3. Kado untuk Jackson Han

1367 Words
Andrew Yang diam menatap adik iparnya. Ada rasa iri dalam dirinya setiap matanya menatap Jackson Han. Terpaut hanya  beberapa bulan lebih muda darinya, mereka sudah berteman sejak  di bangku kuliah. Sama-sama lulusan universitas luar negri yang cukup ternama, Andrew dulunya juga berasal dari keluarga yang berada. Hanya saja digilas oleh persaingan yang semakin ketat, ditambah gaya hidup keluarga nya yang royal, kini keuangan keluarga Andrew sedikit morat marit. Karena itulah, ia terpaksa harus puas menerima posisi sebagai wakil direktur yang didapatnya setelah  menikahi kakak Jackson, daripada meneruskan bisnis keluarganya yang tidak mempunyai prospek cerah. Menelan harga dirinya sendiri karena  harus menjadi bawahan dari orang yang dibencinya. Awalnya, Andrew  mengira bahwa berhasil menikahi putri pertama dari keluarga Han, akan menjadikannya president direktur dan penerus Han Company. Apalagi dia tahu betul bahwa semula Jackson sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk meneruskan bisnis keluarganya. Bisa dibayangkan betapa kecewanya dirinya ketika rupanya Jackson berubah pikiran dan memutuskan untuk menerima tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki penerus nama Han. Kekesalannya pada iparnya makin bertambah karena Jackson memiliki kharisma, dan kecerdasan yang jauh diatas rata-rata. Bahkan ketika kuliah pun ketika mereka sama-sama mengambil jurusan bisnis, pria itu mampu dengan mudahnya mengalahkan Andrew di segala mata pelajaran. Selalu membuat Andrew merasa lelah menjadi nomor dua. Perbedaan fisik kedua nya juga sangat mencolok. Jackson, hoby bermain basket, memiliki tubuh yang jangkung, dan atletis. Senyumannya yang menggoda ditambah rahang tegas yang terpahat di wajah sempurnanya selalu menarik perhatian di manapun dia muncul. Andrew, sementara itu, bertubuh pendek, kekar, dan hampir tidak memiliki leher. Punggungnya yang berotot tampak menonjol keluar dari tubuhnya mengingatkanmu pada seekor banteng yang siap menerjang, lengkap dengan matanya yang sipit.  “Jangan khawatir, Jack. Aku sudah cek berulang kali. Neocyber menerima penawaran yang sudah disepakati. Kini kita bisa mulai memakai software mereka untuk menambah efisiensi kerja di lapangan,” ucap Andrew kepada pria yang masih menunduk meneliti lembaran kertas di hadapannya. Jackson meraih pulpen dari meja nya dan mulai menandatangani kertas itu sebelum menyerahkan nya balik kepada Andrew. “Ok, mari kita uji coba. Sebagus apakah program yang dibuat Neocyber. Ingatkan lagi mereka, sesuai perjanjian, jika efisiensi tidak bertambah 30% dalam 3 bulan, kita berhak untuk memutuskan kontrak. Mengingat mahalnya biaya yang mereka tarik per bulan,” balas Jackson yang di jawab oleh anggukan dari Andrew. Suara Jackson yang dalam dan nada nya yang tenang selalu bisa membuat siapapun yang diajak bicara merasa segan, termasuk Andrew. “Oh iya," seru Andrew sambil meraih bola stres dari meja Jackson. "Sebelum aku lupa. Ama meminta mu untuk datang makan malam di rumah, sabtu ini. Setelah dibuat pusing oleh pilihanmu, kini rupanya Ama memutuskan untuk mencari calon menantu sendiri.” Jackson tertawa mendengar ucapan kakak iparnya. “Kukira Ama sudah menyerah setelah sengaja ku kenalkan dengan wanita-wanita yang kukencani.” Yang dia tahu tidak ada yang memenuhi kriteria calon menantu idaman yang diinginkan Amanya. Jackson menyayangi dan menghormati Ibunya. Tapi di usianya yang baru 33 tahun, belum terpikirkan dibenak Jackson untuk terikat hanya pada seorang wanita, apalagi menikah. Ia sedang berada di puncak karirnya, dan masih ingin menikmati kebebasannya. Sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukannya jika sudah beristri. Karenanya ketika ibunya yang dipanggilnya Ama, memintanya untuk segera menikah, Jackson sengaja mengenalkan ibunya dengan sederetan kekasihnya. Tahu bahwa tidak akan ada di antara mereka yang sukai oleh ibunya dan berharap agar wanita itu akhirnya menyerah dengan keinginannya. Walaupun ke empat wanita yang pernah di kenalkan Jackson kepada ibunya semuanya cantik dan dari kalangan berada, mereka adalah wanita-wanita modern yang tidak terlalu paham dengan tradisi dan aturan kuno. Sementara itu, Annie, mengharapkan calon istri Jackson adalah orang yang mirip dengannya karena kelak wanita itu akan menggantikan poosisinya sebagai nyonya besar keluarga. “Kurasa dia menyadari taktikmu. Kini kau tidak punya pilihan karena kudengar wanita ini sama kaku nya dengan Ama. Jika dia berhasil memenuhi kriteria yang diajukan Ama sebagai calon istrimu, kau tidak akan punya pilihan selain menerimanya,” ucap Andrew sambil menertawakan Jackson dalam hati. Setengah berharap Jackson akan menentang keinginan ibunya. Membuat wanita itu murka dan mungkin mencoretnya dari daftar ahli waris yang akhirnya membuka jalan mulus baginya untuk menguasai kekayaan keluarga istrinya. Jackson mendengus mendengar cemoohan Andrew. “Tidak masalah. Kalaupun dia bisa meluluhkan hati Ama, akan kubuat dirinya berpikir seribu kali sebelum berani melangkah masuk kedalam keluarga ini.” “Oh ya? Memang apa yang akan kau lakukan?” pancing Andrew. “Hm… apa satu hal yang tidak bisa diterima oleh seorang calon istri?” tanya Jackson dengan mata menyipit. Andrew terdiam sejenak sebelum mengangkat bahunya. "Entahlah." “Wanita lain tentu saja. Akan kubuat dia mengundurkan diri bahkan sebelum Ama selesai dengan tes-tes nya,” jawab Jackson dengan suara penuh kemenangan. Andrew tertawa mendengar rencana gila Jackson. "Kau sudah gila, Jack." “Apakah kau sudah bertemu dengannya?” tanya Jackson penasaran. “Calon istrimu? Belum. Mungkin malam nanti. Kudengan Ama menjemputnya siang ini. Gadis malang. Apa yang dilakukannya di kehidupan sebelumnya hingga harus menerima cobaan dari keluarga Han,” gelak Andrew sambil meremas bola stress milik Jackson. “Jika saja kau tidak menghamili Jiejie sebelum pernikahan. Mungkin kau juga akan melewati cobaan yang sama dari Ama, yang aku yakin tidak akan bisa kau lewati,” ucap Jackson menatap wajah pria yang ada di hadapannya. Perasaan tidak suka Andrew kepada Jackson, rupanya tidak bertepuk sebelah tangan. Walau sudah kenal sejak kuliah dan bahkan menjadi kakak iparnya, Jackson juga membenci Andrew. Ia paham betul bahwa Andrew selama ini tidak mencintai kakak nya dan menikahinya hanya karena mengincar harta keluarganya. Sayangnya, dengan keadaan kakaknya yang sudah terlanjur dihamili oleh Andrew, mau tidak mau, keluarganya harus menerima Andrew sebagai suami Ella tanpa banyak pilihan. Andrew balik mendengus mendengar ucapan Jackson yang merendahkan. “Paling tidak aku hanya setia pada seorang wanita. Dibandingkan dirimu. Apakah kau masih mengencani Miss Beautiful?” Jackson tertawa. “Hah?!? Setia katamu?” sindirnya membuat Andrew mengerutkan mulutnya tidak suka. Tidak ingin berdebat dengan iparnya di kantor, Jackson tidak melanjutkan cercaannya. Ia memilih menjawab pertanyaan Andrew tentang wanita yang di kencaninya. “Yap. Miss Beautiful dan beberapa wanita lain. Sementara kau terikat kepada kakak ku dan hanya bisa sembunyi-sembunyi untuk menemui wanita lain, aku menikmati hidupku dengan bebas, Andrew. Tanpa menyakiti siapa-siapa,” balas Andrew akhirnya. Tidak mampu menyimpan sindirannya lebih lama. Ucapan Jackson membuat Andrew menggeram pelan. Jika saja dirinya memiliki kekayaan dan ketampanan Jackson, tentu saja tidak ada yang diinginkannya daripada menikmati hidup dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Hal yang tentu saja kini tidak mungkin bisa Andrew lakukan blak-blakan karena sudah beristri. Ella yang walaupun anggun, memiliki watak yang tidak sabaran, cemburuan dan merendahkan. Membuatnya selalu merasa tidak kompeten. “Sudahlah, aku keluar dulu. Jangan lupa, makan di rumah sabtu malam,” balas Andrew sambil melemparkan bola stress balik ke arah d**a Jackson yang langsung menangkap pria itu dengan satu tangan lebarnya. Setelah kepergian Andrew, Jackson mengetikkan namanya sendiri ke dalam laptop yang ada diatas mejanya. Tidak memakan waktu lama, berbagai berita dari berbagai website muncul berderet. Di pilihnya berita gosip terbaru yang muncul mengenai wanita yang menjadi pilihan ibunya. Mata tajamnya memandang foto yang terpampang di layar. Berkulit putih, bermata kelam, gadis itu terlihat sangat muda dan polos. Jauh berbeda dengan wanita-wanita modis dan modern yang sering di bawanya keluar. Rambut hitamnya yang sebahu dibiarkan terurai lurus tanpa hiasan apa apa. Hm… Anya Li… Wajahnya membosankan… Ama, apa yang kau rencanakan padaku?, gumam Jackson dalam hati. Bunyi dering ponsel miliknya membuatnya mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Diraihnya benda itu dari atas meja dan menempelkannya ke telinganya. “Ya?” sapa Jackson. “Hai, sayang. Aku sedang ada di mall ketika aku melihat sebuah lingerie yang mengingatkanku padamu,” balas suara seorang wanita dengan nada manja. Jackson tersenyum mendengar godaan Karen Wu, sang Miss Beautiful yang di kencaninya saat ini. “Hm… Bisakah kau jelaskan secara detail, baby? Kau tahu sendiri aku tidak bergitu pandai untuk berkhayal.” “Uhmmm… Bayangkan pita kado dengan warna merah. Lalu bayangkan pita itu berada di tubuhku, hanya menutupi bagian-bagian tertentu. Menunggumu untuk membukanya, sabtu malam?” Jackson mengerang, “Ah… Maafkan aku baby, sabtu aku ada acara keluarga. Bagaimana kalau malam ini? Belilah yang kau mau, pakai kartu kredit yang kuberikan padamu. Aku sudah tidak sabar untuk membuka kado ku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD