Michael Kang

2048 Words
Jam beker di kamar Tata sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, tetapi Tata masih terlelap dan tidak mendengar bunyi beker.  Hingga sepuluh menit kemudian Yosua datang dan mengetuk pintu kamar Tata. "Ta, bangun! Ini udah jam enam. Kamu nggak kerja?" "Masih ngantuk Pa," sahut Tata dari dalam kamar. "Tapi udah jam enam lima belas Ta. Nanti kamu terlambat." Yosua sengaja menambahkan waktu untuk membuat Tata bangun. "HAH?!" Tata melompat bangun dan langsung berlari keluar kamar. "Papa bercanda kan?!" tuduh Tata pada Yosua yang senyam- senyum. "Kalo nggak digituin kamu nggak akan bangun Ta." Sambil cemberut, Tata masuk ke kamar untuk melihat jam. Ternyata baru jam lima lewat empat puluh lima menit. Sambil mengentakkan kaki, Tata kembali menghampiri Yosua yang masih berdiri di depan pintu. "Papa jahat ih. Kalo Tata jantungan gimana?!" "Udah, jangan ngedumel aja. Buruan mandi, Papa lagi masak nasi goreng kesukaan kamu." "Iya, iya. Tata mandi." Tak lama kemudian Tata menuju ke kamar mandi yang terletak di sebelah kamarnya sambil membawa handuk dan seragam kerjanya. Selesai mandi dan berdandan, Tata keluar kamar sambil membawa tas dan jaket. "Pa, Tata pergi dulu ya." "Kamu udah mau jalan?" "Iya Pa." "Sarapan dulu Ta." "Nggak keburu Pa, ntar aja di sekolah." "Mana bisa begitu?! Tunggu sebentar, jangan pergi dulu. Yosua beranjak dari sofa yang didudukinya dan berjalan menuju ke dapur. Dia membawakan Tata nasi goreng yang dia masak untuk dimakan Tata ketika di sekolah. "Bawa ini." Yosua mengulurkan paper bag yang berisi tempat makan dan botol air. "Wah, makasih Pa." "Jangan sampe nggak dimakan." "Siap Bos. Kalo gitu Tata berangkat dulu ya Pa." "Kamu udah pamit sama Mama?" "Belum. Mama emang di mana? Tata belum liat dari tadi." "Coba kamu liat di kamar." "Papa aja yang sampein ke Mama ya. Tata udah telat Pa." Tata mengendarai motor menuju ke sekolah dengan kecepatan sedang. Beruntung jarak antara rumah dan sekolah tidak terlalu jauh. Cukup lima belas menit jika tidak macet. Tiba di sekolah, Tata mengendarai motor menuju area parkir khusus motor, dan memarkir motor di daerah untuk para guru dan staff. Selesai melepas helm dan merapikan baju, Tata berjalan menuju gedung sekolah sambil memperhatikan anak-anak yang berdatangan. "Pagi Miss," sapa beberapa siswa ketika berpapasan dengan Tata yang sedang berjalan ke ruang guru. "Pagi juga," balas Tata. "Miss Tata liburan ke mana?" tanya salah seorang murid perempuan yang bernama Cathy. "Nggak kemana-mana. Liburan di rumah. Kalo kamu ke mana?" tanya Tata pada Cathy. "Ke Jepang Miss." "Wah, seru dong? Ke Universal sama Disneyland nggak?" tanya Tata antusias. "Cuma ke Disneyland Miss." "Wah, pasti seru ya." "Lumayan. Miss nanti aku  ke perpustakaan boleh?" tanya Cathy. "Boleh. Emang mau ngapain? Kan baru tahun ajaran, belum perlu nyari buku kan?" "Aku ada perlu sama Miss." "Apaan tuh? Kok Miss jadi penasaran ya?" "Ada deh. Tungguin aja ntar," ujar Cathy sambil tersenyum manis. "Ya udah. Kalo gitu Miss mau ke ruang guru dulu ya." "Bye Miss!" seru Cathy dan teman-temannya. Tata balas melambaikan tangan pada mereka sambil terus melangkah ke ruang guru. "Ta! Tungguin gue."  Tata berhenti dan menoleh ke belakang. Dilihat nya Anne yang sedang berlari-lari kecil menghampiri dirinya. "Tumben amat elo telat Ne? Biasa pagi-pagi udah nyampe." "Gue kesiangan bangun, semalem nggak bisa tidur." "Tumben amat nggak bisa tidur. Biasa jam delapan udah tidur." "Gue rada senewen pegang kelas dua kali ini Ta," keluh Anne. "Kenapa?" "Lo inget Rio kan? Yang tahun lalu bermasalah di kelas satu. Nah gue kebagian pegang dia sekarang. Ditambah ada murid baru, yang menurut kabar anak itu bermasalah di sekolahnya yang lama." "Wah, berarti elo ketiban rejeki nomplok Ne." "Ish, seenaknya kalo ngomong." Anne mencubit pinggang Tata gemas. "AW! Sakit Ne. Elo kalo nyubit nggak pake perasaan banget sih!" "Lagian elo duluan. Masa dapet dua calon anak yang berpotensi membuat kelas gue heboh elo bilang dapet rejeki nomplok?!" sungut Anne. "Maksud gue, elo syukurin aja Ne. Siapa tahu dengan begini, elo bakal nemuin hal yang positif." "Semoga Ta. Ayo ah, buruan jalannya, males banget gue jadi yang paling akhir sampai di ruang guru." *** Selesai doa pagi dan pengarahan dari kepala.sekolah, masing-masing guru dan staff bersiap untuk memulai tugas mereka di hari ini. Karena Tata berkerja di perpustakaan, hari ini dia masih bisa bersantai sedikit, karena semua tugas sudah Tata selesaikan di tahun ajaran yang lalu. "Ne, ntar gue mau mampir ke kelas elo ya," ujar Tata sambil menggandeng tangan Anne. "Pasti pengen liat murid baru, iya kan?" tebak Anne. "Ho oh." "Sok aja. Gue duluan Ta, bentar lagi bel masuk, gue mau siap-siap dulu." Anne bergegas menuju kelasnya. Sedangkan Tata berjalan ke perpustakaan. Merasa iseng karena belum ada yang harus dikerjakan, Tata memilih- milih buku yang sampul nya perlu diganti segera.  Setelah mengambil beberapa buku, Tata mulai mengganti sampul plastik setiap buku dengan teliti dan rapi, hingga Tata tidak menyadari waktu yang berjalan. "Ah, selesai juga," desah Tata sambil meregangkan kedua tangannya ke atas. "Tinggal gue kasih kode, dan periksa bagian dalamnya sekali lagi, beres deh!" gumam Tata sendirian. Tata melihat jam di tangannya dan tersentak. "Tuh kan jadi aja lupa."  Buru- buru Tata bangun dari kursinya dan menuju ke kelas Anne. Di depan kelas Anne, Tata melihat ke dalam melalui jendela besar.  Tepat pada saat itu, saat itu, seorang anak laki- laki sedang diminta Anne untuk memperkenalkan dirinya. Namun, anak itu hanya diam dan menundukkan kepalanya. "Oh itu anak barunya.  Kenapa ya dia nggak mau jawab? Padahal mukanya lucu, matanya apalagi." gumam Tata dari jendela kelas. Selesai memperhatikan dari luar kelas, Tata berbalik menuju ke perpustakaan. Sepanjang hari, Tata menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan. Begitu juga ketika Cathy datang dan memberinya oleh-oleh dari Jepang. Siang hari setelah Anne menyelesaikan tugas, dia mendatangi perpustakaan untuk mengobrol dengan Tata. "Ta?" panggil Anne dari pintu perpustakaan. "Uy. Masuk aja Ne." Anne melepaskan sepatu, dan menyimpan di rak sepatu yang sudah disediakan. Barulah dia menghampiri Tata. "Elo udah makan Ta?" "Udah dong. Elo?" "Udah." Anne menarik kursi yang ada di hadapan meja Tata. "Ta, elo tadi liatin anak barunya nggak?"  "Liat. Kenapa gitu?" "Menurut lo, ada yang aneh nggak ma itu anak?" "Maksud lo?" "Itu anak nggak mau jawab pas gue tanya. Gue pikir itu anak nggak bisa ngomong." "Mungkin masih malu Ne. Kan anak baru suka gitu. Merasa belum nyaman dengan suasana baru." "Iya sih. Coba kita liat besok." "Semoga besok dia udah bisa beradaptasi sedikit," ujar Tata. "Eh, ngomong-ngomong, itu anak siapa namanya?" "Michael Kang." "Namanya bagus juga," gumam Tata. "Semoga kelakuannya sebagus namanya." "Amin," ujar Tata. "Gue tuh penasaran sama  matanya Ne. Kayak yang nyimpen rahasia gitu." "Ah mulai kumat deh." "Kumat apaan?" "Jangan coba-coba nyari tahu tentang itu anak. Ntar elo yang susah ngelepasin diri dari dia kalau ternyata dugaan elo bener." "Ih, sok tahu. Emang gue ngeduga apaan?" "Gue belum tau. Tapi gue kenal siapa elo Ta." "Emang gue siapa gitu?" "Elo itu kan kayak magnet Ta. Anak-anak langsung nempel kaya permen karet ke elo. Dan anehnya, mereka tuh bisa curhat ke elo, padahal belum lama kenal sama elo. Dan yang lebih aneh buat gue, elo kok bisa tau apa yang mereka rasain." "Gue juga nggak tau Ne. Kadang gue pengen gitu bersikap nggak peduli sama mereka, tapi hati gue suka nggak tega." "Mungkin itu daya tarik lo Ta. Lucunya, yang deket sama elo itu biasanya anak-anak yang bermasalah di rumah mereka." "Iya gitu?" "Iya. Elo inget Cathy kan? Gimana dia sangat luar biasa nyusahin Rere tahun lalu. Begitu deket sama elo, itu anak berubah drastis. Dan setelah itu, dia jadi anak yang menyenangkan dan ramah ke guru-guru." "Aslinya gue nggak apa-apain tuh anak. Gue cuma kasih dia waktu buat cerita." "Tapi ke Rio kenapa elo nggak mau deket Ta?" "Entah Ne. Hati gue nggak tergerak." "Hei, kalian pada nggak mau pulang?" tanya Ivan yang melongok ke dalam perpustakaan. "Eh? Emang udah waktunya pulang?" tanya Tata. "Udahlah. Ini kan udah jam setengah empat. "Tuh kan, kalo udah ketemu sama elo, ada aja dah yang diomongin sampe lupa waktu," gerutu Anne. "Lho kok gue yang disalahin? Kan elo yang dateng sendiri ke sini," bantah Tata. "Itu dia masalahnya Ta. Gue sendiri bingung, kenapa gue betah duduk di sini. Elo pake pelet apaan sih?" "Pelet ayam Ne," sahut Tata sambil berdiri dan memasukkan barang-barang ke dalam tas. "Elo pikir gue ayam?!" gerutu Anne. Tata tidak membalas perkataan Anne. Dia malah memakai jaket dan mengambil tas nya. "Udah ah, gue mau pulang." Anne pun ikut berdiri dan berjalan meninggalkan perpustakaan. "Miss Tata pulang sama siapa?" tanya Ivan. "Pulang sendiri atuh Van, kan dia bawa motor," celetuk Anne yang sudah sampai di pintu. "Oh, kirain aja mau dianterin sama saya," seloroh Ivan. "Ogah," ujar Tata. "Kok gitu jawabnya Miss?" tanya Ivan kaget. "Kasian sama si putih Mister. Kalo ditinggal di sini dia bisa kedinginan sepanjang malam." "Gèlo lo Ta. Gue pikir kenapa," sungut Anne. "Udah ah. Gue mau pulang,” ujar Tata sambil menutup pintu perpustakaan. "Ke parkirannya bareng sama saya aja Miss." "Jiah Mister, masa ke perkiraannya aja harus bareng. Kan tinggal jalan doang." "Gapapa Miss, biar ada temen ngobrol gitu." "Terserah Mister aja deh." Tata bergegas berjalan dan meninggalkan Ivan di belakang. "Eh tungguin saya Miss!" seru Ivan sambil berlari mengejar Tata. Anne menggelengkan kepala melihat hal itu. Ivan, yang adalah guru olahraga sudah beberapa bulan ini mengejar Tata. Namun, selalu ditanggapi biasa saja oleh Tata. *** Sampai di rumah, Tata belum melihat mobil Yosua. Baru saja dia hendak membuka gerbang yang digembok, Karni  berlari keluar dan membukakan gerbang untuk Tata. "Mbak, Papa belum pulang ya?" tanya Tata pada Karni. "Belum Mbak." Tata masuk ke dalam rumah dan menaruh kunci motor di gantungan khusus menaruh kunci motor dan mobil.. "Tumben pulang cepat Mbak?" tanya Karni. "Tata ngantuk Mbak." Karni tersenyum mendengar jawaban Tata.  "Mbak sih selama libur tidurnya malem terus," ujar Karni. "Kan mumpung libur Mbak," sahut Tata. "Mbak Tata mau makan?" "Nanti aja Mbak Kar. Tata beneran mau tidur." "Atau mau saya bikinin jus? Kebetulan semalam Ibu bawa alpukat." "Nanti aja Mbak. Eh, Mbak Kar lagi masak?" tanya Tata yang mencium aroma harum dari arah dapur. "Saya lagi goreng singkong Mbak. Tadi pagi Bapak beli singkong sama kakek-kakek yang sering lewat sini." "Oh. Masih lama jadinya?" tanya Tata sambil membuka lemari es dan mengambil botol air. "Mbak Tata mau? Sudah ada yang matang kok." "Ah, nanti aja Mbak. Tata mau rebahan dulu," ujar Tata. Setelah minum, Tata meninggalkan dapur dan masuk ke kamar. Tata mengganti baju seragamnya dengan kaos dan celana pendek. Setelah itu naik ke tempat tidur. "Ah, nyamannya," desah Tata yang sudah berbaring di kasur. Tidak lama kemudian, Tata tertidur. Dia tidak mendengar suara mobil Yosua, bahkan tidak mengetahui ketika Yosua mendatanginya ke kamar. "Ta, bangun  udah mau maghrib." Yosua menepuk-nepuk pelan pipi Tata. "Masih ngantuk," gumam Tata. "Eh, bangun dulu Ta. Mandi, makan, baru tidur lagi." Kali ini Yosua mengguncang badan Tata cukup keras. "Papa ganggu aja ih." Dengan malas, Tata duduk sambil mengusap kedua matanya. "Sudah mau maghrib Ta. Sana mandi dulu, terus makan." "Mama udah pulang Pa?" "Belum. Tadi Mama kamu bilang bakalan pulang terlambat karena Irna hari ini ijin nggak masuk." "Oh. Ya udah kalo gitu Tata mau mandi." Tata beranjak dari tempat tidur menuju keluar untuk mandi. Selesai mandi, Tata mencari-cari Yosua. "Pa!" seru Tata. "Papa di mana?" "Di sini Ta!" seru Yosua dari taman belakang rumah. "Ngapain sendirian di sini?" tanya Tata sambil duduk di undakan batu. "Kamu mau singkong?" tanya Yosua sambil menyodorkan piring berisi singkong goreng. "Makasih Pa." Tata mencomot sepotong singkong. "Gimana sekolah hari ini, ada yang seru?" "Biasa aja Pa, kan baru hari pertama." "Ada murid baru?" "Ada beberapa Pa. Oh iya, salah satunya anak lelaki kelas dua. Namanya Michael Kang." "Kenapa sama anak itu?" "Belum tau Pa. Cuma kok hati Tata rasanya kasian aja liat itu anak. Kayak yang kesepian dan nggak bahagia gitu deh." Tanpa sadar, Tata sudah memakan tiga potong singkong sambil mulutnya terus bercerita. "Terus kamunya mau gimana?" tanya Yosua. "Nggak tau Pa. Belum dipikirin. Buat Tata sih, jalanin aja. Ke depannya bagaimana, gimana waktu aja. Kalo menurut Papa gimana?" Yosua memandangi putri bungsunya itu. Dari ketiga anak perempuan yang dia miliki, Tata memang yang paling dekat dengan dirinya. Dan sampai saat ini, Tata selalu menceritakan semua padanya. "Jalanin aja Ta. Kalo emang udah jalannya kamu mesti kenal dan deket sama anak itu, jalannya pasti ada. Dan jangan ditolak kalau anak itu dateng ke kamu.” "Iya Pa.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD