6. Ketua OSIS Nyebelin.

1068 Words
Kanaya tersenyum miring ketika melihat ketua OSIS sekolahnya sedang memarahi siswi berkacamata yang tidak membawa pop mie. Ketus OSIS itu menatap siswi itu dengan mata elangnya yang sangat tajam. "Maaf kak, saya tahu saya salah. Tapi saya benar-benar lupa bawa." Isak cewek itu. Kanaya yang duduk di belakang cewek itu memiringkan wajahnya. Cewek itu menangis? "Alasan, bilang aja Lo gak niat ikut MOS." Sentak Devano. Kanaya yang sedang menunduk gara-gara matanya silau terkena paparan sinar matahari terjengkit kaget. "Bukan begitu kak, saya..." "Maaf kak, kakak boleh memarahi dia. Karena saya tahu dia salah. Tapi kakak tidak berhak ngebentak dia apalagi ngebuat dia nangis." Kanaya berdiri, dia menatap Devano dengan badan tegak dan terkesan seperti menantang. Erlangga yang berdiri di depan Lapangan tertegun melihat keberanian Kanaya. "Belum tahu Devano dia." Gumam Erlangga, sambil terkekeh pelan. "Saya tidak punya urusan sama Lo." Devano menatap wajah angkuh Kanaya dengan rahut wajah dingin. "Saya juga tidak berniat mempunyai urusan dengan kakak." Balas Kanaya, tanpa rasa takut. Devano tersenyum miring. Dia menyugar rambutnya kebelakang. "Urusan kita belum selesai. Lang, bubarin." Devano pergi begitu saja. Kanaya hanya mengedikkan bahunya. Memangnya dia perduli dan takut dengan ancaman si ketua OSIS Gesrek itu? Sama sekali gak. "Baik semuanya, acara MOS kali ini saya tutup. Selamat bergabung di sekolah tercinta kita ini. Sekian, terimakasih. Kalian boleh bubar." Erlangga berdiri gagah di depan Lapangan. Setelah semuanya bubar, Erlangga diam-diam memperhatikan Kanaya dan kedua temannya. "Baru kali ini gue ngelihat cewek seberani itu. Salut gue." Gumam Erlangga. *** "Yaampun, sumpah ya Lo keren banget bisa ngebantah ucapan Kak Devano dan ngebela cewek cupu itu. Gue salut banget." Dara mengacungkan kedua jempolnya sambil mengunyah bakso yang berada di dalam mulutnya. Manda yang melihat itu berkidik ngeri. Amanda menoyor kepala Dara dengan tatapan jijik. "b*****t Lo, kuah air liur Lo kena wajah gue semua." Protes Manda yang dibalas cengiran oleh Dara. "Yaelah, sensi bangetsih Mbak Manda ini. PMS ya?" Celetuknya menyebalkan. Amanda memutar kedua bola matanya malas. "Kayaknya gue perlu pergi kedukun buat ngerukiah diri gue sendiri. Kok bisa-bisanya gue temenan sama ondel-ondel sawah yang suka banget ngebacot kayak Lo." Manda melipat kedua tangannya kedadanya. Dia melirik Kanaya yang sedang meminum jusnya dengan santai. "Yaiyalah ya Lo temenan sama gue, secara kadar kecantikan kita kan hampir sama." Dara menyibakkan rambutnya kebelakang dengan bangga. "Ya..., Walaupun cantikkan gue sih." Lanjutnya menyebalkan. Amanda hanya diam. Tidak ada gunanya membalas ucapan orang gila seperti Dara yang gak ada abisnya. Kadang Amanda itu berfikir, apa bibir Dara terbuat dari kereta api yang gak ada remnya dan terus melaju? Tapi kereta api kalau bahan bakarnya abis juga berhenti. Lalu dara jalan berhenti bicara? Pas dia udah mati gitu? "Gak abis pikir gue sama ketua OSIS model kayak dia. Lagi pula manusia itu kan kodratnya lupa. Ya wajarlah kalau dia lupa bawa pop mie. Gitu aja sampai diomelin di depan semua orang." Kanaya terlihat masih kesal. Dia menekuk wajahnya dan meremas tangannya sendiri. "Biasa, Ay. Kakak kelaskan berkuasa." Manda menjawab dengan santai. Tapi ucapannya benarkan? Bahwa kakak kelas itu berkuasa. "Menurut Lo kakak kelas itu berkuasa? Berkuasa nginjek-nginjek harga diri kita sebagai adik kelasnya dan bertingkah seenaknya dengan memperlakukan cewek tadi seperti memarahinya di lapangan dan kalangan umum? So..., Menurut gue sikap mereka sama sekali tidak mencerminkan sebagai kakak kelas yang baik." Kanaya meremas gelas minumannya. Jika dia memiliki kekuatan seperti samson si tulang kawat otot besi pasti gelas itu sudah pecah. "Tapi Kak Devano itu ganteng, apalagi Kak Erlangga, cool banget. Bukankah ada pepatah yang mengatakan orang ganteng bebas melakukan apa sajAma?" Dara menatap kedua temannya dengan senyum mengembang. Kanaya dan Manda saling pandang. "Dara...!" Teriak mereka kompak.. "Hee..., Peace." Dara mengangkat tangannya dan membentuk huruf V. Di tempat yang sama, di kantin sekolah, Erlangga, Devano, dan Alvaro sedang duduk bersandar sambil memperhatikan mereka bertiga. Ikatan dasi yang berada di kepala Alvaro, baju berantakan yang Erlangga pakai, serta wajah sangat yang Devano tunjukkan membuat cewek-cewek yang berada di kantin menahan teriakannya untuk meneriaki nama mereka bertiga yang pesonanya sungguh memukau. "Kalian ngerasa gak sih kalau mereka itu beda sama cewek lain? Saat semua cewek-cewek lain berusaha deket sama kita, mereka malah biasa aja ketika melihat kita. Apalagi cewek yang sedang menekuk wajahnya itu. Yang tadi berantem sama Bos kita, jutek banget. Kayak gak tertarik sama pesona ketampanan kita." Erlangga menatap Kanaya dasi pojokan kantin. Bibir cowok itu tersenyum penuh isyarat. "Serius, tadi Lo berantem sama cewek?" Alvaro yang tidak bagian dari anggota OSIS tidak tahu kejadian tadi. "Belum tahu siapa gue emang tuh cewek." Terlihat jelas bahwa Devano sangat marah dengan Kanaya. Kedua mata elang cowok itu seakan sedang mengeluarkan leser berwarna merah. Dia siap menerkam siapapun yang mengganggunya hari ini. "Roman-Romannya ada yang gak terima di marahin cewek cantik. Mau bales dendam Lo? Gak malu? Yang nyari gara-gara sama Lo cewek loh." Erlangga tertawa mengejek. Sontak hal itu membuat rahang Devano mencetak hingga terlihat jelas bulu darahnya yang memerah. "Kalau dia cowok, udah mati dia sama gue." Devano menendang meja kantin dengan emosi. *** "Aya, ay, gimana kalau nanti kita nginep rumah lo?" Usul Dara. Kebetulan hari ini masih free class, Jadi mereka bisa leluasa mengobrol. Di kelas ini juga memiliki tipe siswa maupun siswi yang berbeda. Ada yang suka ngegosip, nonton Vidio m***m, nge-game, baca buku, bahkan anak K-Pop. Dibarisan depan dan barisan no 2 terdapat siswi maupun siswa yang memiliki prestasi. Mereka cenderung lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku dari pada ngerumpi tidak jelas yang ujung-ujungnya fitnah. Di barisan tengah ada siswi-siswi yang hobby banget ngerumpi, kebanyakan mereka memamerkan barang elit yang mereka punya karena ini sekolah adalah favorit. Sekolah paling mahal di daerah Jakarta. Sedangkan di belakang terdapat siswi maupun siswa yang Hobby bsbget tidur dan nonton Vidio tidak senonoh. Unik bukan mereka? "Gue sih setuju-setuju aja. Kalau Lo gimana, Manda? Mau gak tidur di rumah gue?" Kanaya melirik sahabat barunya yang sedang membaca novel berjudul bumi manusia. "Gue sih ngikut aja." Manda tersenyum kepada Kanaya, lalu merengut ketika tatapannya bertemu dengan Dara. "Dih, gak adil banget Lo Nyet. Giliran sana Kanaya aja Baik, senyam-senyum. Giliran sama gue tuh muka masam aja." Protes d**a yang di balas kedikan bahu oleh Amanda. Bagi cewek itu buku novelnya lebih penting dari pada mendengar ocehan tidak bermutu milik Dara. "Di rumah Lo ada makanan 'kan, Saya?" Tanya Dara, sambil menyisir rambutnya menggunakan jemarinya. Manda mendengus, dia menutup buku novelnya sebentar sambil menghela nafas pelan. "Dasar gentong, pikirannya makanan Mulu." Protes mamanya. "Ada kok, tenang. Semuanya aman terkendali. Mau es krim ada, keripik ada, s**u kotak ada, semua ada. Lo mau apa biar gue beliin?" Tanya Kanaya, baik. "Gak usah, gue pemakan segala. Kecuali balok sama kayu." Sontak ucapan Dara membuat Amanda mendengus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD