BAB 2

897 Words
Mohon bantuannya untuk vote cerita ini ya ;) ____________________________________   "Kamu minum jus tadi keselek masuk otakmu ya, Dek. Mendadak jadi serius gini. Hhh." Alena mengguraui adiknya.    "Iya. Otakku lagi konslet makanya bener wleekk." Abiyan membela dirinya sendiri.    "Udah dong. Berantemnya nanti. Abiyan kamu berangkat sana. Jangan pulang  malem-malem. Besok kamu jaga kan?" ibunya mengingatkan    "Iya mamaku sayang. Paling jam 11 pulang. Yaudah Abi berangkat dulu." kemudian mencium ibu dan kakaknya.    “Assalamualaikum.”    “Waalaikum salam,” jawab Alena dan ibunya bersamaan.    "Ati-ati kamu Biy."    "Oke, Kak. Ntar kita berantem ya. Bye." Kemudian segera keluar sebelum kakaknya menjawab. Alena hanya nyengir    Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah  kedua  anaknya. Dia merasa sangat bahagia memiliki anak- anak yang walaupun selalu bertengkar namun aslinya saling menyayangi dan saling mendukung. Abiyan akan menjadi orang paling depan yang melindungi kakaknya itu setelah ayahnya. Ia bahkan pernah tidak tidur semalaman saat kakaknya opname menggantikan ayah dan ibunya sudah sedemikian lelah. Padahal esoknya ia ada ujian kompetensi. Mengingat itu semua membuat dokter Diana berkaca-kaca    "Mama, kenapa? Mama nangis? Maaf ya, Ma, kalau bercandaku sama Abiyan tadi menyinggung Mama." Alena mendekati ibunya. Ia sudah selesai makan dan mencuci piringnya    "Ah, nggak kok, Kak. Mama malah bahagia. Canda kalian walaupun terkadang kelewatan itu menjadi hiburan dan obat buat Mama dan Papa saat kelelahan." Ibunya tersenyum    "Mama teringat kata Abiyan. Semoga suamimu nanti bisa menerima dan menyayangi Abiyan juga. Dan kalian bisa selalu dekat. Mama percaya kalian akan saling menjaga." Alena yang tidak tahan dengan suasana seharu itu malah mencandai ibunya,    "Semoga suamiku bisa gantiin aku berantem sama Abiyan ya, Ma. Wkwk." Alena terkekeh    "Ini anak satu, sama aja kaya adik dan papanya," gerutu dokter  Diana.    "Kita kan satu gen, Mama.  Hhh." Ibu dan anak itu tertawa.    "Makanya pada cakep dan pinter. Turunan siapa dulu?" Ayahnya yang tidak lain adalah dokter  Zafran  muncul dan sudah berganti pakaian rumah. Beliau mendekati istri dan menciumnya kemudian putrinya.    "Termasuk mereka suka berantem juga turunanmu dengan adikmu, Pa." Celetuk dokter  Diana    "Hhh. Papa sama Om Ian kan cowok, Ma. Kalau nggk berantem yahh kurang seru." Alena justru yang menjawab    "Anak kita aja ngerti. Hhh" dokter  Zafran  terkekeh. "Udah makan Al? Oh iya, Abiyan mau kemana tadi kayaknya papa lihat mobilnya keluar komplek?" tanyanya kemudian. Alena sedang makan buah pear kesukaannya.    "Udah kok, Pa. Tadi pas si bocil itu ngricuhin. Mau ke reuni temen kata Mama." Ibunya mengangguk.    "Adikmu udah  gede lo Al. Hhh," ujar ayahnya sambil menikmati hidangan istrinya.    "Tapi kelakuannya masih kaya anak kecil," sebal Alena.    "Hhh. Kayak kamu enggak aja, Kak." Ibunya bersuara Alena dan papanya terkekeh. Mereka melanjutkan obrolan sembari menikmati makanan dan membicarakan perihal perkembangan rumah sakit.    "Al, nanti saat kita kedatangan dokter dari Kyungsan kamu  harus mendampingi papa ya." dokter  Zafran meminta pada putrinya. "Kenapa nggak Mama aja, Pa?" tanya Alena.    "Kamu mau gantiin mama meriksa ibu-ibu hamil?" Karena ibunya tahu, Alena paling tidak tahan menghadapi hal semacam itu.    "Ampun nyonya. Hhh." Alena menangkupkan tangannya sementara kedua orang tuanya hanya tertawa ringan.    "Temani papamu ya," pinta ibunya.    "Lagipula, penerus rumah sakit sudah pasti kamu  Al.  Kecuali Abiyan sudah sangat siap, terserah kalian nantinya," tambah ayahnya yang membuat Alena menyadari perannya di masa depan bagi keluarganya.    "Iya, deh. Alena ikut." Dokter Zafran dan istrinya tersenyum    “Al mau kekamar dulu Pa, Ma.”    “Iya sayang.”    Alena memasuki kamarnya dan sedikit berkutat dengan beberapa pekerjaan yang sengaja ia bawa pulang. Terutama yang berkaitan dengan proyek kerjasama dengan Kyungsan Hospital. Alena terlalu fokus pada setumpuk berkas dihadapannya hingga tersadarkan ketika mendengar deru mobil Abiyan memasuki garasi.    Gadis itu menyudahi aktivitasnya kemudian menghempaskan tubuhnya dikasur. Terdengar suara berisik di lantai bawah. Nampaknya Abiyan memang sudah pulang dari acaranya. Ia sedikit merasa aneh, baru jam 10 malam lebih sedikit adiknya itu sudah pulang. Padahal biasanya, ia harus meneror adiknya itu terlebih dulu agar tidak pulang terlalu pagi. ****  Tok, tok!    Abiyan mengetuk pintu kamarnya tepat ketika Alena akan terlelap, “Kak, udah tidur?”    “Belum. Napa? Takut tidur sendiri. Mau tidur sama aku? Tumben udah pulang? Biasanya harus ku teror telpon dulu baru mau pulang,” ejek Alena sembari membuka pintu    “Cerewet,” ucap Abiyan ketus.    “Apa kamu bilang?” Alena melotot.    “Makanya, kalau nanya satu-satu napa. Aku harus jawab yang mana dulu?” sungut Abiyan. Alena jadi tertawa geli melihat ekspresi adiknya.    “Hihihi, kenapa sih kenapa? Mau curhat?” Alena meremas pipi menggemaskan adiknya.    “Iya, mau curhat,” ucap Abiyan sungguh-sungguh.    “Lah, kenapa kamu ini? Masalah cewek pasti ini. Dih lembek amat sih masalah cewek doang,” ejek Alena. Ia sangat jarang melihat adikknya seserius ini.    “Jangan keras-keras napa. Malu aku.”    “Wuahaha. Hayoo. Ketemu mantan ya pasti. Aduin Papa ah. Paaa…” Alena seolah akan berteriak    “Aduin sono. Paan sih nggk bisa di ajak curhat. Pantes jomblo mulu. Wleek” Abiyan berlari menuju kamarnya. Ingin rasanya Alena mengejar kemudian menjitak adiknya itu    “Besok aja kak aku curhatnya. Eh, aku besok jaga. Besok-besok dah kalau gitu. Hhh,” tambahnya.    “Abiyan Nicholas Aditya...,” Alena menggeram gemas pada adiknya itu.    “Wkwk. Good night kakakku sayang. Kiss bye.”    “Iya kiss bye juga. Muah.”    Alena kemudian masuk kamar untuk kemudian tidur karena besok pagi ada jadwal operasi jam 9 pagi. Kondisinya harus fit. Terlebih lagi dia akan melakukan operasi bersama ayahnya, satu hal yang selama ini selalu membuatnya grogi. Tidak lama kemudian Alena terlelap.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD