bc

The Nobles Romance

book_age18+
34
FOLLOW
1K
READ
powerful
princess
royalty/noble
sweet
bxg
royal
victorian
kingdom building
love at the first sight
addiction
like
intro-logo
Blurb

Brisa Dalbert gadis dari keluarga saudagar yang cukup terkenal dikotanya, tiba-tiba saja ia mendapat titah dari penguasa negerinya untuk dijodohkan dengan salah satu pangeran bergelar bangsawan.

Hidupnya yang tentram dan damai seketika luluh lantah, kini ia harus menikah dengan pangeran pilihan, terjebak dalam permasalahan istana dan juga dimusuhi oleh seorang putri mahkota yang sangat mencintai calon suaminya.

Brisa ingin menyerah saja, bisakah ia menolak titah perjodohan itu?

-

Genre : Romance Kerajaan ala-ala bangsawan Eropa abad pertengahan.

Tekan tanda Love untuk memasukkan cerita ini ke dalam pustaka kalian.

chap-preview
Free preview
TNR - 1
Musim gugur telah tiba, seorang gadis tengah duduk menatap rindangnya pohon maple berwarna oranye yang tampak cantik memikat mata. Ia tetap setia mengadahkan kepala meski daun-daun maple menghujaninya, dirinya sangat menyukai suasana musim gugur. “Nona, apa kau senang dengan musim gugur tahun ini?” tanya seorang pelayan yang setia berada disisinya. “Aku senang, ketika musim gugur tiba aku bisa mengingat kembali masa-masa indah itu.” Sorot matanya terlihat sendu. “Nona...” “Ahh, lupakan! Ayo kita segera kembali ke kediaman.” Gadis itu menyela, perasaannya berubah-ubah dengan cepat. Jika bukan demi menyambut musim gugur di awal tahun, ia sangat malas keluar dari kamarnya yang nyaman. “Tunggu sebentar, aku akan meletakkan kursi ini ke tempat semula.” Pelayan tadi berucap. Gadis itu hanya mengangguk pelan sebagai balasan. Brisa Dalbert, anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakak laki-lakinya sudah menikah dan memiliki anak, tinggal dirinya lah anak perempuan satu-satunya yang belum memiliki niat untuk berpasangan. Brisa menghela napas pelan, lama sekali Ella mengembalikan kursi itu. Brisa memutuskan untuk menunggui pelayannya di depan gerbang. Tepat saat ia berbalik badan, angin bertiup cukup kencang hingga menerbangkan tudung kepalanya. Brisa mengerjapkan mata untuk menyesuaikan terpaan angin, ketika ia membuka matanya kembali terlihat sosok pria bertubuh tinggi tegap berada dihadapannya. Pria itu melirik ke bawah kakinya, tudung kepala Brisa terbang terbawa angin hingga jatuh tepat pada pria itu. Pria itu berjongkok mengambil tudung Brisa, lalu menegapkan badannya kembali. Brisa buru-buru menghampiri pria itu untuk meminta kembali tudungnya. “Ini milikmu?” tanya pria itu sembari mengulurkan tudung tersebut. Brisa mengangguk. “Ya, terima kasih.” Ella berjalan dengan cepat karena tak mendapati majikannya, ketika ia melihat dua sosok di depan sana sontak saja bola matanya melebar. “Salam untuk Prince Arthur Hamilton,” ujar Ella dengan membungkukan badan hormat. Brisa masih berdiri dengan tegak, justru ia kebingungan melihat Ella yang membungkuk takut-takut. “Nona Brisa, cepat beri salam untuk Prince Arthur.” Ella menarik-narik tangan Brisa agar ikut membungkuk. Tapi gadis itu setia untuk diam, ia benar-benar tipe gadis yang suka mengurung diri di rumah, mana paham dengan dunia luar ataupun kasta-kasta yang diduduki oleh pemerintahan. Brisa menatap pria itu dengan lekat, ia tidak kenal sama sekali. Pria itu juga menatap Brisa dengan diam, cukup heran dengan gadis itu karena tidak mengenali identitasnya. “Ella, dia siapa hingga kau harus membungkuk seperti ini?” tanya Brisa dengan gamblangnya. Ella meringis disela-sela badannya yang terus membungkuk. “Beliau adalah Prince Arthur Hamilton, putra ke empat dari King Alexander Hamilton.” Ella tetap menjawab pertanyaan majikannya. Sedikit banyak Ella merutuki kemalasan nona mudanya yang lebih suka bergemul di dalam selimut, dibandingkan berjalan-jalan mengenal dunia luar seperti gadis-gadis seumurannya. Mendengar kalimat terakhir Ella, sontak saja membuat bola mata Brisa membulat. Ternyata pria yang berdiri dihadapannya ini adalah seorang bergelar Prince—pangeran. Brisa berusaha menormalkan ekspresinya agar tidak terlihat bodoh-bodoh sekali karena tertinggal informasi, ia memberanikan diri menatap dalam Arthur. “Maaf karena tidak mengenali Anda, Prince Arthur.” Brisa hanya menundukkan kepala singkat, tanpa membungkukkan badan. Arthur hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. “Sekali lagi mohon maafkan saya, kami permisi.” Brisa buru-buru menarik kerah baju milik Ella, membuat si empunya tertarik dan berdiri dengan spontan. “Nona Brisa!” Ella memekik pelan kala Brisa menariknya untuk pergi dari hadapan Arthur, bahkan ia belum memberi salam permisi pada pangeran itu. Arthur menoleh ke belakang, melihat punggung gadis itu yang perlahan-lahan ditelan oleh bangunan. Sementara itu sepanjang perjalanan menuju kembali ke rumah, Ella tak henti-hentinya mengomeli nona mudanya karena berlaku tidak sopan terhadap Arthur. “Ella, kenapa kau menjadi cerewet setelah bertemu dengan Prince Arthur? Sebenarnya majikanmu aku atau dia?” tanya Brisa dengan raut wajah kesal. “Nona Brisa tetap menjadi majikanku, tapi kuasa Prince Arthur setingkat di atas Nona.” Balas Ella dengan cepat. Brisa mendengus kecil, ia berjalan dengan susah payah karena mengenakan gaun yang panjang dan berlapis. Jika di rumah ia hanya mengenakan pakaian sederhana, tapi kala keluar rumah ia perlu mempertahankan etika. Akhirnya keduanya sampai di depan rumah, bangunan bercorak abad pertengahan Eropa itu tampak bersih dan tertata rapi. Hanya saja ada yang mengherankan, kenapa tiba-tiba saja rumah itu terlihat ramai oleh kendaraan kereta kuda? “Ella, kau tahu siapa tamu Ayah?” tanya Brisa disela-sela langkahnya yang mulai melambat. Ella menggelengkan kepala pertanda tidak tahu, ia juga tidak diberi informasi apa-apa soal kedatangan tamu. Berarti tamu ini datang secara mendadak dan tiba-tiba. “Baiklah, kita lewat jalan samping saja kalau begitu.” Brisa tidak jadi masuk ke dalam rumah melalui jalan depan karena ada banyak tamu yang datang. Namun, kala ia ingin berpindah jalan, tiba-tiba saja ada pelayan lain yang menghentikannya. “Akhirnya Nona Brisa pulang juga, Tuan Dalbert sudah menunggu Anda sejak tadi.” “Ayah mencariku, untuk apa?” Brisa ingat bahwa ia sudah mengantongi izin untuk pergi ke taman kota melihat pohon maple, bahkan ayahnya itu sangat mendukung bila sang putri mau berjalan-jalan daripada tidur-tiduran dan bermalas-malasan di kamar. Pelayan tadi menggeleng tanda tidak tahu. “Mungkin ada kaitannya dengan tamu-tamu ini,” ujar Ella. Seketika itu Brisa tampak cemas. “Jangan-jangan orang-orang ini adalah rentenir yang hendak memeras uang dengan embel-embel pajak?” “Bisa ya dan tidak, lebih baik Nona segera ke sana.” Ella mengibaskan tangannya untuk mengusir sang nona. “Yaaa! Aku heran sebenarnya siapa yang Nona di sini? Aku atau Ella.” Brisa bergumam sembari mendecak lidah. Tak butuh waktu lama untuk Brisa segera hadir menemui sang ayah, di sana juga ada para tamu yang memenuhi ruangan. Dari pakaian yang dikenakan orang-orang itu, Brisa bisa menebak bahwa mereka merupakan utusan kerajaan. Jadi, tidak mungkin kan utusan kerajaan mau menagih pajak secara ilegal? Pikirnya. “Duduk lah, Brisa.” Dalbert berujar. Brisa duduk dengan tenang. “Tuan Barron, ia adalah putri satu-satunya yang saya miliki.” Dalbert berujar. Barron meneliti Brisa dari atas hingga bawah, otaknya sedang mencerna beberapa hal. “Siapa namamu, Nona?” tanya Barron. “Brisa Dalbert,” jawabnya. Barron mengangguk singkat. “Jadi kedatangan kami ke kediaman kalian adalah untuk menyampaikan titah King Alexander, Nona muda dari kediaman Dalbert diminta untuk ikut serta dalam perjodohan para prince istana.” “Maksudnya?” Brisa masih belum paham. “King Alexander memiliki putra yang belum berpasangan, Anda merupakan kandidat yang dipilih langsung oleh King Alexander untuk menikahi salah satu putranya.” Lanjut Barron. “APA?!” Brisa langsung berteriak seketika. Tidak-tidak, ia belum mau menikah apalagi dengan orang-orang kerajaan yang penuh dengan aturan pengekangan. “Brisa!” Dalbert memperingati putrinya yang berlaku tidak sopan pada utusan kerajaan. “Kenapa harus saya? Saya bukan seorang princess, hanya seorang putri pedagang biasa.” Brisa berkilah dengan cepat. Ia bukan seorang bergelar princess bangsawan, keluarga Dalbert hanya saudagar yang memiliki bisnis dagang kebutuhan pokok. “Saya tidak berhak menyampaikan alasan King Alexander, datang lah ke istana besok, Anda bisa menanyakan hal ini langsung pada beliau.” Barron berujar lagi. Wajah Brisa menjadi murung seketika, ia melirik pada sang ayah, Dalbert juga tidak bisa berbuat apa-apa karena ini titah langsung dari seorang penguasa negeri. “Baiklah hanya itu yang bisa saya sampaikan, kami sangat menanti kehadiran Nona Brisa di istana.” Barron bersiap pergi bersama dengan pengawal-pengawalnya. “Tunggu dulu...” Brisa menyela segera. Barron menghentikan langkahnya dan melirik gadis itu. “Prince mana yang akan dijodohkan dengan saya?” tanya Brisa. Barron tersenyum kecil lalu berujar, “Anda akan mengetahuinya besok.” Setelah berkata demikian Baron pun keluar dari kediaman ditemani oleh Dalbert, melihat hal itu tentu saja membuat Brisa kesal menjadi-jadi. “Ahh malang sekali nasibku.” Ia merutuki nasibnya yang harus dijodohkan dengan prince kerajaan. Sumpah demi langit dan bumi, Brisa tak pernah bermimpi secuil pun menjadi bagian dari istana. Selama ini ia juga banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan keluar. Lalu bagaimana King Alexander mengetahui tentang dirinya? Setelah mengantar rombongan Barron, Dalbert buru-buru kembali masuk ke dalam rumah dan melihat putrinya. “Ayah, bagaimana ini? Aku tidak ingin ikut terlibat dalam keluarga kerajaan.” “Ayah juga tidak tahu, entah kenapa tiba-tiba King Alexander sendiri yang mengeluarkan titah. Cukup mengherankan mengingat dirimu juga jarang membaur dengan orang-orang bangsawan,” jawab Dalbert. “Kenapa Ayah tidak langsung menolak saja permintaan Tuan Barron?” “Kau ingin ayahmu ini mendapat masalah? Menolak titah King Alexander secara gamblang sama saja dengan bunuh diri, lebih baik kau datang saja ke istana dan katakan pendapatmu itu.” “Apa aku harus datang?” tanya Brisa dengan ekspresi lesuh. “Ya, setidaknya kau perlu tahu prince mana yang akan menjadi pasanganmu. Jikapun kau ingin menolak, lakukan dengan perlahan agar tak membuat King Alexander tersinggung.” Dalbert sendiri tak pernah berniat menjodohkan putrinya, tahu bahwa Brisa tipikal anak yang sulit untuk dibujuk apalagi mengenai masalah hidup. “Omong-omong, ada berapa prince yang belum berpasangan?” Dalbert mendongak menatap langit-langit rumahnya, otaknya sedang mencerna suatu hal. “King Alexander memiliki tujuh putra dan satu putri yang lahir dari rahim ibu berbeda-beda. Putra pertamanya ialah Lord Archilis yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan, baru saja menikah dengan Lady Vlorencia. Prince keempat, keenam dan ke tujuh yang belum memiliki pasangan.” Brisa mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan singkat Dalbert. Kini ia bisa mengambil kesimpulan, ketiga prince itu yang akan menjadi calon suaminya, itupun ketika ia mau menerima perjodohan tersebut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook