bc

Turkey Untuk Mamah

book_age16+
20
FOLLOW
1K
READ
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Mendapatkan mamah baru tak membuat Merry merasa bahagia setelah perpisahannya dengan, liliy, wanita telah berjasa melahirkannya ke dunia

Rasa kangen yang mengakar sangat membuat dirinya mencari keberadaan sang ibu, melarikan diri dari rumah nyamannya juga pernah ia tempuh

Namun itu juga bukan jalan yang mudah untuk dia menemui, liliy.

Dengan kemampuan yang memumpuni, keadaan serta situasi yang telah berubah Merry kembali mencari ibu kandungnya di negri asing dimana dia tak tau sama sekali tentang negara tersebut

Berbekal niat kuad, serta upaya di kerahkan dirinya dapat menemui sang ibu tercinta, butuh waktu cukup lama bagi dirinya dapat melepas rindu.

Akan tetapi Merry harus menerima kenyataan, mendapati Mamahnya, tak dapat hidup lebih lama lagi.

Dengan berlapang hati, Merry mencoba memberikan hal terbaik yang ia bisa

Menikmati setiap pergantian hari ke hari dari setiap sudut kota indah. Bernama Turkey, keinginan sederhana ibunya ketika kecil, ia ingin mengabulkan itu semua bersama, selagi ada waktu.

chap-preview
Free preview
Aku dan dunia ku
"kau kemana saja?" Pria itu sedari tadi sudah menunggui sang istri tengah pulang larut "Aku ada urusan" Matanya sama sekali tak melihat pasangannya "Kau itu, banyak sekali bohong!" " Tau apa kau tentang ku!" Balas liliy berteriak Pertengkaran pasangan suami istri itu terlalu ribut tak sadar putri kecil mereka menahan tangis dari balik pintu kamar. " Ib..u .. ayyahh" rengekannya memegangi telinga, enggan mendengar kelanjutan menyakitkan ***** Terus berulang pertengkaran pasangan suami istri itu berujung di pengadilan agama, memutus ikatan secara sah. " Kau siap dengan keputusan mu itu mas" "..." " Aku harap kau tak menyesali nya" " Tentu". . " Telah di putuskan nyonya liliy Carolin serta tuan Anggara telah resmi bercerai" Dok.. Dok . . Palu telah di ketuk keras, pertanda perceraian mereka telah sah di mata hukum. " Ayah, mama tak ikut?" Merry bertanya polos menatap ayahnya keheranan tanpa sang ibu di samping Ya Tuhan aku harus bilang apa "Mama masih pergi jauh, ada urusan Merry nemenin ayah aja ya" Kata-kata terlontar dari mulut Anggara juga bertujuan menangkan diri sendiri jua, anggara sudah sakit hati di tipu terus oleh mantan istrinya. Kedua pasangan itu berdiri di depan gedung pengadilan menatap pilar tinggi megah bangunannya " Kau siap dengan keputusan mu itu mas" "..." " Aku harap kau tak menyesali nya" " Tentu" Anggara melangkah mendahului calon mantan istrinya memasuki gedung putih " Mas" Wanita itu hampir saja meraih tangan Anggara namun dapat ia tahan, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih memandang nanar "Iya ada apa?" " Soal hak asuh, tolong jaga Merry ya. Aku tau kamu akan jadi ayah yang baik untuknya" " Tentu aku selalu berusaha jadi kepala rumah tangga yang baik, jangan samakan dengan mu" Ujarnya dengan tatapan dingin meningalkan liliy. **** " Soal hak asuh, tolong jaga Merry ya. Aku tau kamu akan jadi ayah yang baik untuknya" " Tentu aku selalu berusaha jadi kepala rumah tangga yang baik, jangan samakan dengan mu" " Mas" Gumamnya lirih tak sampai terdengar oleh pria di depannya. "Andai kamu tau mas" Gumamnya terdengar sedih, tatapannya masih kosong menatap keluar jendela melihat keramaian kota dari lantai atas kamar apartemen miliknya "Udah makan belum?" Sosok wanita lain menyelonong masuk ke dalam kamar kakak nya, menyapa wanita itu agar tak lebih larut di dunianya  " Kamu Dateng" Teti memandangi kasihan tubuh kurus si kakak " Ayo makan, aku sudah bawakan masakan kuz untuk mu" Teti membuat gestur untuk liliy, agar mengikutinya ke luar mendekati meja makan Benar saja aneka hidangan tersaji, mengoda di piring, Teti menatap kakaknya tengah terlihat tak nafsu makan " Makan dulu, penyakit mu gak akan sembuh semalam" "...." "Kalau Anggara tau, dia pasti nyesel menceraikan kamu. Dasar suami gak peka!!" " Sudahlah Ti, gak perlu dia tau. Jahat banget aku ngebiarin dia hidup sama orang kayak aku. Biar mas Anggara hidup, tanpa beban, mencari pengganti ku" Wanita di seberangnya mendengus tak suka, pemikiran naif kakaknya sungguh menganggu dirinya " Terus selanjutnya kamu mau kemana?" "Entahlah" liliy terdiam sesaat, punggungnya ia sandarkan di penyangga kursi menghembuskan nafas berat, " Kamu masih ingat impian ku waktu masih kecil? Aku ingin hidup di negara lain" " Di sana?" **** Sudah beberapa hari Merry sudah tak begitu sedih dengan kepergian ibunya tentunya Anggara berkilah kesibukan sang istri pada sang anak, delapan tahun bukan usia cocok untuk anak itu tahu kenyataan sebenar nya " Ayah, gak kangen sama mama ? Tercenung mendengar kalimat Gadis kecil itu, mengulas tersenyum "Kangen sayang, tapi biarin mamah pergi ya nanti kalau Merry nanyain mamah terus, mamah di sana gak nyaman." Merry mengangguk saja, anak kecil seusianya kembali berlarian di taman kota mengejar kupu-kupu di lihatnya Aku masih tak percaya liliy kau menghianatiku Ekor matanya masih tetap mengawasi kelincahan Merry, anak itu tengah asik dengan dunianya sendiri. Tak salah dia membawanya kemari, membuat Merry terlihat senang " Huft. ." Anggara menghela nafas kasar, mood nya sedang tak baik, lidahnya terasa pahit jika pikirannya stress Melihat anaknya masih dalam jangkauan pandangan Anggara, ia lalu mengeluarkan sebungkus rokok Marlboro, kebiasaan buruknya ketika dirinya stres Sejenak pandangannya beralih menatap jauh ke langit, melihat kepulan asap membumbung tinggi dari hasil nyebat, Bruak. . . Seketika ia terperanjat dari tempat duduknya. Anggara menatap horror keramaian di sana dengan tergesa ia membuang asal Putung rokok, perasaan nya tidak enak sangat was-was. ***** 7 tahun kemudian. " Ayah! Kenapa melamun, ayok anterin Merry sekolah pesan ojol aja nih" Gadis remaja tangung itu sangat antusias pergi kembali ke sekolah semenjak libur panjang kemarin. "Iya, tunggu sebentar ayah nyusul kamu masuk duluan ke mobil gih" Merry tak membalas ia langsung melangkah lebar-lebar menuju mobil pribadi mereka. " Mas jangan lupa catatannya" Wanita dengan wajah teduhnya menyerahkan buku penting milik Anggara " Makasih sayang, aku pergi dulu sama Merry dulu ya" 'cup' Satu kecupan lolos mendarat di pipi putih Adell istri barunya, sudah lama mereka berumah tangga semenjak mengenal mantan suster cantik itu, ketika merawat anak Merry, tak tanggung Anggara melamar wanita baik  itu untuk menjadi ibu Merry. "Dah, sana hati-hati ya!" Adell melambai di depan gerbang rumah melepas kepergian keluarganya. Ding. . Dong. . Bel pulang sekolah sudah di kumandangkan banyak anak berhamburan keluar kelas senang perasaan bebas dari beban materi Merry serta dua teman karib nya tak langsung pulang mereka masih harus menunggu jemputan bukan berarti mereka anak mau menunggu dengan bosan, sudah jadi kebiasaan mereka akan nongkrong dulu di warung bakso sederhana di depan sekolahan "Weh bakso telur emang enak" Puji Tania, gadis berbadan bongsor, di antara mereka. " Yee, lu nya aja yang suka makan emang" Lisa menimpali temannya "Heh, tau ngak Lia. Anak IPA tetangga kelas kita," " Dia kenapa?" Tania penasaran dengan gosip terbaru di sekolahan mereka, Lisa terbilang informan di kalangan siswi, dia selalu tahu gosip terbaru. " Lia orang tuanya bercerai, loh! terus ibunya ngebawa dia ke luar kota besok dia udah pindah" " Wehh, tega amat ibunya ngepisahin Lia sama papa nya, bukannya dia lengket banget ya sama bokap nya" Selanjutnya Merry sama sekali tak mendengarkan obrolan mereka, pikirannya mengawang mengingat. liliy, wanita telah berjasa melahirkannya, entah dimana perempuan itu terbesit rasa rindu yang menyesakan  Ketika dirinya kecelakaan hingga menorehkan luka di kening mulusnya, namun ibunya sama sekali tak pernah datang menjenguk Tangan putih itu dapat merasakan perbedaan ketara bekas jahitan dengan kulit lainnya, bak Harry Potter dalam dunia fantasi memiliki luka di kening. Sebuah pukulan ringan mengangetkan Merry " Jemputan sudah datang tuh" Mata Merry menoleh lurus ke depan, sedan milik ayahnya terpakir tepat di depan warung " Eh, iya,iya. Duluan ya" Merry meningalkan mangkok kosong sudah di bayar tadi, langsung berlari kecil masuk dalam transportasi pribadi ayahnya Jalanan terlihat ramai dari biasanya hingga mobil di tumpangi ayah anak tersebut terjebak macet di bawah teriknya mentari " Yah, eumhh" Merry membuka percakapan dengan raut ragu-ragu Tanya nya gimana ya? "Ada apa nak, ada yang membuat mu bingung" " Ini soal mamah" " Tadi mamah mu bilang mau masak enak loh dia chat ayah" Sama sekali memang karakter Anggara menjadi pria tak peka, pria itu masih asik menatap jalanan tersendat " Bukan mamah Adell, maksud Merry mamahnya Merry. Yah" Merry menatap raut muka ayahnya kini berubah keruh " Kenapa sama mamah kamu" Suara Anggara terdengar tak menyenangkan, tanpa menoleh Merry dirinya berubah menjadi masam " Mamah nya Merry kemana yah? Apa ayah masih punya kontaknya" " Udah lama Merry, ayah gak tau kabar ibu mu itu. Udah ada mamah Adell kamu hargain dia dong!" Tak melihat raut keruh Merry, Anggara menyentak gadis labil itu tegas. Ia Engan membicarakan masa lalunya " Yah, Merry ngangap mamah Adell juga mamah Merry, tapi Merry juga berhak tahu dong mamah Merry kemana!!" Balas Merry lebih tegas, menatap marah pria tak melihat dirinya tersebut "Kalau liliy itu mamah yang baik kenapa waktu kecelakaan dia ngak Dateng ke rumah sakit" Bela Anggara memberi pengertian bagi anak gadis nya, walau mood nya buruk dirinya harus menjaga temperamen buruknya di hadapan Merry. "Mamah, yang gak mau datang atau ayah yang gak ngabarin!" "Merr" Anggara kini menatap anak gadisnya melihat gadis itu mulai tumbuh dewasa suaranya tertahan dalam kerongkongan Sebagai ayah tentunya kalut melihat putri kecilnya mengalami musibah langkahnya terus mondar mandir di depan UGD, harap-harap cemas. " Merry, kecelakaan. Liliy harus tahu!" Monolok nya, ponsel pintar keluar dari saku miliknya mencari nomor di simpannya di sana Namun sebuah pesan lebih dulu masuk dari kontak yang ingin ia hubungi Liliy. Mas, tolong jaga Merry ya. Aku mohon Nanti sore keberangkatan ku pergi dari Indonesia, aku mau pergi ke tempat impian ku mas, maaf aku belum bisa jadi mamah serta istri yang baik untuk kalian. Seketika jari-jari Anggara tak berkutik, ia melihat jam dinding di sana, masih ada waktu banyak untuk liliy dapat kemari menjenguk anaknya jika pesawat di tumpangi nya berangkat sore hari. Tapi semenjak ia menikah dengan liliy, mantan istrinya tak dapat terealisasikan impian-impian sebagai wanita karir bahkan ia merasa dirinya belenggu untuk wanita itu melepas hobby travelingnya. Dan kini mereka sudah resmi berpisah, apakah Anggara masih mau menahan wanita itu di sini? Dapat di simpulkan dirinya bisa menjadi ayah tak becus untuk anaknya. Biarlah liliy tak tahu saja, biar wanita di cintai nya, pergi, ia tak mau lagi egois ***** Brakkk. . . . Pintu mobil itu tertutup dengan kasar Membuat wanita dewasa itu menatap keheranan menghampiri suaminya serta anak tirinya " Ada apa ini?" Mood Merry sedang tak baik setelah berdebat, ia melenggang pergi melewati Adell tanpa berucap apapun. Wanita dewasa melihat suami serta anaknya terlihat dalam kondisi tidak baik "Mas, kalian kenapa sih?" " Biasa anak remaja pasti ada masalah" Anggara berlalu dari Adell, wanita itu mengernyit curiga. Ia tau watak pria kaku suaminya, ada yang tak di ungkapkan. Melihat suaminya dengan santai menikmati hidangan di atas meja lantas Adell melangkah ke kamar putrinya. Tok. . .tok. . " Merry, ini mamah Adell nak. Buka pintu sebentar ya" Bujuk Adell harap-harap cemas. Pintu terbuka sedikit memperlihatkan separuh wajah Merry, walau bagaimanapun Merry akan luluh dengan sikap lembut wanita telah menjabat menjadi ibu tiri nya. Tanpa ba-bi-bu lagi, Merry mempersilakan Adell masuk, mengikuti langkah gadis itu duduk di kasur " Kamu ada masalah dengan ayah mu?" ". . . " Merry menggeleng pelan, raut wajah sendu nya terlihat jelas "Mamah tau, kamu bukan anak yang nakal jadi masalah kalian apa?" "Merry kangen mamah" Hati Adell mencelos anak tirinya sudah ia anggap anak kandung nya kini kangen dengan sosok Lily, wajar saja. Toh! Merry memang anaknya. Adell terdiam melihat anak tirinya menangis tanpa suara, Adell menyeka airmata gadisnya "Kamu beneran kangen mamah liliy" Merry mengangguk ribut di dalam pelukan Adell, wanita itu paham betul ia juga wanita. "Bagaimana kalau nanti malam mamah ngobrolin sama ayah kamu, okay!" Tawarnya pada Merry, Merry terlihat menimang-nimang solusi dari Adell Merry bangkit dari pelukan mamah nya, menatap wanita itu penuh harap. "Jadi kau mau tanya apa?" "Cuman mau tanya, mamah di mana sekarang" " Ya sudah, sekarang keluar yuk makan siang dulu" ". . ." Adell menarik perlahan pergelangan tangan Merry, Merry terlihat menolak ajakan ibunya melepas tangan besar Adell " Kenapa? Kamu gak mau lihat ayah mu? Dia udah makan barusan paling udah selesai sekarang" " Bukan itu" " Lah, terus?" " Tadi bareng temen udah makan dua mangkok bakso di tambah cemilannya" "Hah, ha.. ha..ha.." Adell tergelak tertawa keras mendengar penuturan polos anak gadisnya dengan wajah bersemu malu Merry merenggut kesal mendengar tawa lepas ibunya Apa dia terlihat rakus? Jika ia mengatakan dua mangkok bakso jumbo serta cemilan di tambah jam istirahat sekolah dirinya juga makan makanan kantin soto ayam. " Ya sudah, mamah temenin ayah kamu makan kamu istirahat ya" Merry mengangguk patuh. Drap. . . Drap. . Adell tau suara langkah kaki siapa barusan, terdengar tergesa gesa pergi dari sekitar kamar Merry Adell menaikan bahunya, masa bodo. Langkahnya ringan menuju ruang tamu sosok pria tengah terlihat sibuk dengan koran, siapapun juga dapat melihat koran tersebut terbalik. Sejak kapan Anggara dapat membaca tulisan terbalik, ia saja butuh kaca mata untuk melihat tulisan dengan baik " Sudah selesai nguping nya?," " Apaan sih maksud kamu" Wajah Anggara terlihat cuek hanya ekor matanya melirik istrinya itu, Adell mengambil duduk bersebelahan dengan Anggara Adell menghela nafas berat, menatap Anggara seolah meminta penjelasan " Kamu kenapa sih sayang? Mau jadi tukang hipnotis ngeliat aku sampe segitunya" Anggara meletakan lembar kertas di meja membalas tatapan Adell dengan gugup, ketahuan. " Kamu tadi udah dengar dari Merry kan, mas. Kamu gak mau ngomong ke Merry yang sebenarnya?" " Buat apa? Dia masih kecil buat tau semuanya" "Mas! Dia sudah masuk SMA udah cukup gede buat tahu tentang liliy, jangan kamu anggap dia balita terus" " Selamanya, seorang anak tetap jadi anak buat orang tuanya meskipun dia udah ubanan Adell" " Aku tahu, tapi dia juga kangen sama mamahnya kamu gak bisa selamanya nutup mata" " Kamu gak tau, kamu kan gak tau rasanya punya anak" Perdebatan mereka seketika terhenti mendengar perkataan Anggara menusuk hati, Adell sama sekali tak ada niat menikah dulunya, mengingat dirinya mandul. Mencintai Merry seperti anaknya sendiri sudah sewajarnya, tapi mendengar ucapan dari mulut Anggara sangat cukup mencubit hatinya Anggara seketika gelagapan, gagap. Sadar akan kesalahan fatal di ucapkan nya "Adell, maaf.. gak.. bukan, aku gak maksud" "...." " Adell" " Kamu tau kondisi ku mas, Merry udah kayak anak ku sendiri. Kenapa kamu pertegas buat nyadarin aku bukan wanita sempurna " ***** Adell berlalu dari tempat nya, Anggara hanya dapat terpaku melihat istrinya menangis ia ceroboh dengan mulutnya saat tempramental nya tak bagus Segera Anggara menyusul Adell dalam kamar milik mereka, dapat di lihat Adell duduk memunggungi dirinya " Adell, sayang" " . . . " Tak biasanya Adell se-marah ini, biasanya wanita itu hanya akan berdebat dengan kepala dingin, memang kesalahan Anggara dirinya menorehkan luka pada wanita telah ia nikahi, tak akan ada perempuan yang menolak untuk dapat menyempurnakan pernikahan dengan kehadiran bayi diantara mereka. Kesalahan fatal mu, Anggara. Anggara menaiki spring bad mencari posisi di samping Adell melihat wajah perempuan cerdas pernah menjabat menjadi suster tersebut kini terlihat keruh Dua wanita sudah pernah pernah di peristri dan keduanya sama-sama menanggalkan mimpinya untuk menjadi pendamping terbaik bagi Anggara, bodohnya dirinya, merasa tak berguna! " Maaf" Ucapan lirih tersirat penyesalan di dalam nya, masih setia menatap raut keruh wanitanya "Ah, aku sudah baik-baik saja kok" Adell membalas tatapan Anggara dengan nanar, matanya terlihat memerah membendung air mata "Adell, aku salah. Gak seharusnya aku ngomong kayak gitu" Anggara terdiam memeluk Adell dalam dekapannya " Maaf ya" lirih nya di samping telinga Adell Sontak bendungan air mata dari wanita tangguh itu meledak hebat menangis dalam pelukan orang menorehkan lukanya namun kekesalannya menguar entah kemana  setelah mendengar maaf dari mulut suaminya "Aku, aku juga mau mengandung anak mu mas! Aku juga pengen Merry punya adek dari aku, ka..kamu gak bisa ngomong gitu sama aku!!" Meri mengelus perut rata nya pelan sedikit meremat kuat-kuat merasa jengkel, tak pernah ada kehidupan yang hadir di sana. "..." Bukk..Bukk... "Kamu gak boleh, kamu harus nya jangan memperjelas jika aku tak bisa hamil!!" Dengan kuat ia berteriak sembari memukuli dadanya, Hinga terdengar debuman bunyi tulang di pukuli. "..." "Aku malu, karena aku wanita mas" Ujarnya nya lirih hampir tak terdengar jika Anggara tidak sedekat itu bersamanya Tenaganya tak seberapa ia gunakan untuk memukul pundak pria itu mencoba lepas dari Kungkungan Anggara, lepas. Ia bebaskan unek-unek di tanggung nya selama ini. "..." "..." Keduanya terdiam seusai mendengar beban berat Adell, wanita dewasa itu kini dapat menghela nafas, sedikit plong. "Makasih mas" " Aku yang makasih, kamu udah mau hidup Nerima aku sama Merry" Anggara tersenyum hingga matanya menghilang, dengan antusias dirinya mengangguk sembari air mata meleleh dari matanya  " Aku bakal berusaha jadi kepala rumah tangga kalian yang baik" Andai aku bisa lebih baik lagi mungkin liliy tak akan pergi bahkan Adell tak perlu terjebak dengan duda cuek seperti ku, andai. " Maafin aku ya, sayang" **** " Anak saya baik-baik saja kan?"  Raut khawatir Anggara terlihat jelas, memelas pada orang berprofesi dokter tersebut. Senyum teduh maklum menghiasi wajah pria tersebut " Iya, baik-baik saja. Bersyukur putri bapak mendapatkan pertolongan, golongan darah B+ sedang langka di setock  rumah sakit, beruntung suster kami ada yang bersedia memberikan darahnya" " Kalau boleh tahu siapa orang nya" " Suster Adell Anggraini, nanti dia juga akan mengurus keperluan pasien," " Terimakasih, dok" Pria sudah beruban itu tersenyum menepuk pundak ayah satu anak tersebut berlalu meninggalkan nya. anaknya sudah pindah ke kamar inap namun bius efek dari operasi belum hilang. Anggara masih setia duduk di kursi samping ranjang rumah sakit Kriett.. Atensi nya berpindah ke pintu baru di buka tersebut, dengan senyum ramah seorang suster masuk memberi salam pada Anggara sembari Menganti cairan infus Adell Anggraini  Tag nama tertera jelas di sana " Maaf.." Anggara mengintrupsi suster kurus tersebut meminta waktu nya. " Apa anda yang di maksud dokter telah mendonorkan darah?" "Iya" Singkatnya padat "terimakasih" " Sama-sama" Anggara terdiam semenjak kepergian suster tadi, duduk terdiam memandangi. Sang anak namun isi pikirannya tengah merutuki kebodohannya, setidaknya ia bisa berterimakasih lebih baik lagi. ***** Bau harum dari wajan penggorengan membuat dua manusia di sana tengah menunggu dengan lapar Masih dengan gengsi menggunung ayah serta anak itu masih terdiam Tak ada tanda-tanda akan mulai bercakap-cakap "Ehhmm. . . Hemm, kayaknya orang jualan di pinggiran masih ada rame-ramenya ini kok sepi, ya!! Masak angker sih" Sindir Adell, sambil menyelesaikan masakan, ekor matanya melirik ayah-anak di meja makan tak jauh dari ruang dapur " Ehhmm, kamu tadi di sekolah Gimana" ". . ." "Berapa mangkok bakso tadi habisnya" ". . ." Kecanggungan dirasakan oleh Anggara sebagai ayah dirinya kikuk dalam hal bujuk membujuk, Merry hanya terdiam tak menggubris tingkah aneh ayahnya. Pukk  Pukulan ringan mendarat ke pundak Merry menatap Adell yang sudah selesai masak, menata segala hidangan " Airpond nya di lepas, sayang!" Benda hasil evolusi handset tersebut ia copot, menghasilkan raut keheranan dari Anggara baru menyadari kesalahannya Dari tadi ternyata ngak dengerin tho? Adell duduk bersebelahan dengan Merry menatap suaminya memasang wajah konyol " Ada apa mas," " Ah, ngak. Cuman baru tau dari tadi Merry pake Airpond jadi ngak dengerin aku ngomong" " Lah emang ayah tadi ngomong ya?" Merry menatap dua manusia dewasa itu keheranan minta penjelasan "Kamu nya kan emang gak denger" " Masih bisa denger kok," "Emang tadi ayah mu ngajak kamu ngobrol apa?" " Ngak, ngak ngajak ngobrol tuh. Tadi aku liatin ayah nengok kira kanan sambil komat-Kamit, aku kira kerasukan" Anggara tercengang mendengar penuturan anaknya sedang Adell malah tertawa lepas menyadari kesalahan si suami. Lauk-pauk di piring sudah tandas habis menjadi makan malam mereka, Merry mengekor pada ayahnya " Yah," "Eh, iya,iya kenapa Merry" "Boleh aku tanya masalah tadi siang" Anggara terdiam menimang-nimang permintaan anaknya merasa berat sebenarnya berkata sebenarnya Adell diam melihat keenganan Anggara untuk menjawab pernyataan  Merry, ia tahu betul. " Merry, nanti saja aja ya. Biar mamah yang urus. Okay!" Adell memberikan wink pada Merry memberi kode agar anak itu mempercayainya "Merry, tunggu ya mah" Adell mengangguk faham menatap wajah ayahnya sekilas lalu pergi dengan langkah cepat, "Mas, duduk di teras yuk, aku bikinin teh hangat dulu" Tap tap tap Adell melenggang pergi membuatkan secangkir teh, Anggara berjalan kearah teras menuruti istrinya. *** " Jadi bagaimana," "..." Anggara duduk termangu menatap lurus ke depan setelah menjelaskan sebagian masalalunya " Entahlah, akubtak yakin menceritakan semua pada Merry aku merasa seperti pengecut kau tahu?" Sekejab Anggara terdiam menghela nafas kembali berucap, "dulu aku berfikir semua demi kebaikan Merry, setelah semakin tua aku yakin Merry akan menyalah kan aku" " . . . " "Mantan istri ku pergi dari Indonesia, kurasa, dulu dia bercita cita pergi jauh ke Istanbul" "Jadi, Mbak liliy, sekarang pergi ke Turkey" " Entahlah" Anggara menaikan bahunya menandakan dirinya kurang yakin akan pernyataannya sendiri Adell tak begitu peduli masa lalu suaminya dengan mantan istrinya toh mereka bisa hidup bertiga dengan bahagia, Adell menimbang akankah ia menceritakannya pada Merry atau menjawab tidak tahu setelah Anggara menceritakan, semuanya. Entahlah, dia bingung Kalaupun, bercerita tentang, liliy, yang sudah pergi jauh. Dari Indonesia, anak itu tak mungkin mengejar ke tempat ibunya, iya kan?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook