BAB 1

1183 Words
Gadis 18 tahun yang berparas cantik, mampu menggoda iman Kennard Axelio. Dengan susah payah, Kennard menelan salivanya saat melihat tubuh seksi seorang Kejora Isabella. Celana hotpans dan tanktop yang dikenakannya saat ini sangat mengundang hasrat Kennard untuk menidurinya, tapi ini tidak boleh dilakukan karena Kejora adalah anak dari rekan kerjanya. Baru sehari Kejora tinggal bersamanya, dia harus mandi air dingin berkali-kali. Kalau terus-terusan berada di dekat Kejora yang ada Kennard bisa mati berdiri. Kennard memperhatikan pinggul Kejora yang bergerak saat membuat omlette untuk sarapan pagi ini, tubuhnya menegang, tapi matanya nakal ingin terus menatap. Dasar menyebalkan. "Om Kek, ini sarapannya udah siap." Kejora meletakkan sarapannya dengan penuh semangat. Gadis kecil yang pandai memasak. "Om Ken, aku kan dari Bandung, belum paham betul sama jalanan Jakarta. Nanti Om Ken antarin aku ke kampus, ya." Kennard hanya mengangguk, bagi Kejora, Kennard itu manusia es yang menyebalkan. Sebenarnya Kejora ingin sekali hidup sendiri di Jakarta, namun apa boleh buat orang tuanya melarang, takut terjadi apa-apa kalau tidak ada yang menjaga, alhasil Kejora dititipkan pada pria 27 tahun yang merupakan rekan kerja Papa yang dipercaya. "Kejora, jangan panggil saya om, saya bukan paman kamu." "Tapi kan Om Ken temannya Papa." "Panggil Ken aja." "Tapi ... " "Nurut atau saya ... " Kejora mengernyitkan keningnya. "Saya apa?" "Lupakan. Sekarang kamu mandi." *** Kennard rasa ac di mobilnya masih berfungsi dengan baik, tapi kenapa sangat panas sekali. Ada yang menegak tapi bukan keadilan saat memperhatikan Kejora yang memasang seat belt, gadis kecil yang bisa memunculkan gairah untuk Kennard, dress di atas lutut beberapa senti, sehingga terpampang paha mulus. Rasanya Kennard ingin menjamah. Ah lama-lama Kennard bisa gila. "Kok belum jalan, Om— Ken?" tanya Kejora setelah selesai dengan aktivitas. "Tunggu bentar." Kejora mengeluarkan selembar tisu dari dalam tasnya. Kemudian menyeka keringat yang bercucuran di dahi Kennard, membuat jarak keduanya semakin dekat, kalau saja Kennard tidak bisa menahan nafsunya, sudah pasti Kennard akan mencium bibir mungil itu tanpa ampun. Tahan, Ken. Kejora bukan sasaran kebangsatan lo. Setelah selesai dengan aktivitasnya, Kejora berkata sesuatu, "Kamu ganteng, kayak idola aku. Shawn Mendes, sama-sama punya rahang yang tegas." Kejora langsung kembali ke posisi semula, dan Kennard mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karena mereka juga tidak sedang buru-buru. Toh, Kejora hari ini baru daftar sebagai mahasiswa baru di kampusnya, sementara Kennard juga tidak ada urusan penting yang membuatnya harus sampai di kantor lebih awal. Sepanjang jalan, Kejora bersenandung, sementara Kennard hanya fokus dengan jalanan ibu kota yang lumayan macet. "Ken, nanti pulang, kamu jemput, atau—" "Saya aja yang jemput, kamu hubungi saya aja nanti." "Oke." Setelah sampai di kampus, Kejora pun turun dan melambaikan tangannya ke arah Kennard, sebelum mobil itu benar-benar meninggalkan Universitas Bina Nusantara. *** Setelah sampai di kantor, Kennard langsung disambut oleh temannya yang bernama Kevin Xander, si cowok menyebalkan yang kini jadi asistennya. "Kok muka lo pucat, Bro? Abis main berapa ronde?" tanya Kevin si cowok m***m, tapi tentu lebih m***m si Kennard. Kennard duduk di kursi kebanggaannya, seraya melonggarkan dasinya, dan melepas jas. Padahal di ruangan ini ac-nya sangat dingin, tapi efek panas saat di mobil tadi masih terasa sampai sekarang. "Lo tahu Kejora anaknya Pak Andre yang dititipin ke rumah gue, kan?" Kevin mengangguk. "Gue follow dia di **, gila itu bocah cantik dan seksi banget. Lo main sama dia?" "Kagaklah, gue enggak mungkin macam-macam sama anak investor yang punya pengaruh besar di perusahaan ini." "Terus apa?" "Masalahnya, tiap di dekat dia, gue jadi panas, ya ampun, Vin. Mana di rumah pakaian dia bikin gue istighfar mulu." Kevin tertawa renyah, membayangkan Kennard benar-benar tersiksa di dekat Kejora, pasti mandi air dingin terus terus tuh. "Sampai di rumah gue sabunnya habis gara-gara dia doang." Kevin semakin terkekeh. "Nyabun terosss." "Dah lah, gue gerah banget. Mandi dulu. Jangan gibah mulu, kerja sono, reschedulle semua buat hari ini, gue pengin istirahatin hati gue dulu yang menegang." "Bukan hati yang menegang, Bro. Tapi tunas." "Kampret." Kennard pun langsung ke kamar mandi yang berada di ruangan ini. Dan parahnya Kejora selalu muncul dalam fantasi liarnya Kennard. *** Malam ini Kejora menyiapkan makan malam untuk dirinya dan Kennard. Gadis kecil itu memang tidak manja, hobinya memasak dan banyak hal-hal kecil lainnya yang dia lakukan sendiri, meskipun kehidupannya serba mewah di Bandung sana. Kennard menyampirkan sebuah jaket di punggung Kejora, dia tidak tahan kalau harus melihat kemolekan tubuh mungil itu. "Lain kali, kalau di rumah jangan seksi." Kejora menatap Kennard. "Memangnya kenapa?" "Saya laki-laki normal, Kejora. Saya bisa aja menerkam kamu." "Terkam? Memangnya kamu harimau?" Kennard menyeringai jahil, lalu dia mengangkat tubuh mungil Kejora di atas kitchen set. "Saya rasa kamu bukan cewek polos yang enggak ngerti apa-apa yang saya maksud. Biar saya kasih tahu, maksud menerkam itu seperti apa." Saat Kennard memajukan wajahnya, namun langsung ditahan oleh Kejora. "Enggak boleh, first kiss aku cuma boleh buat suami." "Kamu belum?" Kejora mengangguk. "Pakaian aku emang seksi, karena aku suka dengan pakaiannya, aku nyaman dengan pakaian seperti itu, bukan niat buat goda laki-laki atau narik perhatian orang lain. Kalau ditanya aku pernah ngapain aja selama 18 tahun ini? Maka aku akan jawab, main sama teman-teman, jadi fangirling-nya oppa-oppa korea, terus sekolah, dan jadi remaja yang suka travelling. Aku belum pernah pacaran apalagi mantap-mantap, tapi tentu suka baca novel 21+, jangan ditanya drama korea yang kissing luar dalam sudah hafal. Gini-gini aku jago teorinya." Kennard menghela napas, dia salah memahami tentang Kejora. "Tapi, jujur aku juga penasaran rasanya kissing itu kayak gimana, aku sering lihat di drama korea, apalagi di adegan The Heirs, itu Lee Min Ho cium Park Shin Hye benar-benar parah sih, sampai salivanya netes gitu. Lee Jong Suk juga parah dalam ci—" Belum sempat Kejora melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kennard langsung menabrakkan bibirnya ke bibir Kejora, dia bermain di sana, menggerakkan bibir mereka dengan penuh semangat, hingga mengajari Kejora untuk membuka mulutnya, dan mereka sama-sama bermain, menikmati setiap irama yang tercipta. Setelah Kejora kehabisan napas, Kennard menghentikan ciumannya, dan menyeka saliva di sudut bibir Kejora. "Gimana? Apakah saya seperti orang-orang yang kamu ceritakan itu?" "Gila, ternyata ciuman sedahsyat itu, aku jadi nagih." "Mau lagi?" "Enggak ah, nanti aja kalau kamu jadi suami aku." "Eh?" Kejora langsung menendang organ Vital Kennard yang menegang dari dalam sana, membuat pria itu meringis kesakitan. "Dasar gadis kecil sialan." Kennard langsung mengangkat tubuh mungil itu dan dia baringkan ke atas ranjang king size-nya. "Are you ready?" Kejora tersenyum manis. "Kamu mau ngapain?" "Mau ajarin kamu tentang surga dunia." Kennard mulai melepas kaos oblongnya, yang menampakkan badannya, benar-benar indah. Kejora bangun, dan memegang perut kotak-kotak milik Kennard. "Suka?" tanya Kennard dengan seringai jahilnya. "Ayo, Sayang." Kejora menarik Kennard, hingga mereka berbaring di ranjang itu. "Enggak mau, jangan nakal sama aku." "Kamu tega biarin saya nyabun lagi?" Kejora terkekeh. "Ya enggak apa-apa." Kejora memainkan jarinya di d**a bidang laki-laki itu. "Ayo, Sayang. Saya mainnya aman, enggak keluarin di dalam." Kejora beranjak dari tempatnya. "f**k boy ah, enggak suka." Kemudian dia keluar dari kamar itu dengan tertawa ngakak, karena berhasil ngerjain Kennard. "Sialan gadis kecil, awas ya kamu, lihat aja saya  akan buat kamu mendesah di bawah saya dengan penuh semangat." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD