“Terdengar sangat mudah. Sederhana juga.” Aku segera memberinya komentar, meski aku tahu jika mempraktikkannya jauh lebih sulit daripada saat mengatakannya.
“Yap, maka dengan aturan seperti itu, konsumsi mana jelas sangat boros karena digunakan sebagai bahan baku dan energi untuk membuat alat bekerja.” Itu alasan dari Chadrish yang sejak kemarin tak bisa menghadapi monster-monster yang ada di hutan ini, mana pada dirinya tak memadai dan sekali rapalan mantra, itu mengonsumsi banyak.
“Tambahan, kita juga menggunakan tongkat untuk mengurangi alat dan usaha yang dibutuhkan untuk meracik dan mengolah semuanya, alat-alat sihir jelas berguna untuk meminimalisir beban dan pemborosan saat penggunaan mantra sihir. Maka dari itu, tongkat dan alat sihir lainnya bisa dibilang adalah sesuatu benda yang berharga.” Dia mengeluarkan tongkatnya dan mengayun-ayunkannya singkat, lalu menaruh lagi ke tempatnya. Yang kumaksud mengeluarkan, itu adalah muncul secara tiba-tiba dan kemudian hilang secara tiba-tiba juga. Kupikir, ada tas spatial atau semacamnya, seperti ruang dimensi khusus yang bisa digunakan untuk menyimpan benda atau alat sihir.
“Aku mengerti. Dengan kata lain, penggunaan mantra dan sihir itu membebani tubuh kalian ya, alat-alat sihir bisa berguna untuk mengurangi beban itu.” Aku membalas mengasumsikan semuanya. Pelajaran ini rasanya cukup membuatku paham dengan apa yang terjadi mengenai tahap-tahap pengerjaan mantra sihir sampai akhir menjadi bentuk sihir itu sendiri.
“Ya, begitulah dengan keadaan tubuh ini, rasanya agak ada yang kurang. Kadang linu dan lelah juga.” Dia mengangguk mengiyakan.
“Oke, lalu bagaimana dengan perubahan menjadi binatang?” Aku teringat dengan apa yang dilakukan Chadrish, berubah menjadi serigala, burung hantu, serangga bercahaya. Sepertinya cara kerja mantra sebelumnya tak berlaku dengan hal ini, aturan dan tahap-tahap dari pembuatannya sama sekali tak sama dengan apa yang diterangkan sebelumnya. “Kupikir aturan dan cara-cara yang tadi sama sekali tak berlaku dengan mantra berubah wujud.” Aku menambahkan dan ia langsung mengangguk.
“Tepat sekali, jika membahas mengenai mantra perubahan wujud, itu memang sedikit berbeda dan ada tahapan lain dalam melakukannya.”
“Sudah kuduga.” Aku bergumam.
“Hmm, dan perubahan wujud sama sekali tak mengonsumsi mana sebanyak mantra sihir serangan. Emm ... tergantung bentuk perubahanmu juga sebenarnya. Kadang ada mantra perubahan wujud yang menguras mana di dalam tubuh.” Ia segera mengoreksi ucapannya sendiri ketika tiba-tiba mengingat sesuatu.
“Tapi intinya perubahan adalah kemampuan yang paling hemat dalam konsumsi mana. Lagi pula prinsip sihir berbeda-beda tergantung jenis penyihir itu sendiri. Sayang sekali, perubahan tubuh menjadi binatang memiliki batas waktu, apalagi seorang penyihir akan merasakan ketidaknyamanan ketika berubah wujud.” Ia mengakhiri ucapannya, tangannya membalik telur yang dibakar itu dengan caranya sendiri, aku merasa bahwa dia sudah terbiasa melakukan hal-hal seperti ini, membalik telur pun terlihat begitu mudah untuk dilakukan. Aku tahu pekerjaan seperti itu pastilah akan sangat sulit untuk dikerjakan, apalagi kalau aku yang melakukannya.
“Iya juga, aku ingat jika penyihir itu ada beberapa jenis.” Aku bergumam pelan sambil mengangguk. Meski dikatakan sebagai penyihir, tapi dalam film-film dan buku, penyihir itu ada jenis-jenisnya, tak banyak yang kuketahui, tapi salah satunya ada wizard.
“Yap, aku akan menjelaskannya jika kakak mau.” Ia membalas lagi. Tapi segera kugelengkan kepalaku untuk menolak tawarannya.
“Nanti saja, mempelajari sihir juga agak susah kutangkap.” Aku membalas, sebisa mungkin menolak dengan nada biasa saja.
“Ya sudah. Apa ada lagi yang kakak ingin tanyakan lagi?” tanyanya. Ia tampak sudah siap menjawab segala pertanyaan yang akan kuajukan padanya. Terlihat tertarik dan begitu percaya diri.
“Tidak, aku paham. Jika ada pertanyaan lain yang terbesit dalam kepalaku, maka akan kuajukan.” Aku menggeleng menanggapi, semua pertanyaan itu tentang sihir sudah dijawab, lalu segera saja terlintas pertanyaan lain dalam kepalaku.
“Oh iya, kenapa kau jadi memanggilku kakak? Karaktermu juga berubah seolah kau adalah orang lain. Itu agak aneh, apa itu juga termasuk sihir?” Dia segera mengubah ekspresinya menjadi agak terkejut dan malu seolah melupakan hal penting di mana itu seharusnya sudah disampaikan padaku sejak lama. Dia segera saja berdiri dan menghadap ke arahku. Dia tersenyum bingung dan dua kali menggaruk kepalanya.
“Ah, iya. Kami lupa tak mengatakan hal ini. Kakak, bukan hanya dirimu saja yang tubuhnya memiliki dua jiwa, tapi aku dan yang lainnya juga sama, kami juga memiliki dua jiwa,” ujarnya. Pernyataan itu membuatku tak percaya. Apa dia tak bercanda? Maksudku, dia juga sama? Ada jiwa lain di dalam tubuhnya?
“Apa?” tanyaku dengan kaget, aku benar-benar tak menyangka akan hal seperti ini, aku tak tahu jika orang-orang ini juga memiliki jiwa lain dalam tubuh mereka, seperti yang kualami. Aku benar-benar tak percaya.
“Sulit dipercaya. Aku pikir ... aku pikir ....” Sengaja aku tak melanjutkan ucapanku.
Ah, baiklah, itu menjawab mengapa karakternya sedikit berbeda dan rambutnya berubah warna, kupikir dia gosong gara-gara terbakar.
“Namaku Lactris, yang satu lagi Chadrish. Maafkan aku karena baru memperkenalkan diri. Sungguh, semua kejadian ini sangat mendadak dan buruk. Kami juga tak mau membuat kakak ketakutan dan stres sehingga pada akhirnya kau menjadi tak waras. Situasi semacam ini tak membiarkan kami memperkenalkan diri dengan baik dan terbuka. Kami sungguh minta maaf.” Dia berbicara dengan penuh rasa bersalah, nada bicaranya membuatku tak tega. Dia menunduk dan setengah merunduk. Sebenarnya, dengan semua keadaan ini saja sudah hampir membuatku merasa paling gila dan tak waras, serangan beruntun yang mengagetkanku hampir tak mampu diterima oleh otakku.
“Angkat kepalamu. Aku tahu ini sulit, meski aku kesal dan sebal dengan semua yang menimpaku, tapi ini memang bukan kesalahan kalianーjatuh di tempat menyeramkan ini adalah pengecualiannya. Aku akan tetap menyalahkan tentang ini.” Dia sudah sempat lega dengan perkataanku, tapi dia berubah kecut dan suram ketika mendengar kalimat terakhir, Lactris hanya mampu tersenyum kaku.
“Mengenai itu ....”
“Pokoknya nanti, aku akan meminta pertanggungjawaban atas semua ini. Kalian jangan melarikan diri.” Aku menyela dan menegaskan, Lactris buru-buru mengangguk dengan takut. Aku tersenyum singkat melihat kesetujuannya.
“Nah, kita bisa kesampingkan itu nanti, aku ingin kenal nama-nama kalian, kupikir kau bersedia mengatakan semuanya lebih jelas lagi.” Aku memintanya dengan halus sehingga suasana kembali tenang. Bahkan Lactris mengubah ekspresinya dan dengan senang hati bersedia memberi tahu.
“Namaku Lactris Cherion, aku memiliki tubuh utama, seperti Kakak. Chadrish jiwa kedua, seperti Nyonya Xhellvana. Aku adalah penyihir generasi muda yang kebetulan memiliki rupa yang mirip dengan Chadrish.” Penjelasannya membuatku mengangguk-angguk, Lactris ternyata adalah orang yang sama sepertiku.
“Apa yang membedakan kalian? Selain perbedaan karakter?” tanyaku. Dia sejenak berpikir.
“Warna rambut, kepribadian dan tipe sihir. Selebihnya kami sama persis.” Ia menjawab. Ah aku sadar sekarang, Chadrish tentu saja memiliki kemampuan menyihir angin, sementara yang di sini adalah api, jelas berbeda.
“Jadi kalian memiliki satu bidang sihir masing-masing?” tanyaku. Aku hanya menerka dari semua yang kulihat saja. Tapi Lactris menggeleng.
“Penguasaan mantra itu sulit, tak semudah seperti yang ada pada film di duniamu. Maka sampai usia seperti ini, aku hanya mampu menguasai dua jenis mantra, dan api adalah keahlianku. Chadrish juga memiliki dua, angin adalah yang utama baginya. Seiring dengan berjalannya waktu, kekuatan dan tubuh kami yang akan semakin kuat, maka sihir lain akan mampu kami kuasai.” Ia menerangkannya dengan rinci, ini ilmu dan pengetahuan lainnya. Ada tahapannya ternyata, kukira seorang penyihir mampu membuat sembarang mantra sihir.
“Oh, itu jika berupa sihir utama yang kuat, sihir lemah yang sederhana tetap mampu kami lakukan. Contohnya seperti menggerakkan benda dalam jarak dekat, terbang, memasak, mengolah bahan obat, menebang pohon dan beberapa hal biasa lainnya.” Ia segera mengoreksi mengatakan semuanya dengan nada yang antusias dan penuh rasa ketertarikan yang kuat. Sepertinya Lactris ini benar-benar memiliki kepribadian bocah muda yang sesuai dengan usianya. Berbeda dengan Chadrish yang lebih sering serius dan dewasa.
“Begitu ya, lalu kapan dan bagaimana bisa Chadrish ada di dalam dirimu?” tanyaku. Ini adalah sesuatu yang menjadi rasa penasaranku tatkala mengetahui fakta bahwa mereka juga satu tubuh dengan dua jiwa sepertiku.
“Kami adalah wizard biasa, tapi suatu hari aku mendapat mimpi aneh yang akan terlalu panjang jika kujelaskan, intinya setelah beberapa kali mengalami mimpi itu akhirnya roh Chadrish bereinkarnasi ke dalam tubuhku. Itu terjadi saat aku berusia sepuluh tahun.” Entah kenapa aku merasa jika Lactris menjadi sedikit cerewet. Apa karena ia sangat bersemangat bercerita ya?
“ Awalnya memang dia sudah ada, tapi belum bangkit sepenuhnya. Tapi ketika aku mendapat jenis mantra kedua, sub sihir yang kumiliki, maka Chadrish bangkit sepenuhnya dan kami bisa saling berkomunikasi juga akhirnya bisa saling bertukar posisi.” Dia menerangkan rincian yang terjadi pada hidupnya. Itu tak jauh berbeda denganku, meski sebenarnya Nona Xhellvana tak kusadari kapan ada di dalam tubuhku. Yang jelas apa yang terjadi pada Lactris adalah tahapan dan proses yang secara perlahan terjadi, berbeda denganku, aku baru tahu belum lama tentang semua ini, dan apa yang sudah kualami? Banyak sekaliーdan itu mayoritas mengancam keselamatanku.
“Permisi, apa ini yang kau sebut reinkarnasi? Kukira bukan seperti ini yang namanya reinkarnasi.” Mendengar kata Reinkarnasi, aku benar-benar tak setuju dengan apa yang dia maksudkan sebagai reinkarnasi, itu benar-benar tak sesuai dengan prinsip reinkarnasi dari yang kupahami selama ini. Aku lebih suka menganggap ini sebagai kerasukan, sensasinya memang seperti itu. Lactris tampak bingung untuk mengatakan sesuatu, dia tampak berpikir dulu untuk membalas ucapanku.
“Anggap saja reinkarnasi yang tak sempurna.” Akhirnya hanya itu yang dia katakan. Tetap saja tak kusetujui.
“Tetap saja ini bukan reinkarnasi.” Aku bersikukuh. Ini benar-benar bukanlah yang dinamakan sebagai reinkarnasi. Serius.
“Maksudku, reinkarnasi bukan seperti itu sistemnya.”
“Lupakan itu, ayo kita makan, kukira telurnya sudah matang.” Ia segera mengalihkan topik, pada saat itu Lactris mengalihkan perhatiannya pada telur itu lalu ia mengangkatnya menjauhkan telur dari api yang tampak tak berkurang ukuran dan panasnya.
Oh astaga aku sampai lupa jika kita sedang memanggang telur, karena semua ini, aku jadi lupa tentang keadaan perutku yang kelaparan. Lactris berubah lagi menjadi Chadrish. Aku agak kaget melihat perubahan itu, meski yang lebih menebarkan ketika melihat dia berubah menjadi sosok hewan, tapi yang seperti ini juga agak membingungkan.
“Sepertinya aku harus terbiasa dengan hal ini, mengingat aku juga bisa berganti-ganti jiwa seperti itu.” Aku menggumam pelan saat pergantian itu terjadi.