntah ketika pertama kali muncul di sana, apalagi keadaannya yang saat ini berada dalam posisi terbalik, kepalanya jelas terasa lebih pusing dari yang seharusnya. Muntahannya jatuh begitu saja menuju permukaan. Setelah selesai muntah dan menenangkan pikirannya. Dia baru sadar jika tempatnya mendarat benar-benar melenceng dari tempat yang dituju. “s**l, aku dan kesalahanku!” Dia memekik geram, asap keluar dari mulutnya saat dia berbicara seperti itu. Zhevarous tentu sedang ambil giliran beristirahat, sehingga keberadaannya yang ada di dalam sana tak mengganggu pikiran Le'theo yang saat ini sedang terguncang. Dia mendarat di tempat yang cukup jauh dan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Menggantung seperti kelelawar bukan sesuatu yang nyaman, apalagi berada di atas ketinggian yang nyaris lima kilometer. Jika dia manusia biasa, maka nyawanya sudah melayang dikarenakan rasa takut yang teramat sangat saat menyaksikan permukaan. Jika dia berani sekalipun, suhu udara yang jelas-jelas beku akan membunuh dan membuat orang itu menjadi patung es di sana. Beruntunglah Le’theo adalah penyihir yang memiliki fisik cukup bagus dan mampu menahan keadaan seperti ini jauh lebih baik dari manusia biasa. “Sepertinya aku harus belajar banyak rune dan menulis mantra lagi di masa depan, ini akan menjadi masalah.” “Uh. Apa yang lain mendarat dengan baik ya? Kuharap iya. Tapi itu kemungkinan kecil. Jika aku gagal, seharunya hanya satu atau dua yang berhasil.” Dia menggumam sendiri, apa yang dia perkiraan memang benar, tidak semua orang mendarat di tempat yang semestinya. Untuk saat ini, hanya Xeraine dan Smmera saja yang sepertinya tiba di tempat yang telah ditentukan, sementara yang lain muncul di tempat yang acak. “Lalu kenapa aku melenceng ke tempat macam ini? Bahkan aku tak tahu ini di mana. s**l sekali, aku lelah. Aku akan beristirahat selama beberapa jam saja.” Sama seperti Smmera dan Xeraine, Le'theo juga tak memiliki mana dan energi yang tersisa, pertarungan sebelumnya sudah menguras, ditambah merapal mantra untuk melakukan perjalanan melintasi dimensi. Ini membebaninya. Saat dia akan memejamkan matanya, udara beku berembus, seketika itu juga Le'theo menggigil. Ia harus sesegera mungkin melakukan sesuatu untuk mengatasi suhu dingin di daerah ini. Andaikan saja jika ia masih memiliki mana yang tersisa, ia akan berubah wujud menjadi binatang panas, sayang sekali kondisinya saat ini tak memungkinkan dirinya untuk melakukan hal tersebut. Dan satu-satunya cara untuk menghadapi keadaan ini adalah dengan membangunkan jiwa lain yang berada di dalam tubuh itu. Zhevarous adalah jiwa dengan sihir api, kekuatan utamanya bisa membuat panah api, mungkin saja api yang dihasilkannya akan membantu dalam keadaan seperti ini. “Zhev, bangunlah! Ini keadaan yang gawat. Kau harus mengambil alih sekarang juga.” Le'theo memanggil Zhevarous yang sedang beristirahat. “Zhev! Bangun!” Dia berteriak dan segera saja Zhevarous bangun, dengan gangguan itu, jiwa pria itu pastilah terganggu olehnya. “Kenapa berteriak sekeras itu? Aku bahkan baru beberapa .... Ahhhh ...!” Ia langsing berteriak tatkala melihat jika di depan matanya adalah daratan yang berjarak jauh, berkilometer. “Tempat macam apa ini? Apa yang terjadi? Bukannya kita baru saja berperang?” tanya pemuda itu dengan agak keras. Dia bingung tatkala menyaksikan pemandangan semacam ini. “Akan kukatakan nanti. Yang penting, kau harus mengambil alih, bebaskan kita dari sini. Bergelantungan seperti ini rasanya sangat tak nyaman, apalagi suhu udara di sini sangat beku.” Le'theo mengoceh dengan tubuh yang menggigil. Tangannya terayun di bawah begitu saja. “Baiklah, akan kulakukan. Meski aku belum pulih sepenuhnya.” Zhevarous menyanggupi seketika, ia tak banyak bicara lagi, segera saja dirinya mengambil alih tubuh itu. Maka rambut biru beku Le'theo segera berubah warna menjadi hitam, itu terjadi tanpa mengubah tatanan dan gaya rambut tersebut. Perubahan itu adalah tanda jika saat ini Zhevarous sudah mengambil alih. Rambut hitam itu kini tampak terlihat jelas dilapisi es-es tipis yang keras membuat rambut itu kaku. “Astaga, dingin sekali di sini. Ini benar-benar suhu beku.” Dia segera menggigil ketika telah mengambil alih badan, napasnya berkabut saat dia bicara. Hal itu adalah bukti jika sangat dingin di sana. Udara di sini seolah mengandung es yang sangat padat dan memiliki suhu minus, benar-benar menusuk ke dalam tulang. Zhevarous sudah mengira jika keadaan akan terasa sangat dingin, tapi saat merasakannya secara langsung, rasanya sangat berbeda. Benar-benar di luar perkiraannya. “Sudah kukatakan kalau di sini dingin.” Le'theo membalas dengan ketus. “Ya, tapi aku tak menyangka akan sedingin ini jika merasakannya langsung. Astaga, aku seperti dibekukan,” kata Zhevarous dengan badan yang bergetar menggigil. “Jangan banyak bicara dan lakukan saja! Kita bisa mati!” Le'theo memerintahkannya dengan keras. “Oh, siapa yang berbuat salah dan siapa yang bertanggung jawab,” gerutu Zhevarous pelan. Sepertinya dia merasa keberatan karena harus melakukan ini, tanpa dia sadari jika dia sendiri akan terancam nyawanya jika tak segera bergerak untuk melakukan sesuatu agar tubuhnya terbebas dari situasi seperti ini. Tempat dingin yang membekukan bukan sesuatu yang baik untuk ditinggali, itu adalah wilayah ekstrem yang buruk, wilayah yang tak akan ditinggali sekalipun oleh penyihir. “Kau mau hidup atau tidak? Jangan omong kosong dan segera bekerja!” Tanpa memedulikan protesan dari Le’theo, Zhevarous segera berkonsentrasi untuk memanggil mantra sihirnya. “Baiklah, mari kita bebaskan diri.” Zhevarous segera merapal mantra sihir, setelahnya tampak busur panah dan anak panah tercipta, ia memegang kedua benda itu dengan kedua tangannya. Dia menembak bebatuan yang mengapit kakinya tanpa membahayakan kaki itu. Bebatuan besar dan licin segera saja hancur dan berjatuhan dengan termaat sangat mudahnya. Maka setelah satu tembakan jitu, kaki yang sebelumnya terjepit segera bebas. Lalu, sebelum tubuhnya jatuh dari ketinggian itu, Zhevarous menembakkan anak panah berikatkan tali api pada anak panah itu ke atas. Anak panah menancap pada bebatuan, tubuh Zhevarous berhenti terjatuh tatkala tangannya memegang ujung tali yang terhubung dengan anak panah tersebut, ia kembali bergelantungan di atas ketinggian luar biasa itu, untungnya kali ini kepalanya berada di bagian atas. Selanjutnya yang ia lakukan adalah memanjat talinya, melakukan hal semacam itu tak memerlukan waktu terlalu lama hingga pada akhirnya setelah beberapa menit berlalu, mereka berhasil naik dengan aman. Busur panah terbakar itu membuat suhu mereka hangat. “Nah, seperti itulah caraku membebaskan diri.” Zhevarous berkata dengan angkuh sambil mengacungkan busur panah apinya. Bergaya sok keren. “Jangan banyak pamer, ada baiknya kita meninggalkan tempat ini dan pergi menuju daerah yang lebih hangat.” “Ide bagus.” Zhevarous mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Pemandangan di sini tak terlalu indah dan menyenangkan, hanya ada bebatuan yang beraneka ragam dengan udara yang dingin, angin seolah menerbangkan es-es di sekitar sini, itu pemandangan di sekitar, tapi di luar dari sana, pemandangan hutan yang jauh dan langit yang cerah tampak sangat indah dan menyenangkan mata. Di sana seluruh bagian hutan sejauh mata memandang dapat terlihat dengan baik. “Apa yang sedang kau cari?” tanya Le'theo yang merasa agak bingung dengan tingkah Zhevarous. “Memeriksa keadaan, ini cukup berguna.” Pria itu menjawab dengan tenang, suhu tubuhnya sudah hangat dan udara di sini tak memengaruhi tubuhnya. Busur api benar-benar berguna ketika keadaan seperti ini. “Ya, memang.” Tak lama, ekspresi Zhevarous tampak senang seolah baru mendapat hadiah. Dia mengingat sesuatu yang penting. “Oh, aku ingat, ini adalah pegunungan Snhelacetyre. Hanya dua puluh kilometer jauhnya dari kerajaan,” kata Zhevarous setelah menyaksikan segala pemandangan yang dilihatnya, entah dari mana dia bisa tahu tentang daerah ini. Le'theo tak peduli dan tak penasaran ingin mencari tahu. “Bagus jika kau ingat, kita harus mencari tempat untuk beristirahat, aku perlu memulihkan mana, aku yakin kau juga tak akan bisa mempertahankan busur itu terlalu lama.” “Kakak benar. Aku akan mencari tempat yang bagus kalau begitu. Semoga saja menuruni gunung batu ini tak perlu menghabiskan waktu yang terlalu lama. Aku tak tahan dengan suhu dinginnya.” Maka Zhevarous segera berlari menuruni gunung, tentu saja hal tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, apalagi dia harus tetap mempertahankan busur api yang menjaganya agar tetap hangat dari suhu sedingin es ini. Bebatuan padat yang kukuh itu sangat licin dilapisi es-es yang mengilap, jalanan juga tak ada yang mulus, semua curam dan susah untuk dilalui, akan lebih bagus jika semua itu dilalui dengan cara terbang. Sayang sekali dia tak bisa melakukan itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD