17. MIMPI BURUK

1738 Words
Sambil menunggu Jasmine, Axel berganti pakaian yang sebelumnya mengenakan kemeja kerja kini sudah berganti menggunakan kaos santai berwarna putih. Pria itu bahkan belum mandi karena masih cemas dengan keadaan Lily yang kini tengah berada di kamar, ditemani oleh Jasmine. Berkat bantuan Jasmine, akhirnya Axel berhasil membawa Lily pulang tanpa sepengetahuan Grace dan Leo. Ia sengaja menghubungi Jasmine untuk menanyakan dimana keberadaan orang tua mereka dan beruntungnya Grace dan Leo sedang beristirahat di kamar. Dan kini, Lily sudah berada di dalam kamar setelah tadi sempat pingsan. Sebelum keluar dari kamar, ponsel milik Axel yang diletakkan di nakas berdering keras. Pria itu segera melihat siapa yang menghubunginya. “Halo Toni.” “Bos, saya sudah bicara dengan satpam di sini. Tidak ada hal yang mencurigakan, sepertinya ini murni kecelakaan biasa. Toilet itu memang jarang digunakan jadi mungkin saja pintunya rusak dan membuat Nona Lily terkunci.” “Jadi bukan disengaja? Tapi kenapa lampunya bisa mati, agak tidak masuk akal. Untuk apa Lily ke toilet itu bahkan dalam keadaan gelap?” Ucap Axel heran. “Kemungkinan disengaja ada tapi kalau mendengar penjelasan satpam sepertinya memang karena kesalahan teknis. Mungkin tunggu Nona Lily yang menceritakan bos.” “Baiklah, kalau kondisi Lily memungkinkan aku akan tanya. Apa satpam sudah diberi tahu agar masalah ini tidak usah di blow up? Aku takut Lily tidak mau ada yang tahu peristiwa ini.” “Sudah, mereka paham harus melakukan apa.” “Terima kasih Toni.” Axel kembali meletakkan ponselnya, lalu keluar dari kamar untuk menuju dapur untuk mengambilkan Lily air putih. Hati-hati pria itu menuruni anak tangga agar tidak membuat kedua orang tuanya bangun. Sampai di dapur, Axel mengambil gelas besar dan mengisinya dengan air. Sengaja tidak membawa air dalam botol kemasan, karena tidak ada yang ukuran besar. “Axel, sedang apa?” Tiba-tiba Grace datang ke dapur. “Kamu baru pulang?” Axel mendadak gugup. “Iya Ma, kenapa bangun?” “Mama lupa mengambil air dan sekarang haus.” “Oh iya, kamu lihat Lily sudah pulang? Tadi Mang Soni bilang kalau Lily ada kerjaan tambahan.” Tanya Grace sambil tangannya sibuk memegang gelas untuk mengisinya dengan air. “Sudah, tadi aku dengar suara pintu terbuka dan tertutup.” “Syukurlah kalau begitu. Mama balik ke kamar ya.” “Iya Ma, selamat malam.” Axel bernapas lega karena Grace sama sekali tidak curiga. “Syukur kalau Mama Grace nggak nanya-nanya lagi.” Pria itu segera kembali ke lantai dua untuk menuju kamar Lily. Sampai di depan pintu kamar gadis itu, perlahan Axel membukanya dan berharap kalau Jasmine berhasil membuat Lily tenang atau tidur. Axel bernapas lega saat melihat Lily sudah berbaring di atas tempat tidur dengan mata sudah tertutup. “Jasmine, aku minta tolong apa yang terjadi dengan Lily jangan sampai ada yang tahu terutama Papa dan Mama Grace.” Ucap Axel kepada adiknya. Jasmine mengangguk, tangannya mengusap air matanya yang sejak tadi tidak berhenti keluar. “Mas, beneran kalau Kak Lily nggak apa-apa?” “Iya nggak apa-apa kok, tadi dia masih bisa ngomong kan saat kamu bantu ganti baju?” Jasmine mengangguk. “Iya sih tapi malah banyakan bengong.” “Nggak apa-apa, sebelum pulang juga sempat aku bawa ke klinik dan dokter bilang Lily mengalami syok ringan dan perlu istirahat.” “Mas gimana ceritanya sih Kak Lily bisa terkunci di kamar mandi?” “Aku juga nggak tahu. Belum sempat tanya soal kronologi karena aku nggak mau bikin Lily takut dan sedih.” Jasmine menghembuskan napas pelan, menoleh ke arah Lily yang tertidur. “Pertama kali liat kondisi Kak Lily seperti ini. Rasanya sedih banget, pasti dia benar-benar ketakutan. Kak Lily agak takut sama suasana gelap Mas, cuma kadang dia sok kuat aja.” Axel mengusap pucuk kepala Jasmine agar membuat gadis itu tenang. “Sebaiknya kamu istirahat, besok kan sekolah.” “Ya sudah kalau begitu aku tinggal ya, Mas. Tolong jaga Kak Lily, dia terlihat kuat tapi hatinya rapuh.” “Iya, aku di sini dulu,” jawab Axel. Selepas kepergian Jasmine, Axel memutuskan untuk berdiam diri di kamar Lily. Ia memandangi Lily yang sedang tertidur setelah dibantu Jasmine mengganti pakaian lalu minum obat agar lebih tenang. Sejak sadar dari pingsan, gadis itu terus saja diam dan tidak mau bicara. “Kenapa bisa kekunci di sana? Lo pasti takut banget kan di tempat gelap seperti tadi. Ceroboh banget,” ucap Axel pelan. Axel menarik kursi meja rias yang ada di sana lalu meletakkannya di samping tempat tidur Lily. Perlahan tangannya menggenggam tangan Lily, meremasnya dengan lembut. “Kalau benar ada yang menjebak lo, gue janji akan buat perhitungan. Walaupun gue suka jutek atau jail tapi gue tidak akan membiarkan orang lain ada yang berniat jahat sama keluarga gue termasuk itu elo. Tapi gue harap ketakutan gue nggak benar dan lo memang murni terkunci sendiri.” Tangan pria itu terulur ke bagian kepala Lily, mengusap pucuk kepalanya pelan agar gadis itu tidak terbangun. “Tidur ya Ly, saat elo bangun maka yang terjadi hari ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang tidak perlu elo khawatirkan.” = = = = “Dasar Lily nggak punya ayah. Ayahnya malah pergi sama wanita lain!” “Ih kasian banget cuma punya Mama tapi nggak punya Papa.” “Kita nggak level temenan sama elo yang keluarganya hancur. Mama lo pasti nggak pintar jaga suami.” Beberapa teman sekolah Lily sedang mengelilingi Lily yang tengah menangis. Semua nampak senang mencibir dan membully gadis itu karena tidak memiliki ayah. “Diam kalian semua!” teriak Lily. “Apa dosa kalau tidak punya Papa? Hidup gue baik-baik aja tanpa sosok Papa dan kalian jangan sok sempurna karena memiliki orang tua yang lengkap.” “Kalau bahagia kenapa sekarang nangis?” cibir salah satu anak perempuan yang seragamnya sudah tidak rapi lagi. “Ini karena kalian! Kenapa kalian senang sekali menghina aku?” “Karena kamu lemah, Ly!” sahut yang lain sambil tertawa lebar, seolah puas dengan penderitaan Lily. = = = = “Diam!!!!” teriak Lily. Axel yang tertidur sambil duduk, terperanjat mendengar teriakan Lily. “Lo kenapa?” Lily nampak bingung, peluhnya mengucur dan matanya basah karena menangis. “Axel,” panggil gadis itu. “Iya ini gue, lo aman tenang saja,” ucap pria itu menenangkan Lily yang sudah dalam keadaan duduk. Axel beranjak dari duduknya dan pindah ke pinggir tempat tidur Lily. “Lo mimpi buruk?” Bukannya menjawab, gadis itu memeluk Axel tiba-tiba hingga membuat pria itu terdiam kaku. “Ly, gue belum mandi. Kalau lo meluk yang ada malah pingsan,” ucap Axel yang tidak enak jika tubuhnya menimbulkan bau yang tidak sedap karena belum mandi. Bukannya menjawab justru terdengar suara isak tangis dari Lily, bahkan tubuhnya bergetar karena menangis. Ragu-ragu Axel membalas pelukan Lily. Tangannya perlahan mengusap punggung gadis itu, berharap bisa membuat Lily tenang. “Nangis aja kalau memang itu bikin lo lega. Tapi tenang, lo sudah aman, kita sudah ada di rumah kok.” “Gue takut, takut banget sama tempat gelap. Pleas jangan tinggalin gue sendiri,” ucap Lily dalam tangisnya. “Lo nggak marah kalau gue di sini? Kan lo paling sebel kalau dekat sama gue.” “Untuk kali ini gue minta tolong, gue takut.” Axel mengangguk, “Iya gue temenin lo di sini. Tapi kalau sudah tenang, jangan nangis lagi.” Perlahan Lily mengurai pelukannya. Mengusap air matanya yang sudah membasahi baju yang dikenakan oleh Axel. Axel mengambil gelas berisikan air putih yang tadi ia ambil di dapur. “Minum dulu ya, biar kondisi lo membaik.” Lily menurut saja, ia meneguk air putih itu hingga tersisa setengah. “Makasih,” ucap Lily. Axel kembali meletakkan gelas tersebut di meja nakas. Ternyata tidak sia-sia ia menyiapkan ini karena benar saja Lily mengalami kepanikan. “Maaf,” ucap gadis itu sambil tertunduk. Pria itu jelas bingung karena tiba-tiba Lily meminta maaf. “Kenapa minta maaf?” “Karena sudah bikin lo repot.” “Repot apanya? Perasaan gue nggak ngelakuin apa-apa.” Axel mengapit dagu Lily sehingga gadis itu berhenti menunduk. “Ini masih tengah malam, sebaiknya tidur lagi. Oke?” Lily menatap Axel dengan dekat, semakin sering menatap iris cokelat itu semakin membuat Lily merasa tidak asing. “Lo sendiri nggak tidur?” Axel tersenyum, “Gue tidur kalau elo udah tidur. Jadi sekarang gue temenin lo dulu.” Untuk kali ini tanpa perlawanan apapun, Lily menurut saja dengan perkataan Axel. Perlahan ia membaringkan tubuhnya kembali dan berharap mimpi buruk itu tidak muncul lagi. “Tidur yang nyenyak, jangan takut dan jangan memikirkan hal lain. Lo harus istirahat biar besok kondisinya membaik.” Ucap Axel sambil menarik selimut agar menutupi tubuh Lily. “Terima kasih,” ucap Lily pelan. Axel tidak menjawab, pria itu hanya tersenyum tipis kepada Lily. Ia berusaha membuat gadis itu nyaman dan bisa tidur dengan cepat tanpa merasa cemas. “Ini salah satu alasan kenapa gue dan bokap sangat berhati-hati dalam menjaga lo dan Jasmine. Bukan masalah sok protektif tapi kita tidak pernah tahu bahaya apa yang sedang mengintai. Lo, Jasmine dan Mama Grace sama-sama berpotensi mengalami hal buruk karena masuk ke dalam keluarga Wardana. Jadi selama gue dan Papa bisa bertindak, tolong terima saja dan jangan mengeluh. Coba kalau lo nggak tinggal di sini, lo nggak pakai supir dan gue nggak minta Toni ngawasin lo, nggak tahu kan sampai kapan lo bakalan terjebak di kamar mandi sampai pingsan. Ya syukur kalau ada orang yang nyadar lo nggak ada, kalau misalnya sampai orang nggak sadar, gimana?” Axel memperhatikan Lily yang sudah tertidur tapi nampak sangat gelisah. Tangan Axel kembali memegang tangan Lily, mengusapnya dengan lembut. Entahlah, ia merasa sangat sedih melihat kondisi gadis itu yang jauh berbeda dari Lily yang ia kenal. Biasanya gadis ini akan kesal dan marah ketika berhadapan dengannya. Tapi malam ini, ia mendapati Lily yang sangat rapuh. Namun bagaimana pun ia juga merasa lega karena Lily tidak mengalami pingsan kembali. “Lebih baik gue dengar lo marah-marah daripada begini. Manggil gue engsel pintu, nyebelin atau manusia es batu, terserah Ly, asal jangan seperti ini. Lilyput yang cerewet gue tunggu lo baik kembali.” Batin Axel. ~ ~ ~ --to be continue-- *HeyRan* -------------- Hai mau ingetin lagi kalau aku tidak membuat jadwal up yang pasti ya. Jadi setiap hari waktu update tidak tentu dan semuanya aku info di sosial media. Bagi yang berkenan bisa add F B aku HeyRan atau I G hello.heyran. Di sana aku share jadwal update atau visual para tokoh. Terima kasih :) RAN
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD