-Kakak Ipar-

1172 Words
Arsen P.O.V "Ka, aku mau ikut ya ke kantor. Boleh dong please!" bujuk Arkena ketika aku sudah siap dengan setelan kerjaku ini. Sedari tadi dia selalu meminta untuk ikut ke kantor. Akupun menghela nafas dan mengangguukan kepala. "Yaudah tapi kalo kamu bosen, jangan minta kakak yang anter balik kesini. Kakak nanti ada meeting lho, dek. Jadi kalo kamu mau apa-apa bisa minta aja ya." jawabku yang membuat senyuman di wajah adik perempuan ku ini melebar dengan matanya yang berbinar. "Iya kak, Arken janji ga bakal ganggu kakak. Janji deh!" ujarnya. "Yaudah sana siap-siap! Kakak tunggu!" suruhku. "Siap laksanakan!!!!!" jawab Arken semangat. *** Kaki ku turun dari mobil lalu berlari ke pintu disebelah Arkena. Dengan perlahan, pintu nya ku buka terlihatlah adik ku yang sedang memakai lipstick dibibirnya. "Ngapain sih pakai gituan?? Kamu mau ngegoda karyawan kakak hmm?" tanyaku menatapnya dengan tajam. "Ish! Ga gitu tau kak! Kan aku ga diliat bocil makanya pakai ginian. Emang kenapa? Cantik ya!" jawab Arkena yang membuatkku mendengus pelan. "Kagak. Nanti kamu pakai jas kakak! Kakak ga mau ngeliat ada karyawan nanti yang ngelirik-lirik kamu! Apalagi tuh rok kamu selutut! Itu tuh pendek!" ucapku. "Hmmm, lama-lama kakak mirip papa. Apa-apa dilarang." kata Arkena ketus. "Masih mending, berarti ada yang perhatian sama kamu!" jawabku tak kalah ketus. Dia akhirnya menuruti perintahku lalu kami masuk ke dalam gedung perusahaan. Baru saja kami memasuki resepsionis, sudah banyak karyawan yang menatap adik ku. Sial! Apa mereka mau ku pecat saat ini juga?! "Para laki-laki disini harap menunduk! Jangan ada yang berani menatap adik saya! Jika saya lihat kalian menatapnya maka saya sendiri yang akan menghajar kalian!" ancam ku dengan penuh penekanan disertai tatapan tajam. Akhirnya karyawan di kantor ku ini menaati perintah dari ku sampai kami berdua masuk ke lift. "Kakak nanti meeting sampai jam berapa?" tanyanya. "Mungkin sampai makan siang." jawabku pelan. "Yah! Terus aku gimana?" tanya Arken. "Kan kakak udah bilang kamu ngeyel. Yaudah kamu mau nunggu disini apa belanja? Kalo belanja nih ada kartu kakak!" ujarku memberikan kartu keemasan kepada adik ku ini yang paling ku sayangi. "Yes!! Tapi nanti aku disini dulu ya kak. Aku mau ngadem dulu sebentar." kata Arken. "Yaudah, inget ya belanja sepuasnya! Lusa kamu udah pulang kan makanya puas-puas in mumpung masih disini!" suruhku. "Nanti duit kakak abis loh!" ucap Arken yang membuat ku tertawa. "Lah kita anak keluarga Gumilar sayang. Ibaratnya aja kan duit kita sampai sepuluh turunan juga tetep banyak. Udah kakak disini kan kerja pasti ada kok." jawabku santai. *** Sedari tadi aku tidak memfokuskan diriku ke meeting siang ini. Entahlah dari tadi aku tidak menemukan Kanaya dan Divya. Kemana mereka? "Wan!" panggilku. Irwan yang baru saja mau duduk menghampiri ku. "Ngapa, Sen?" tanyanya. "Kanaya sama Divya mana? Bukan nya mereka yang tanggung jawab di tender ini?" tanyaku. "Nah itu dia gw juga ga tau. Si Divya gw WA ga bales." jawab Irwan yang membuatku bingung. "Bagaimana menurut anda, Tuan Gumilar?" tanya perwakilan dari perusahaan yang akan bekerjasama dengan ku. "Saya rasa cukup bagus. Lanjutkan!" jawabku sambil tersenyum. "Baik lah jika memang sudah cukup saya rasa kita akan kembali membahas perkembangan kerjasama kita ini di meeting selanjutnya. Bagaimana?" tanya CEO perusahaan yang bekerjasama dengan ku. "Tentu, saya akan senang sekali jika kunjungan anda untuk membahas kerjasama kita. Terima kasih sudah datang!" ucapku sambil tersenyum. Akhirnya meeting ini selesai, sekarang aku harus segera ke ruangan ku. Pasti Arken sedang tertidur atau memakan makan siangnya. "Sen, gw tadi kayaknya ngeliat Kanaya sama Divya jalan sama Arkena. Mereka naik mobil, gimana? Mau kita susul aja?" tanya Irwan. "Lah? Kok adek gw jadi kenal sama mereka? Yaudah deh ayo!" ajak ku. "Bentar gw mau beresin rambut gw dulu ya kali ketemu ayang berantakan." kata Irwan yang membuat ku menatapnya malas. "Percuma. Cewek sekarang nyari cowok yang kaya bukan yang ganteng. Lo kaya lo aman brodi!" ucapku menanggapi kelakuan sahabat ku ini. "Huft! Yaudah deh ayo!" kata Irwan. Kamipun melangkah dengan cepat ke basement dan menaiki mobil ku. Irwan yang kali ini mengendarainya bisa dengan cepat membelah jalanan di Bali yang memang tidak seramai di Jakarta. "Menurut lo mereka kemana?" tanya Irwan. "Adek gw doyan belanja. Pasti mereka ke beachwalk!" jawabku. "Okay kita langsung kesana aja." kata Irwan. Setelah setengah jam kami menempuh jarak yang tidak begitu jauh dari kantor, mobil ku pun terparkir di parkiran khusus mobil milik beberapa resto pesisir pantai Kuta. Aku dan Irwan dengan cepat berjalan ke dalam, tanpa menunggu lama aku angsung menelfon adik ku Arkena. "Hallo kak!" sapanya. "De, kamu dimana?" tanyaku. "Aku di beachwalk. Lagi di Victoria Secret nya." jawab Arkena yang membuatku terkejut. "Mau ngapain kamu masuk kesana? Itu kan toko daleman!" sungut ku kepadanya. "Yailah aku perlu beli underwear, banyak yang harus diganti. Aku juga mau beli parfum." kata Arkena. "Yaudah kakak kesana. Kakak juga udah beres nih meetingnya." ujarku. "Okay ka. Kakak bawa mobil kan ya? Aku sama temen-temen aku soalnya." tanya Arken. "Iya kakak bawa." jawabku lalu langsung mematikan sambungan telfon kami. "Gimana Sen? Mereka dimana? Gw ga sabar nih mau ketemu ayang gw." tanya Irwan. "Victoria Secret. Ayo kesana!" ajak ku. Kami langsung melangkah ke toko Victoria Secret namun saat kami sampai didepan nya kami justru dibuat tercengang. Bagaimana tidak, dihadapan kami ada banyak dalaman wanita dan jujur saja itu membuat ku malu. "Yakin lo mau masuk?" tanya Irwan. "Ga tau deh, ga yakin gw." jawabku pelan. "Coba deh kita liat dari sini ada adek lo apa enggak!" kata Irwan. "Ide bagus." ucapku menyetujui usulannya. Aku mulai mengedarkan pandangan ku ke dalam toko untuk mencari keberadaan adik ku. Dan akhirnya aku melihattnya bersama dengan Kanaya dan Divya. Mereka sedang melihat-lihat barang didalam. "Wan, mereka didalem. Ayo!" ajak ku sambil menarik tangan sahabatku memasuki toko ini tanpa memperdulikan tatapan orang-orang disekitar. "Arkena." panggilku. Adik ku itu langsung menengok dan tersenyum. Sedangkan Kanaya dan Divya menatapku penuh rasa takut bahkan mereka langsung menundukan kepala. "Kenapa kalian nunduk? Ada duit dibawah?" tanyaku santai. "Eh? E-enggak pak. Maaf kami tadi keluar kantor tanpa izin." jawab Kanaya dengan rasa gugup. Aku menghela nafas pelan lalu menepuk pundak nya, "Tidak appa-apa. Saya sangat berterima kasih kamu dan Divya mau menemani Arkena kesini. Maaf dia mengganggu jam kerja kalian." ucapku. "Eeuummm tidak apa-apa Pa Arsen, kamipun minta maaf karna memakai uang bapak. Nanti jika gajian mungkin bisa bapak potong untuk mencicil uang yang kami pakai." kata Divya yang membuat Irwan tertawa. "Ga usah, udah santai aja. Nanti kalo emang dia begitu biar saya yang membantu kalian." kata Irwan. "Udah ga perlu, anggap aja ini ucapan terima kasih dari saya untuk kalian. Dan kamu tuan putri, segera selesaikan belanja disini karna kakak dan Ka Irwan cukup malu masuk ke sini. Segera ya! Iya Kanaya dan Divya, kalian jangan malu-malu. Beli saja apa yang di bilang sama Arkena tenang saya ikhlas. Arken, beliin mereka juga. Awas kalo kamu beli sendiri." ucapku yang membuat Arkena menatapku dengan mata berbinar. "Yes! Tuh Ka Naya, Ka Div! Kakak aku udah ngizinin jadi ga boleh nolak." kata Arkena. Aku mendekat ke adik ku lalu mendekati telinga nya. "Kanaya itu calon kakak ipar kamu." bisik ku pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD