A Promise

880 Words

Marko pulang lebih cepat hari itu. Lelaki itu ingin tiba di apartemennya lebih awal. Di perjalanan, ia membeli seikat bunga peony. Marko tersenyum sendiri. Terbayang sudah wajah gadis berambut merah itu. Senyumannya yang selalu membuat Marko seperti terkena sihir. Tatapan matanya yang tajam seolah menembus jantung. Marko menyukai semua yang ada pada diri gadis itu. Ia tak peduli lagi siapa diri gadis itu dulu. Yang terpenting sekarang ia adalah Lexy, gadis yang dicintainya. Aroma masakan kembali tercium ketika ia melangkahkan kaki ke dapur. Marko tersenyum. “Apa yang kau masak, Lexy?” Ia bertanya sambil berjalan mendekati gadis itu. Alex menolehkan wajahnya. Ia tersenyum. “Sup tomat dengan bakso. Aku harap ini enak,” sahutnya dengan wajah sedikit khawatir. “Aromanya enak.” Marko mende

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD