Berita Widi

1075 Words
Aleah P.O.V Sudah 4 hari ini aku tidak melihat Widi. Mungkin kalau aku yang biasanya ketus sama dia harus nya merasa bahagia karna tidak ada yang akan ngeganggu aku. Tapi kok ini rasanya lain yah? Kayak ada manis-manis nya eh kok jadi ngelantur sih. Maksud nya kayak ada yang hilang. Aku membuka buku tulis ku. Buku Tulis yang sudah di sampul warna putih dan di hias oleh ku. Dan aku menulis di cover buku dengan kata-kata 'DON'T TOUCH MY LOVELY BOOK!!'. Buku ini di berikan oleh Widi saat terakhir dia menjemputku. Aku membuka beberapa Halaman. Ya! Ga tau kenapa sejak dia pergi, aku selalu nulis puisi di buku ini. Sekarang sudah jam enam sore. Aku duduk di dekat Jendela. Kalau lagi begini aku jadi inget vidio clipnya Dusk Till Dawn nya Zayn deh hehehe! Eh back to topic!! Jadi aku mulai mengambil pulpen ku. Aku mulai memikirkan dia. Seseorang yang ketika dekat selalu ku sambut dengan kata-kata ketus tapi kalau begini malah aku yang uring-uringan. 'Senja.. Cahaya nya bagaikan menenggelamkan dirinya.. Tenggelam dan menghilang.. Dan aku merasakan adanya kekurangan.. Apakah gerangan yang kurang? Mengapa terasa menyesakan? Mengapa aku merasa hampa? Ada apa dengan rasa ini.. Oh, senja.. Diri ini baru sadar.. Bahwa diri ini mencintainya.. Mencintai dirinya yang kau tenggelamkan.. Dirinya yang ku cinta.. Bagaikan Senja.. Yang bisa menenggelamkan hati ku.. Namun hati ku tenggelam dalam mabuk cinta diri mu..' Begitulah Puisi yang ku tulis di buku ini. Hmmm rasanya seperti sedikit lega. Wait! Apa ini yang di sebut Jatuh Cinta? Wahhh!! "Leah?" Panggil seseorang ketika ku lihat ternyata Mom. Tapi tunggu! Kok Mom kayak nangis sih? "Mom? Kenapa? Kok nangis?" Tanya ku bingung. Mom makin menangis dan aku mulai panik. "Leah.. Widi.. Dia katanya salah satu korban penembakan di Bandung! Ya ampun Leah, mantu mom!!!" ujar mom dengan tangis yang sesegukan. Bagaikan tersambar petir, aku merasa tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Widi? Penembakan? "Mom? Jangan bercanda begitu ah. Widi cuman ngawal gubernur lho bukan misi penyelamatan. Ga mungkin mom." ujarku yang tanpa sadar mulai menangis. Terasa sangat sesak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh mom. Ini tidak mungkin!! Mom memeluk ku, dalam sekejap tubuhku langsung luruh ke lantai. Terasa sangat lemas sangat mendengar berita yang disampaikan. Mom memeluk ku dengan erat namun rasanya aku masih tidak bisa percaya. Dengan tertatih, aku berjalan menuruni tangga dan turun ke ruang tv. Aku langsung menyalakan tv untuk mencari berita penembakan yang mom katakan sampai akhirnya tangan ku gemetar tatkala berhenti di satu channel. "Penembakan yang terjadi tepat didepan gedung sate pada pukul lima sore tadi merupakan sebuah kejadian yang tidak disangka-sangka. Mengingat banyaknya anggota pihak kepolisian yang terjun ke lapangan untuk pengawalan tentu membuat hal ini tidak banyak disangka oleh semua orang." begitulah kata reporter dengan latar belakang Gedung Sate Bandung. "Baik, ada berapa korban yang saat ini sudah tercatat?" tanya reporter yang berada di studio. "Di tetapkan ada tiga korban penembakan yakni dua orang dari pihak kepolisian dan satu orang dari warga sekitar. Pelaku penembakan pun saat ini sudah di tanggap dan akan segera mendapatkan hukuman atas perbuatannya." kata reporter yang berlatarkan Gedung Sate Bandung. Aku langsung mematikan tv dan segera ke kamar. Aku akan ke Bandung untuk memastikan apa Widi baik-baik saja atau tidak. Aku tidak akan tenang. "Kak? Mau kemana?" Tanya Pierre. "Kakak mau ke tempat tugasnya Widi de. Oh iya tolong kabarin semua anak temennya mom. Biar barengan kesananya. Kakak males bawa mobil." Kata ku. Pierre membuka ponselnya. "Kak, Zella sama Zillo ga bisa ikut, mereka lagi acara keluarga." Kata Pierre yang ku jawab anggukan. "Juliano juga kak ga bisa ikut. Dia ada latihan buat lomba basket." Kata Pierre. "Yaudah gapapa dek bilang aja buat yang ga bisa ikut kalo kakak gapapa." Kata ku. Aku membereskan ransel ku. Aku hanya akan membawa satu set pakaian dan sisanya untuk charger, Power Bank, Headset,& Sendal Jepit. Aku langsung membawa tas ku ke depan rumah dan melihat dad yang baru saja pulang. Mom menghampiriku dan memberikan satu kotak bekal dengan senyuman di bibir nya. "Ini buat kamu di perjalanan. Bagi-bagi ya sama adik-adik kamu." kata mom. "Okay. Pierre, kamu langsung cek gih mobil yang baru masuk rumah." kata ku. "Ada mobil jeep nya dad, kak." kata Pierre. "Dad? Leah boleh pakai Mobil Jeep dad ga?" Tanya ku. "Boleh kok. Ini kuncinya." Kata Dad memberikan kunci mobilnya pada ku. Aku langsung masuk ke mobil jeep dan mulai mengendarainya ke rumah tante Emill dulu. Aku melihat Valencia dan Valentino sudah siap dengan membawa ransel mereka masing-masing. Mereka langsung masuk ke dalam mobil Jeep. "Tino? Kamu aja yang ngendarain mobilnya. Kakak di sebelah aja." Kata ku yang di jawab anggukan. Kami berangkat menuju rumah tante Jessi. "Waduhhh Leah. Itu beneran si Widi jadi korban? Kasian ya." Kata Tante Jessi ketika kami sampai di depan rumahnya yang ku jawab anggukan. "Maaf ya Leah kami sekeluarga kecuali Alisa ga bisa ikut nemenin kamu." Kata Om Randi yang ku jawab anggukan. Alisa keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil. Kamipun langsung berangkat ke Kota Bandung. Sesekali kami berhenti di rest area untuk beristirahat. Pierre pun bergantian dengan Valentino untuk mengendarai mobil. Saat ini aku hanya bisa bersabar dan berdoa agar Widi baik-baik saja disana., Aku tidak mau terjadi apapun kepadanya. Ya tuhan, jangan biarkan cinta yang baru tumbuh pada hati ku ini kembali mati bersama dengan kepergiannya. Tiga jam kemudian, kami sudah sampai di Bandung. Aku langsung meminta kepada Pierre agar mengarahkan mobil ke gedung sate. Dan tanpa butuh waktu lama, kami sampai. Aku segera turun dan menemui beberapa polisi yang sedang berjaga malam ini. "Permisi, pak. Izin bertanya, dimana korban penembakan di bawa untuk perawatannya ya? Saya keluarga dari salah satu polisi, saya datang untuk memastikan keadaan calon suami saya." ujar ku yang tanpa sadar menyebut Widi sebagai calon suami ku. "Mbak bisa melakukan pengecekan di rumah sakit didekat sini. Tiga korban penembakan sudah di bawa kesana." kata polisi itu yang ku jawab anggukan. "Baik, terima kasih atas info nya ya pak." kata ku. *** Kami sudah sampai di depan rumah sakit yang dimaksud oleh para polisi tadi. Aku langsung berlari ke arah resepsionis namun langkah ku berhenti ketika melihat satu bangsal keluar dari lift dengan kain yang menutupi seluruh tubuh pasien itu. Seorang suster menghampiri resepsionis dengan menggelengkan kepala nya. "Kasian pasien itu. Belum sempat ada keluarga nya yang mengunjungi dia tapi tuhan memilih mencabut nyawanya. Kasian betul polisi itu." Begitulah yang ku dengar sebelum akhirnya kesadaranku perlahan menghilang, dan kegelapan menelanku hingga tidak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD