73 – Mana, Magic And Spell Works

1463 Words
Chadrish tak melakukan banyak, dia hanya membuat api lebih besar, bahkan pada sebagian wilayah, ia membuat api baru untuk mengusir serangga-serangga di sana. Dan usaha itu terbukti cukup ampuh, sebagian pergi dan sebagian menjauh, mereka mengawasi dari kejauhan di mana kegelapan menutupi wujud mereka. Hal itu membuatku tak sampai melihat mereka. Baguslah, ini lebih baik dari sebelumnya. Aku segera mengucapkan terima kasih padanya lalu kami mengobrol lagi sambil menunggu telur yang dibakar itu matang. Kami kembali duduk lalu membahas topik sebelumnya, yaitu mengenai sihir yang digunakannya. Chadrish tak langsung memberikan jawaban atas pertanyaanku, dia tampak masih antusias dan tertarik dengan pistol itu. Ingin segera memakainya, aku merasa aneh memang, dia memperlakukan benda berbahaya itu –Jika penuh dengan peluru—sebagai mainannya. “Para penyihir menggunakan mantra yang membentuk suatu sihir, penggunaan itu mengonsumsi mana cukup besar dan jika tubuh kami tak kuat dan tak memiliki banyak mana, satu mantra saja akan membuat kelelahan, bahkan jika itu memberi beban yang lebih besar dari yang bisa tubuh tahan maka penyihir akan pingsan, bahkan dalam skenario yang lebih buruk lagi, penggunaan mantra sihir yang terlalu kuat dan besar akan membunuh si perapal mantra itu sendiri, seperti itulah cara kerjanya. Hal itu menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk membuatku dan yang lain tak akan menggunakan mantra jika tak diperlukan.” Dia memberi penjelasan sambil memain-mainkan s*****a itu, uh tanganku masih kebas. Penjelasannya benar-benar panjang dan jelas, ini sedikit memberiku kejelasan mengenai kemampuan para penyihir. Aku mengangguk mengerti dengan apa yang ia katakan, sepertinya mereka memiliki batas dalam penggunaan sihir. Memang benar, ini sama seperti kita yang terlalu banyak aktivitas dan bekerja, maka tubuh kita akan cepat lelah dan kekurangan energi, mungkin saja cara kerja sihir juga tak jauh seprti itu, hanya saja level dan aturannya sedikit berbeda dari contoh mudah yang kusebutkan. “Dari yang kulihat dari Le'theo saat melakukan itu, sepertinya dia menciptakan sihir yang agak rumit, hanya memasukkan sihir ke dalam sini lalu merapal mantra, dan lepaskan. Hasilnya sudah jelas, akan terlontar jenis sihir yang dimasukkan ke dalam sini dalam kekuatan yang lebih kuat dari biasanya.” Ia mengarahkan pistol ke arah salah satu monster serangga raksasa, suara letupan s*****a terdengar dan segera saja tekanan api besar melesat ke arah si serangga sampai membakar tubuh itu. Raungan keras dikeluarkan si monster yang terbakar seketika itu juga. Apa yang dilakukannya membuat beberapa binatang panik, aku juga merasa agak terkejut karena pistol itu memang menghasilkan suara letupan cukup keras. “Ini menguntungkan kami,” katanya. Tampak seperti dia merasa puas dengan hasil yang didapat dari melepaskan tembakan itu. “Aku masih bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi? Sihir yang dilepaskan lebih kecil tapi kerusakannya besar, maksudku itu adalah s*****a biasa dan tidak akan membantu sama sekali.” Aku menggumam sendiri, tapi tampaknya dia mendengarkan. “Bukan sihir, tepatnya mana. Sihir adalah sesuatu yang tercipta dari mantra, mantra akan bekerja jika ada mana.” Ia mengoreksi perkataanku yang salah. Berarti aku memang salah mengucapkan sejak awal ya, huh, sepertinya aku malah harus banyak belajar. “Oh, aku paham. Tapi bagaimana bisa sesuatu yang keluar dari pistol bisa menghasilkan daya hancur lebih besar dari biasanya? Aku tahu dia tak merapal mantra jika apa yang kau katakan itu benar.” Aku masih memikirkan apa hubungan antara pistol dengan daya hancur yang berlipat, soalnya jika dipikir dengan apa yang dikatakan dia sebelumnya mengenai sihir, maka itu tak ada hubungannya sama sekali, sepertinya pistol biasa tak akan memberi dampak apa-apa bagi besar kecilnya sihir yang dihasilkan, tapi yang kulihat sama sekali berbeda dari teori itu. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? “Aku belum tahu detailnya, tapi daya lontar benda ini bisa membuat mana meledak dan menciptakan sihir besar. Sejauh ini perkiraanku adalah aku merapal beberapa mantra sekaligus lalu melepaskan semuanya secara bersamaan dalam satu tarikan pelatuk ini. Faktanya, benda yang tak memiliki mana atau kekuatan khususーseperti tongkat sihir contohnyaーtak akan memberikan bantuan apa pun saat rapalan mantra sihir dimulai.” Ia menerangkan dengan sedikit panjang. Aku jadi paham mengapa wanita yang berada di dalam tubuhku—yang belum lama kutahu, tepatnya kemarin jika namanya adalah Xhellvana—langsung tidur atau tepatnya beristirahat, setelah beberapa kali menggunakan kekuatannya dalam waktu yang agak lama. Meski aku agak aneh karena dia benar-benar tak mengucapkan mantra, hanya satu kata biasa saja. Tak seperti Chadrish dan teman-temannya. “Jadi, ini dengan kata lain seperti memadatkan beberapa bahan peledak dalam suatu wadah lalu diledakkan sekaligus.” Aku langsung berasumsi, Cahdrish mengangguk. “Nah, itu contoh mudahnya. Karena pistol ini adalah benda biasa, aku pikir ini tidak akan bertahan terlalu lama, mana terlalu berat untuk ditahan benda biasa.” Setelah mengatakan itu, pistol tersebut langsung meleleh hancur menjadi beberapa bagian. “Aku bahkan baru selesai bicara.” Ia bergumam sambil menunduk memandangi potongan pistol di sana. Setelahnya ia menoleh memandangku. “Maaf, aku tak sengaja menghancurkan pistolnya.” “Aku tak peduli dengan benda itu, toh tak bisa kugunakan juga.” Aku membalas mengabaikan benda itu hancur begitu saja. “Syukurlah, kukira Kakak akan marah.” Ia terlihat lega. Mana mungkin aku marah hanya karena benda yang kupungut rusak? Tanpa peluru, pistol itu sama sekali tak ada gunanya. “Lalu bagaimana cara kerja mana, mantra dan sihir?” Selagi dia ada di sini, selagi kami beristirahat, aku ingin tahu lebih banyak. Apalagiーmenurut Chadrish yang tak mau kuakui meski itu benar—aku adalah penyihir juga, setidaknya jika memang aku adalah penyihir, aku harus tahu hal-hal dasar dan sesuatu yang sederhana seperti cara kerja mantra sihir. Aku tak mau jika suatu hari nanti, ketika aku menjadi penyihir sungguhan, aku akan menjadi orang bodoh karena tak tahu apa-apa mengenai dunia sihir. “Emm ... selagi kita punya waktu untuk istirahat, sepertinya tak ada salahnya aku sedikit memberi beberapa hal yang kuketahui.” “Penggunaan sihir juga tak sama seperti yang ada dalam film-film yang kau tonton, penggunaan ini memakai sistem penembusan beberapa alam yang berbeda, dengan menggabungkan semuanya maka mantra akan bereaksi terhadap mana dan mantra yang kemudian akan menciptakan sesuatu yang baru berupa bentuk sihir.” Dia memberi penjelasan yang bagiku agak rumit untuk ditangkap. Apa maksudnya? “Aku kurang paham,” kataku dengan malu. Dia tampak tak sebal atau reaksi kesal apa pun, tapi menghela napas sesaat. “Kuberi contoh menggunakan sesuatu yang biasa dilakukan di duniamu,” katanya. Sepertinya dia akan menjadi guru yang akan membagikan materi yang berguna, maka dari itu aku duduk manis dan mendengarkan, bersikap seperti murid yang baik. Dia juga sebenarnya duduk manis sebagai seorang guru yang baik. “Ketika kau akan membuat sepotong roti, maka kita memerlukan banyak alat dan bahan yang akan diolah menjadi sepotong roti. Begitu juga dengan sihir, ketika kita ingin menciptakan api dari mantra sihir, maka bahan utamanya adalah mana, kemudian kita perlu bahan lain yang diambil dari dunia lain, dimensi lain.” Ia mulai memberikan penjelasan berupa materi tenang sihir. Wah, bagus juga dia memakai contoh berupa makanan, itu akan jauh lebih mudah kutangkap. Maka saat ia memberi penjelasan, aku mengangguk-angguk saja tanpa buka suara, sengaja agar tak mengganggu. “Setelah semua bahan dirasa cukup, maka kita perlu alat untuk membuatnya, mantra dan lingkaran sihir adalah alat yang dimaksudkan. Sementara mana yang digunakan sebagai bahan baku, itu juga digunakan dan berfungsi menjadi tenaga dan usaha untuk mengolah semuanya. Maka setelah persiapan jadi, kita sebagai penyihir yang berperan sebagai koki akan meracik dan mengolahnya sesuai resep yang telah ditentukan, itu adalah proses setelah perapalan selesai dan api pun tercipta.” Ia menunjukkan seberkas api kecil pada ujung telunjuknya. Tapi itu hanya sesaat dan segera padam saat itu juga. Aku mengangguk-angguk paham dengan apa yang dia jelaskan. “Dengan tambahan, mana yang kau miliki harus cocok dengan mantra sihirnya, jika berlawanan, maka itu tak akan berguna. Mantra yang kau buat dan kau rapalkan juga harus sesuai penulisan dan pengucapannya. Jika salah, itu tak akan bereaksi apa-apa, kejadian buruknya, kau akan mengalami kecelakaan, contohnya seperti apa yang kita alami. Meski pengucapan sudah sesuai, tapi karena ada kesalahan dalam penulisan mantra, kita mengalami kecelakaan. Pendaratan yang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.” Dia mengakhiri penjelasannya. Dengan kata lain, ketika seorang penyihir ingin menciptakan sesuatu dari mantra sihir dan mana yang dia miliki, maka banyak prosesnya. Aku jadi bingung dan juga mengapresiasi Chadrish dan yang lainnya ketika mereka merapal mantra sangat cepat dan menghasilkan sihir dalam pertarungan dalam waktu yang singkat. “Terdengar sangat mudah. Sederhana juga.” Aku segera memberinya komentar, meski aku tahu jika mempraktikkannya jauh lebih sulit daripada saat mengatakannya. “Yap, maka dengan aturan seperti itu, konsumsi mana jelas sangat boros karena digunakan sebagai bahan baku dan energi untuk membuat alat bekerja.” Itu alasan dari Chadrish yang sejak kemarin tak bisa menghadapi monster-monster yang ada di hutan ini, mana pada dirinya tak memadai dan sekali rapalan mantra, itu mengonsumsi banyak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD