2. EGOIS

1673 Words
Lily baru saja sampai di Bogor dengan menumpang kereta yang berangkat pagi. Selanjutnya ia pulang ke rumahnya dengan menaiki taksi online yang sudah di pesan sebelumnya. Lily tinggal terpisah dengan mama dan adiknya karena jarak rumah dan tempat kerja yang cukup jauh. Maka sejak pertama bekerja, ia memilih untuk menyewa kos di Tanggerang yang menjadi tempat tinggalnya sampai sekarang.  Tidak butuh waktu lama, Lilyana sudah sampai di rumah sederhana yang selalu ia rindukan. Rumah yang mampu membuat keluarganya melupakan kenangan pahit dulu. “Kak Lily,” sapa Jasmine adik satu-satunya yang Lily miliki. Lily membuka pintu gerbang rumahnya dan mendapati adiknya sedang memindahkan tanaman yang sepertinya menjadi penghuni baru di rumah itu. “Hai...” Lily memeluk adiknya dengan erat. Dua minggu tidak bertemu membuatnya begitu rindu dengan Jasmine. “Kangen Kak Lily,” bisik Jasmine. Lily menepuk punggung adiknya dengan lembut sebelum mengurai pelukannya, “Yakin kangen? Paling juga ada maunya,” goda Lily. Jasmine tersenyum lebar, “Tahu aja sih Kakakku satu ini” Lily menjawil hidung adiknya, “Dasar, nggak ikhlas banget kangennya.” Jasmine tertawa dengan ucapan kakaknya, “Yuk ah masuk Kak, kayaknya mau hujan.” Jasmine membantu kakaknya membawa koper kecil yang berisikan pakaian Lily. Lily langsung menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. Lelah dan mengantuk, itu yang di rasakan saat ini. Semalam ia harus mencuci beberapa pakaiannya agar saat kembali ke kos tidak ada pekerjaan lagi. Setelahnya harus mengemas beberapa pakaian untuk dibawa pulang. Sekitar pukul satu dini hari baru bisa tidur dengan nyenyak. Pukul empat pagi ia sudah bangun karena kereta yang di tumpangi berangkat pagi. Alhasil ia merasa tubuhnya lelah dan butuh istirahat. Lily baru sadar, sejak ia datang satu sosok tidak muncul menghampirinya. “Mama mana? Biasanya Kakak pulang, Mama yang pertama kali muncul,” tanya Lily heran. “Mama masih keluar, Kak. Nanti juga pulang,” jawab Jasmine santai sambil duduk di sebelah kakaknya. Kening Lily mengkerut, merasa curiga dengan jawaban sanga adik. “Keluar? Kemana? Bawa pesanan kue?” Grace memang memiliki usaha membuat kue di rumah. Ia tidak ingin Lily bekerja terlalu keras karena harus menghidupi dirinya dan Jasmine. Maka dengan adanya usaha kue ini diharapkan bisa membantu untuk kebutuhan sehari-hari. Jasmine menggeleng, “Nggak, pergi sama temannya” Lily merasa semakin aneh, “Pergi sama teman? Sejak kapan Mama suka pergi sama temannya?” Grace memang berubah tertutup sejak kejadian tujuh tahun lalu. Ia tidak suka menjadi bahan pembicaraan teman atau tetangga. Maka lebih memilih untuk mengurangi pergaulan dan fokus dengan usahanya. Jasmine mendesah lelah, “Kakak mending mandi dulu, terus nanti kita makan. Mama udah masak makanan enak. Aku juga udah lapar.” Jasmine berusaha mengalihkan pembicaraan karena kalau Lily sudah ‘kepo’ terhadap sesuatu maka gadis itu tidak akan pernah lelah untuk mencari tahu mengenai kebenarannya. “Iya kakak mandi dulu, terus kita makan. Kakak juga laper banget, tadi cuma sarapan roti aja.” Lily beranjak dari sofa dan pergi ke kamarnya sambil membawa koper kecil miliknya. Jasmine mendesah lega karena Lily tidak meneruskan pertanyaannya. Ia takut kalau kakaknya tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Grace. “Kak Lily harus tahu, masa mau disembunyikan terus. Yang ada nanti dia ngamuk terus uang jajan aku melayang,” pikir Jasmine takut dan ngeri. Tidak menunggu lama, Lily keluar dari kamarnya, sudah berganti pakaian dan wajah terlihat segar. Bahkan rambutnya masih terlihat setengah basah karena habis keramas. “Yuk makan, katanya laper malah main hp terus,” ajak Lily kepada Jasmine yang sibuk dengan ponselnya. “Aku kan masih nunggu Kakak, gimana sih,” jawab Jasmine ketus. Lily terkekeh geli melihat kekesalan adiknya. Suasana seperti ini selalu ia rindukan jika kembali ke rantauan. Masakan Grace, menjaili adiknya dan bisa ngobrol sepanjang hari bahkan hingga malam bersama-sama. Seolah lupa bagaimana ketiganya berjuang hidup tanpa seorang pemimpin keluarga. Tapi dengan kerja keras mamanya, akhirnya Lily mampu lulus kuliah dan kini bisa bekerja di tempat yang layak, membantu biaya sekolah Jasmine dan menyiapkan bekal untuk adiknya masuk ke perguruan tinggi. Lily dan Jasmine sedang asik menyantap makan siang yang sudah disiapkan oleh Grace. Menu favorit Lily adalah Soto Lamongan yang tidak pernah bosan dimakan jika hasil racikan sang mama. “Dik, emang Mama pergi ke mana sih? Kamu belum jawab pertanyaan Kakak dari tadi?” Jasmine segera menyambar gelas berisi air minum lalu meneguknya hingga tersisa setengah. “Kak, kalau aku cerita yang sebenarnya Kakak marah nggak kira-kira?” tanya Jasmine hati-hati. Lily menatap adiknya curiga, “Cerita apa dulu nih?” “Ya apa pun tentang Mama.” “Buruan ah, kalau kayak gini kamu malah bikin Kakak makin penasaran tahu.” Jasmine memutar bola matanya, ia sudah tahu pasti kakaknya tidak akan sabar jika sudah penasaran seperti ini, “Sebenarnya Mama pergi sama pacarnya, Kak” Lily terdiam, matanya terbelalak bahkan mulutnya terbuka karena terkejut dengan apa yang diucapkan oleh adiknya. “Kakak nggak salah dengar, Dik? Atau kamu yang salah ngomong?” Jasmine mendesah lemah, “Kakak nggak salah dengar dan aku nggak salah ngomong. Selama ini Mama punya pacar dan berencana mau menikah,” jelas Jasmine dengan gamblang. Lily langsung tersedak mendengar ucapan adiknya, “Uhukkk uhuukk” Lily menepuk dadanya beberapa kali agar batuknya berkurang. Jasmine langsung menyodorkan gelas berisi air agar Lily bisa segera minum, “Kak, makannya pelan-pelan dong. Ampe keselek begitu.” Seoleh Jasmine yang tidak sadar justru ucapannya yang membuat kakaknya tersedak. Lily mencoba menenangkan dirinya, ia harus tahu semua cerita tentang mamanya selama ini. Kenapa hal sepenting ini justru ia tahu dari adiknya, padahal ia adalah anak tertua harusnya ia tahu lebih dulu. “Tunggu, hal penting apalagi yang Kakak nggak tahu? Kamu harus ceritakan dari awal sama Kakak,” pinta Lily dengan serius. “Iya iya, tapi mukanya santai dong. Serem amat sih Kak, kayak setahun tinggal di hutan. Haus akan segala informasi,” ledek Jasmine. “Cerewet ah. Buruan!” Kalau keadaan seperti ini, Lily sering lepas kontrol terhadap adiknya. Jasmine menarik napas lalu menghembuskan pelan sebelum memulai bercerita. “Jadi selama sebulan ini, Mama punya teman dekat namanya Om Leo. Menurut cerita Mama, Om Leo adalah mantan pacar Mama waktu SMA. Nah keduanya ketemu waktu acara nikahan anaknya Tante Wulan. Jadilah sampai sekarang mereka dekat lagi.” “Terus kamu bilang Mama mau nikah.” “Itu sih bukan pengakuan dari Mama, tapi dari Om Leo sendiri. Kalau Mama belum ada bilang begitu sama aku.” “Kamu pernah ketemu dia?” Jasmine mengangguk, “Pernah, beberapa kali datang ke sini. Om Leo cerita kalau udah jadi duda lama banget. Dan senang bisa ketemu Mama lagi. Karena dulu lulus SMA Mama pindah ke Bandung jadi mereka putus. Begitu kira-kira ceritanya.” Lily mencerna setiap kata yang diucapkan adiknya. Kenapa hal sepenting ini Grace tidak cerita. Ada rasa marah dan kecewa tapi ia juga tidak tahu apa alasan Grace menyembunyikan ini padanya. “Terus apa lagi yang kamu tahu tentang mereka?” “Om Leo itu baik banget, Kak. Dia sopan dan terlihat sangat tenang. Aku aja yang pertama ketemu udah bisa ngerasain gimana tulusnya sayang sama Mama” “Mama ngakunya ada hubungan apa sama orang itu?” “Mama bilang cuma teman dekat tapi tumben banget aku lihat mata Mama berbinar setelah tujuh tahun isinya sedih mulu.” “Kenapa kalian nggak ada cerita ke aku?” Jasmine merasa tidak enak kepada Lily. “Bukan nggak mau cerita Kak, tapi Mama masih nunggu Kakak pulang.” “Kan bisa telpon,” protes Lily. “Kakak kira Mama nggak khawatir setelah cerita ke Kakak lewat telpon? Mama tahu tabiat Kakak gimana. Kalau nggak diem ya Kakak bakalan langsung pulang ke rumah buat minta penjelasan. Mana mau Mama kayak gitu, mending nunggu Kakak pulang terus cerita semuanya.” Lily benar-benar bingung dengan semua fakta yang diceritakan olah adiknya. Selama ini mamanya tidak pernah membicarakan pria lain atau bahkan mengatakan ingin menikah kembali. Ketiganya hidup dengan baik tanpa pernah membahas soal pasangan hidup Grace. “Kak, Kakak nggak suka ya kalau Mama nikah lagi?” “Dari tadi ngomomg nikah mulu. Mama sendiri belum ada bilang ke kamu kan?” “Ya misalnya, Kak. Lagi pula Om Leo udah bilang sama aku.” “Kalau kamu, setuju Mama menikah?” “Sebanarnya aku sedih lihat Mama hidup sendiri kak. Ya emang sih ada kita berdua, tapi kalau nanti Kakak nikah atau aku kuliahnya di luar terus Mama sama siapa?” Jasmine mendesah lemah, “Selama ini Mama udah terlalu banyak menyimpan kesedihan sendirian, Kak. Papa bahagia sama keluarga barunya, sedangkan Mama masih sedih dengan segala masalah yang udah berlalu cukup lama. Jadi pas tahu Mama punya teman dekat, aku ikut senang. Belum pernah aku lihat Mama wajahnya semringah setiap pagi, selalu senyum dan semangat setiap harinya. Kak, pikirin baik-baik soal ini karena nanti Mama pasti bakalan cerita. Jangan hakimi Mama, karena Mama nggak salah. Kita jangan jadi anak yang egois dan biarkan Mama menikmati hidupnya dengan seseorang yang bisa membuatnya bahagia.” “Tapi kita nggak tahu siapa orang itu, Jasmine.” “Aku tahu kok, Kak” ucap Jasmine percaya diri. “Iya kamu tahu orangnya karena pernah ke sini” Jasmine menggeleng, “No, aku tahu banyak tentang Om Leo.” “Coba sebutin apa aja yang kamu tahu” Jasmine mengangguk lalu mengambil ponsel yang ia simpan di saku celananya. Ia fokus memperhatikan layar ponselnya, “Jadi orang itu namanya Leo Wardana seorang pengusaha sukses asal Surabaya dan tinggal di Jakarta. Pemilik White Send Company. Seorang duda beranak satu yang sekarang jadi CEO White Send Company bernama Axel Wardana berumur dua puluh tujuh tahun dan belum menikah.” Lily mengerjapkan matanya, menatap tidak percaya pada kemampuan adiknya mencari tahu pria yang mengaku menjadi pacar mamanya, “Gilá, kamu dapat informasi dari mana?” Jasmine tersenyum bangga, “Jadi Om Leo pernah kasih kartu namnya sama aku. Katanya kalau ada apa-apa bisa hubungi dia langsung. Terus aku cari di google siapa sebenarnya dia, and you now what Kak, Om Leo tajir banget,” ucap Jasmine dengan wajah takjub. ~ ~ ~ --to be continue-- *HeyRan*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD