BAB 3

792 Words
Kejora kesal dengan kehadiran seorang anak laki-laki yang berusia tiga tahun ke tempat tinggalnya. Laki-laki nakal, yang selalu punya cara untuk membuat rumah berantakan. Di tambah rumah sebesar ini tidak punya asisten rumah tangga, entah apa motivasi seorang Kennard Axelio betah mengurus rumahnya sendiri, tanpa campur tangan pembantu. Kejora bukan tidak suka dengan anak kecil, hanya saja kehadiran Keynan Revano membuat Kejora kewalahan dalam membereskan rumah yang seperti kapal pecah, belum lagi dia harus kuliah dan mengerjakan segala macam drama perkampusan yang bikin penat. Vano biasa disapa, anak dari kakak perempuannya Kennard, ibunya sedang hamil harus ikut suaminya ke luar kota untuk waktu yang entah sampai kapan. Dan orang tua Kennard masih tinggal di luar negeri, alhasil dititipkanlah ke rumah ini, agar ada yang menjaganya. Saat Kejora sedang membereskan mainan Vano, tiba-tiba Kennard datang dengan senyuman lebar, entah apa maksud senyuman itu. Bukannya membantu Kejora, dia malah asyik duduk di sofa dengan toples camilan yang ada di pahanya. Benar-benar menyebalkan. "Hitung-hitung latihan jadi ibu, sebelum kita buat anak nanti." "Hilih, siapa juga yang mau nikah sama situ. Dengar ya, seorang Kejora Isabella, hanya mau nikah sama laki-laki kalem yang punya senyuman manis menyejukkan mata. Bukan laki-laki m***m yang punya tatapan menggoda, yang bawannya pengin terkam anak gadis aja." Kejora bergidik ngeri. "Enggak kebayang deh yang jadi istrinya kamu nanti, 24 jam main terus kali ya." "Nanti kamu yang saya buat enggak bisa jalan seminggu." Kejora membulatkan matanya. "Sebelum itu terjadi, itunya kamu yang aku potong terus masak pakai mie instan, dan dikasih kucing," ujar Kejora dengan enteng. Hal itu semakin membuat Kennard tertantang untuk meniduri seorang Kejora Isabella, dan membuatnya tidak bisa berjalan selama seminggu, bahkan sebulan. Beberapa saat kemudian, muncul Vano dengan robot-robotan yang ada di tangannya. Alamat bakal berantakan lagi rumah ini. "Om Ken, kok Tante Jora kalah ya sama Mami, di perut Mami aja ada dedek bayi. Kok di perut Tante Jora enggak ada?" tanya Vano setelah duduk di samping Kennard. Kejora sampai mengelus dadanya mendengar pertanyaan konyol dari Vano, terang saja perut Kejora masih rata, orang dia belum mantap-mantap. Sementara Kennard langsung bisik sesuatu ke Vano, tapi masih bisa didengar baik oleh Kejora. "Kalau mau perutnya Tante Jora kayak Mami, harus dibuat dulu." "Cara buatnya?" "Pakai adonan, Sayang. Jadi Vano sekarang rayu Tante Kejora biar buat dedek bayi sama Om Ken aja." Vano mengangguk, lalu dia meminta Kejora seperti yang diperintahkan oleh Kennard, namun Kejora langsung beranjak dari tempat itu. "Enggak usah dengarin om kamu, Vano, dia sinting." *** Mumpung hari minggu, Kejora ingin main ke mal bersama gebetannya. Oh iya, Kejora punya gebetan, seorang laki-laki pintar yang menjadi pembina ospeknya dulu. Anak organisasi yang terkenal baik, dan tentu punya senyuman manis, pokoknya tipe Kejora banget. Namanya Dewa Anggara. Baru saja Kejora menutup pintu kamarnya, tiba-tiba Kennard sudah berada di sampingnya sambil melipat tangan ke d**a. Dia memperhatikan penampilan Kejora dari atas sampai bawah, pakai rok di beberapa senti di atas lutut,  dan baju tanktop hitam yang dilapisin cardigan. "Mau ke mana?" "Jalan, kan anak muda, butuh refreshing." "Sama siapa?" "Kepo banget." Kennard mendesah kesal karena jawaban Kejora yang bikin naik pitam, ditanya bukan dijawab jujur malah dibilang kepo. "Kalau mau pergi harus sama saya." "Enggak mau. Aku juga kan punya kehidupan pribadi. Aku emang numpang di sini, tapi bukan berarti kamu harus ikut campur sama urusan aku." "Kejora, kamu itu baru di Jakarta. Kamu enggak bakal tahu sifat asli orang-orang di luar sana kayak apa." Kejora menatap Kennard dengan tajam. "Yang jelas, aku pergi sama cowok baik-baik, bukan om-om m***m kayak kamu." "Kejora Isabella, saya enggak mau kamu kenapa-kenapa di luar sana. Paham enggak sih?" "Kenapa kamu peduli?" Kennard menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya karena kamu dititipin ke saya, jadi kamu tanggung jawab saya." "Ya udah aku pergi dulu." Saat Kejora hendak melangkah, namun Kennard langsung menarik Kejora ke kamarnya. Dia tidak akan membiarkan paha mulus Kejora menjadi tontonan p****************g di luar sana. Kennard memberikan celana bahan miliknya ke Kejora. "Pakai ini." "Yang benar aja, ogah." "Kalau mau pergi ya pakai itu, tapi kalau enggak pergi ya enggak usah pakai." Mana mungkin kejora memakai celana kedodoran itu, menyebalkan sekali. "Iya enggak jadi pergi. Puas?" Kennard tersenyum. "Bagus, harus nurut." Gagal kencan sama gebetan gara-gara Kennard, hal itu membuat Kejora kesal setengah mati, belum lagi dia harus mencari alasan kepada Dewa. "Sekarang kita ke mal, buat ganti semua pakaian kurang bahan kamu, menjadi pakaian tertutup. Saya pengin bakar baju-baju menyebalkan itu." "Enggak mau, Ken!" Kennard langsung menarik Kejora, tak lupa dia membawa ikut serta si Arsen. "Dengar, my little girl, yang boleh melihat keseksian tubuh kamu itu cuma aku." "Emangnya kamu siapa? Suami juga bukan, sok-sokan ngatur." Tanpa peduli lagi dengan ocehan Kejora, mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan sedang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD